Kamis, 15 November 2012

Manifestasi Rukun Islam Pada Pandawa Lima


Islam adalah nama agama Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nama Islam bukan pemberian dari Nabi Muhammad SAW dan bukan pula pemberian para pengikut agama Islam, tetapi nama Islam itu adalah pemberian dari Allah SWT (QS, 5 : 3; QS, 3 : 86), sedangkan para pengikut agama Islam disebut Muslimun (QS, 22 : 79) bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri juga disebut seorang Muslim (QS, 6 : 164). Agama ini adalah agama yang terakhir diturunkan ke dunia ini, karena itu bersifat universal, menjelaskan segala sesuatu dan paripurna ajarannya.

Agama bahasa Arabnya “diin” atau “millah”. Kata diin makna aslinya ketaatan, hukum, dll. Adapun millah makna aslinya adalah perintah. Millah terutama sekali bertalian dengan Nabi, yang kepadanya agama itu diwahyukan, sedang diin bertalian dengan orang yang menganut agama itu (Al-Mufradat fi ghoribil Quran). Adapun Islam artinya masuk dalam “silm”; kata “salm” atau “silm”, dua-duanya berarti damai (Al-Mufradat fi ghoribil Quran). Dua perkataan ini digunakan oleh Al-Quran dalam arti damai (QS, 2 : 209 dan QS, 8 : 62). Jadi agama Islam itu adalah agama yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar mengenal dan taat kepada-Nya dalam satu jamaah yang dipimpin beliau atau Khalifah, pengganti beliau supaya iman  mereka terpelihara dan memperoleh kedamaian serta ridha-Nya (QS, 5 : 4). Agama ini membicarakan segala perkara (QS, 97 : 5) baik dalam urusan duniawi maupun urusan ukhrawi (QS, 2 : 201), misalnya tentang nabi-nabi dan raja-raja (QS, 5 : 21) dan orang yang beragama Islam diperintah berdoa agar dibimbing di jalan yang benar untuk mendapatkan kenikmatan dan dihindarkan  dari sikap yang menyebabkan Allah SWT murka atau agar dihindarkan dari jalan yang sesat (QS, 1 : 6-7). Agama ini dijaga kesuciannya (QS, 15:10), oleh karena itu setelah Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini, Allah Ta‘ala tidak menurunkan agama lagi dan menolak pilihan orang yang memilih selain agama Islam, akibatnya ia akan tergolong orang-orang yang merugi (QS, 3 : 86).

Mengingat kesempurnaan Agama Islam dan penjagaan kesucian Al-Quran, sebagai kitab suci Agama ini, maka para Nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad SAW menyampaikan kabar-gaib kepada umatnya bahwa kelak dikemudian masa Nabi pembawa Islam tersebut akan datang di tengah-tengah mereka dan mereka harus menyambut dan mengikutinya.

Diantara agama samawi yang menyampaikan kabar-gaib ini adalah agama Nasrani, Yahudi, Kong Hucu dan agama Hindu. Kabar-gaib dalam agama Hindu tersebut dikemas  dalam bentuk kisah Ramayana dan Mahabarata. Dua kisah tersebut telah menyebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Para Wali di Jawa, teristimewa Sunan Kalijaga mempunyai andil besar dalam mensosialisasikan kedua kisah tersebut. Kedua kisah tersebut  beliau kemas dalam bentuk pertunjukan wayang kulit yang dapat menghibur masyarakat sehingga mudah difahami dan dapat membentuk watak serta perilaku penggemarnya.

Wayang kulit bentuknya semisal karikatur yang tidak mencerminkan manusia dan dipertunjukan oleh seorang Dalang dengan diiringi musik yang diberi nama gamelan sehingga suasananya nampak hidup dan menyenangkan. Jadi, kisah wayang kulit yang dipertunjukan  ini  berfungsi sebagai hiburan sekaligus membentuk watak masyarakat yang menyaksikan. Hal ini membuktikan bahwa kisah Ramayana dan Mahabarata itu merupakan wahyu Ilahi.

Berdasarkan buku Minanur Rahman dan Arabic The Source Of All The  Langguages yang menyatakan bahwa bahasa Arab itu merupakan induk semua bahasa. Dengan demikian, berdasarkan teori itu kemungkinan penamaan Wayang itu diambil dari kata Arab “wachyan” artinya wahyu atau firman Tuhan. Jadi, nama figur dan kisah dalam Ramayana dan Maha Barata itu pada mulanya berasal dari wahyu Ilahi. Sedangkan Dalang, yang memainkan wayang tersebut berasal dari kata Arab “Dallan” artinya penuntun atau penunjuk jalan. Jadi, Dalang itu adalah orang yang mempertunjukan kisah tentang wayang yang bernuansa petunjuk-petunjuk Tuhan untuk manusia, baik dalam urusan pribadi, keluarga, pemerintahan, Negara, hubungan internasional, peperangan dan sebagainya.

Inti kisah Maha Barata adalah menceriterakan keturunan Pandu Dewanata yang dikenal dengan Pandawa lima, yaitu : Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang mengisyaratkan kepada Lima Rukun Islam.

Yudhistira merupakan rangkaian dari kata “Yudh, is dan tira”. Yudh kependekan dari kata ‘Yudha” artinya  jihad atau perang; Is kependekan dari kata “Islam” dan Tira merupakan kependekan dari kata “Tirakat”. Jadi, Yudhistira itu mengisyaratkan kepada “Kalimah Syahadat” Rukun Islam yang pertama. Maksudnya adalah seseorang yang telah mengucapkan kalimah Syahadat (masuk agama Islam) berarti ia bertekad untuk memerangi hawa-nafsunya dan berupaya menaklukkannya agar ia dapat mengikuti kehendak Allah SWT, sebagai Tuhannya dan mengikuti Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Oleh karena itu Rasulullah SAW menyatakan bahwa jihad melawan hawa-nafsu itu merupakan jihad paling besar.

Bima merupakan rangkaian dari kata “Bi dan Ma”. Bi kependekan dari kata “Bisa” sedangkan Ma kependekan dari kata “Manunggal”. Jadi, Bima itu mengisyaratkan kepada “Shalat” rukun Islam yang kedua. Maksudnya, amalan shalat itu merupakan media bertemunya seorang hamba dengan Khaliqnya. Oleh karena itu Rasulullah SAW menyatakan bahwa seorang yang sedang menunaikan shalat hendaknya ia seakan-akan sedang melihat Tuhannya, tapi jika tidak dapat melihat-Nya, hendaknya ia merasa sedang dilihat Tuhannya.

Arjuna merupakan rangkaian dari kata Ar, ju dan na. Ar kependekan dari kata Arsa, artinya akan atau mengharapkan, Ju kependekan dari kata maju, dan Na kependekan dari kata rahina, artinya terang karena penerangan dari langit atau agama. Jadi, ARJUNA bermakna mengharapkan kemajuan atau kesuksesan ruhani (agama). Ini mengisyaratkan kepada ”Shiyam” atau Puasa sebagai rukun Islam ketiga. Maksudnya adalah amalan Puasa dapat membuat pelakunya berhati suci yang menyebabkan Tuhan berkenan mengaruniakan wahyu (petunjuk), sehingga hati menjadi terang-benderang.  Oleh karena itu sejarah membuktikan bahwa sebelum para nabi menerima wahyu, biasanya mereka melakukan puasa lebih dahulu (atau bertapa). Bahkan, dalam Al-Quran dinyatakan bahwa puasa itu juga diwajibkan  bagi umat para nabi sebelum Islam, sedangkan dalam Islam puasa ini wajib dilaksanakan setiap bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah berikut:

Wahai orang-orang yang beriman, puasa diwajibkan kepada kamu sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu mencegah diri dari kejahatan (Al-Baqarah, 2:184)

Nakula merupakan rangkaian dari kata “Na dan Kula”. Na kependekan dari kata “Trisna” artinya kasih-sayang, sedangkan Kula kependekan  dari kata “Kawula” artinya masyarakat. Jadi, Nakula itu mengisyaratkan kepada “Zakat” sebagai rukun Islam keempat. Maksudnya, memberikan zakat, infaq, sedekah, hadiah dan yang sejenisnya merupakan manifestasi dari cinta-kasih seorang muslim kepada sesama manusia sebagai makhluq Allah SWT.

Sadewa merupakan rangkaian dari kata “Sa dan Dewa”. Sa kependekan dari kata “Sangu” artinya bekal, De kependekan dari kata “Gede” artinya besar dan banyak, sedangkan Wa kependekan dari kata “Dawa” artinya panjang atau lama. Jadi, Sadewa itu mengisyaratkan kepada ibadah  “Haji” sebagai rukun Islam kelima. Maksudnya, ibadah Haji itu membutuhkan bekal yang besar dan untuk keperluan hidup dalam waktu yang panjang, disamping untuk biaya transportasi, terlebih bagi seorang muslim Indonesia yang jauh dari kota Mekkah, kerajaan Saudi Arabia.

Dengan demikian, jelaslah pada kita bahwa manifestasi rukun Islam terlihat pada Pandawa lima, yaitu: Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Rukun Islam yang lima tersebut telah  diajarkan dan diteladankan oleh Nabi Besar Muhammad SAW yang hingga sekarang dan sampai Hari Qiamat, akan senantiasa ditegakkan oleh umat Islam di seluruh dunia, insya Allah.

Oleh: Abdul Rozak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar