Manifestasi Rukun Islam Pada Pandawa Lima
Islam adalah nama agama Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW. Nama Islam bukan pemberian dari Nabi Muhammad SAW dan bukan pula
pemberian para pengikut agama Islam, tetapi nama Islam itu adalah pemberian
dari Allah SWT (QS, 5 : 3; QS, 3 : 86), sedangkan para pengikut agama Islam
disebut Muslimun (QS, 22 : 79) bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri juga disebut
seorang Muslim (QS, 6 : 164). Agama ini adalah agama yang terakhir diturunkan
ke dunia ini, karena itu bersifat universal, menjelaskan segala sesuatu dan
paripurna ajarannya.
Agama bahasa Arabnya “diin” atau “millah”. Kata diin makna
aslinya ketaatan, hukum, dll. Adapun millah makna aslinya adalah perintah.
Millah terutama sekali bertalian dengan Nabi, yang kepadanya agama itu
diwahyukan, sedang diin bertalian dengan orang yang menganut agama itu
(Al-Mufradat fi ghoribil Quran). Adapun Islam artinya masuk dalam “silm”; kata
“salm” atau “silm”, dua-duanya berarti damai (Al-Mufradat fi ghoribil Quran).
Dua perkataan ini digunakan oleh Al-Quran dalam arti damai (QS, 2 : 209 dan QS,
8 : 62). Jadi agama Islam itu adalah agama yang diwahyukan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar mengenal dan taat kepada-Nya dalam
satu jamaah yang dipimpin beliau atau Khalifah, pengganti beliau supaya iman
mereka terpelihara dan memperoleh kedamaian serta ridha-Nya (QS, 5 : 4).
Agama ini membicarakan segala perkara (QS, 97 : 5) baik dalam urusan duniawi
maupun urusan ukhrawi (QS, 2 : 201), misalnya tentang nabi-nabi dan raja-raja
(QS, 5 : 21) dan orang yang beragama Islam diperintah berdoa agar dibimbing di
jalan yang benar untuk mendapatkan kenikmatan dan dihindarkan dari sikap
yang menyebabkan Allah SWT murka atau agar dihindarkan dari jalan yang sesat
(QS, 1 : 6-7). Agama ini dijaga kesuciannya (QS, 15:10), oleh karena itu
setelah Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini, Allah Ta‘ala tidak menurunkan
agama lagi dan menolak pilihan orang yang memilih selain agama Islam, akibatnya
ia akan tergolong orang-orang yang merugi (QS, 3 : 86).
Mengingat kesempurnaan Agama Islam dan penjagaan kesucian
Al-Quran, sebagai kitab suci Agama ini, maka para Nabi yang diutus sebelum Nabi
Muhammad SAW menyampaikan kabar-gaib kepada umatnya bahwa kelak dikemudian masa
Nabi pembawa Islam tersebut akan datang di tengah-tengah mereka dan mereka
harus menyambut dan mengikutinya.
Diantara agama samawi yang menyampaikan kabar-gaib ini
adalah agama Nasrani, Yahudi, Kong Hucu dan agama Hindu. Kabar-gaib dalam agama
Hindu tersebut dikemas dalam bentuk kisah Ramayana dan Mahabarata. Dua
kisah tersebut telah menyebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Para Wali di Jawa, teristimewa Sunan Kalijaga mempunyai
andil besar dalam mensosialisasikan kedua kisah tersebut. Kedua kisah tersebut
beliau kemas dalam bentuk pertunjukan wayang kulit yang dapat menghibur
masyarakat sehingga mudah difahami dan dapat membentuk watak serta perilaku
penggemarnya.
Wayang kulit bentuknya semisal karikatur yang tidak
mencerminkan manusia dan dipertunjukan oleh seorang Dalang dengan diiringi musik
yang diberi nama gamelan sehingga suasananya nampak hidup dan menyenangkan.
Jadi, kisah wayang kulit yang dipertunjukan ini berfungsi sebagai
hiburan sekaligus membentuk watak masyarakat yang menyaksikan. Hal ini
membuktikan bahwa kisah Ramayana dan Mahabarata itu merupakan wahyu Ilahi.
Berdasarkan buku Minanur Rahman dan Arabic The Source Of All
The Langguages yang menyatakan bahwa bahasa Arab itu merupakan induk
semua bahasa. Dengan demikian, berdasarkan teori itu kemungkinan penamaan
Wayang itu diambil dari kata Arab “wachyan” artinya wahyu atau firman Tuhan.
Jadi, nama figur dan kisah dalam Ramayana dan Maha Barata itu pada mulanya
berasal dari wahyu Ilahi. Sedangkan Dalang, yang memainkan wayang tersebut
berasal dari kata Arab “Dallan” artinya penuntun atau penunjuk jalan. Jadi,
Dalang itu adalah orang yang mempertunjukan kisah tentang wayang yang bernuansa
petunjuk-petunjuk Tuhan untuk manusia, baik dalam urusan pribadi, keluarga,
pemerintahan, Negara, hubungan internasional, peperangan dan sebagainya.
Inti kisah Maha Barata adalah menceriterakan keturunan Pandu
Dewanata yang dikenal dengan Pandawa lima, yaitu : Yudhistira, Bima, Arjuna,
Nakula dan Sadewa yang mengisyaratkan kepada Lima Rukun Islam.
Yudhistira merupakan rangkaian dari kata “Yudh, is dan
tira”. Yudh kependekan dari kata ‘Yudha” artinya jihad atau perang; Is
kependekan dari kata “Islam” dan Tira merupakan kependekan dari kata “Tirakat”.
Jadi, Yudhistira itu mengisyaratkan kepada “Kalimah Syahadat” Rukun Islam yang
pertama. Maksudnya adalah seseorang yang telah mengucapkan kalimah Syahadat
(masuk agama Islam) berarti ia bertekad untuk memerangi hawa-nafsunya dan
berupaya menaklukkannya agar ia dapat mengikuti kehendak Allah SWT, sebagai
Tuhannya dan mengikuti Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Oleh karena itu
Rasulullah SAW menyatakan bahwa jihad melawan hawa-nafsu itu merupakan jihad
paling besar.
Bima merupakan rangkaian dari kata “Bi dan Ma”. Bi
kependekan dari kata “Bisa” sedangkan Ma kependekan dari kata “Manunggal”.
Jadi, Bima itu mengisyaratkan kepada “Shalat” rukun Islam yang kedua.
Maksudnya, amalan shalat itu merupakan media bertemunya seorang hamba dengan
Khaliqnya. Oleh karena itu Rasulullah SAW menyatakan bahwa seorang yang sedang
menunaikan shalat hendaknya ia seakan-akan sedang melihat Tuhannya, tapi jika
tidak dapat melihat-Nya, hendaknya ia merasa sedang dilihat Tuhannya.
Arjuna merupakan rangkaian dari kata Ar, ju dan na. Ar
kependekan dari kata Arsa, artinya akan atau mengharapkan, Ju kependekan dari
kata maju, dan Na kependekan dari kata rahina, artinya terang karena penerangan
dari langit atau agama. Jadi, ARJUNA bermakna mengharapkan kemajuan atau
kesuksesan ruhani (agama). Ini mengisyaratkan kepada ”Shiyam” atau Puasa
sebagai rukun Islam ketiga. Maksudnya adalah amalan Puasa dapat membuat
pelakunya berhati suci yang menyebabkan Tuhan berkenan mengaruniakan wahyu
(petunjuk), sehingga hati menjadi terang-benderang. Oleh karena itu
sejarah membuktikan bahwa sebelum para nabi menerima wahyu, biasanya mereka melakukan
puasa lebih dahulu (atau bertapa). Bahkan, dalam Al-Quran dinyatakan bahwa
puasa itu juga diwajibkan bagi umat para nabi sebelum Islam, sedangkan
dalam Islam puasa ini wajib dilaksanakan setiap bulan Ramadhan, sebagaimana
firman Allah berikut:
Wahai orang-orang yang beriman, puasa diwajibkan kepada kamu
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu mencegah diri
dari kejahatan (Al-Baqarah, 2:184)
Nakula merupakan rangkaian dari kata “Na dan Kula”. Na
kependekan dari kata “Trisna” artinya kasih-sayang, sedangkan Kula kependekan
dari kata “Kawula” artinya masyarakat. Jadi, Nakula itu mengisyaratkan
kepada “Zakat” sebagai rukun Islam keempat. Maksudnya, memberikan zakat, infaq,
sedekah, hadiah dan yang sejenisnya merupakan manifestasi dari cinta-kasih
seorang muslim kepada sesama manusia sebagai makhluq Allah SWT.
Sadewa merupakan rangkaian dari kata “Sa dan Dewa”. Sa
kependekan dari kata “Sangu” artinya bekal, De kependekan dari kata “Gede”
artinya besar dan banyak, sedangkan Wa kependekan dari kata “Dawa” artinya
panjang atau lama. Jadi, Sadewa itu mengisyaratkan kepada ibadah “Haji”
sebagai rukun Islam kelima. Maksudnya, ibadah Haji itu membutuhkan bekal yang
besar dan untuk keperluan hidup dalam waktu yang panjang, disamping untuk biaya
transportasi, terlebih bagi seorang muslim Indonesia yang jauh dari kota
Mekkah, kerajaan Saudi Arabia.
Dengan demikian, jelaslah pada kita bahwa manifestasi rukun
Islam terlihat pada Pandawa lima, yaitu: Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan
Sadewa. Rukun Islam yang lima tersebut telah diajarkan dan diteladankan
oleh Nabi Besar Muhammad SAW yang hingga sekarang dan sampai Hari Qiamat, akan
senantiasa ditegakkan oleh umat Islam di seluruh dunia, insya Allah.
Oleh: Abdul Rozak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar