IZINKAN BAPAK MENCOBA
Engkau sangat berarti. Semua kepenatan itu tak terhiraukan karena ada
rasa bahagia yang amat dalam, Sembari diam-diam Ayah berdo’a agar
kelahiranmu menjadi kebahagiaan bagi agama ini. Bagi umat ini. Itu
sebabnya Kami persiapkan nama untukmu adalah sebuah harapan akan
kebaikan untuk semua ummat . sebagai mana rasulullah Saw menamai
putrinya, meski kebaikan Ayahmu sama sekali tak sebanding dengan
beliau.Tidaklah Ayah namakan dirimu dengan main-main. Ada do’a yang Ayah
harap dengan sungguh-sungguh melalui nama yang Ayah berikan itu,
Anakku…..Ada
harapan yang kutanam dengan membaguskan namamu, sebagai mana Nabi Saw
perna berpesan kepada kita Mudah-mudahan dengan membaguskan namamu,
Allah Azza wa Jalla meninggikan derajatmu di antara manusia yang ada di
muka bumi ini.
Nak…, bila engkau sudah dewasa dan mungkin banyak
luka yang membekas dihatimu karena Ayahmu ini, tak selalu mampu
mengurusimu, meluangkan sedikit waktu untukmu mendidikmu dengan
kelembutan. Mungkin banyak coretan-coretan buram karena Ayah ini,
ternyata mungkin tak bisa mengusapmu selembut Rasulullah Saw menyayangi
putrinya, fathimatuz Zahra. Bukan Ayah tak cinta kepadamu, sayang….
Tetapi karena jiwa Ayahmu yang masih lemah. Hati yang masih keruh,
tujuan hidup yang belum bersih, membuat ajakanmu untuk bercanda mungkin
nanti Ayah sikapi dengan kalut. Teriakkan kerasmu yang engkau pekikkan
dengan penuh semangat,
mungkin nanti Ayah sikapi dengan gusar. padahal itu menunjukkan jiwamu benar-benar hidup.
sikap
yang tak pada tempanya ini, bukannya Ayah tak menyayangimu, Nak…Bukan.
Rasa sayang itu amat besar, kegusaran itu ada, semata karena hati yang
belum jernih. Bukannya rasa tak cinta yang membuat kadang marah
kepadamu, tetapi karena terburu oleh perkara kecil. Tapi seperti sebutir
debu yang masuk dipelupuk mata. Perkara yang kecil itu kadang membuat
Ayah tidak melihat dengan jernih. Ada yang terganggu saat memandang, dan
baru terasa ketika telah berlalu. Seperti raut tegang di wajah Ayahmu,
sebenarnya tak perlu ada. Bukannya tanpa itu nanti kita bisa
bermain-main riang? Kita juga bisa bercanda. Sesudah itu nanti engkau
bisa bermain-main sendiri, sedangkan Ayah bisa meneruskan pekerjaan
dengan hati tenang.
Teringat Ayah pada Ummu Fadhl suatu saat ia
menggendong putranya dan membawa kehadapan Nabi Saw. Anak yang masih
bayi ini kemudian digendong Nabi, lalu pipis di dada beliau. Ummu Fadhl
segera merenggutnya dengan kasar. Ia gusar karena anaknya pipis di dada
Nabi Saw. tetapi nabi justru menegurnya. Kata nabi,”Pakaian yang kotor
ini dapat dibersihkan dengan air.Tetapi apa yang dapat membersihkan
kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutanmu yang kasar ?”
Itu
sebabnya Nak, Ayah kadang menanggis sendirian jauh bila mengingatmu atau
ayah membayangkan disaat engkau telah tertidur. Ayah ingin sekali tak
ada raut muka yang tegang, suara yang memekik keras, dan mata memera
yang manatap tajam. Ayah ingin : Bila diberi kesempataan senantiasa
menatapmu dengan teduh, menyambutmu dengan canda, mendekapmu dengan
hangat
dan membisikkan kepadamu kalimat-kalimat yang bisa engkau
peganggi untuk hidup dihari kemudian. Seperti disaat engku baru lahir,
Ayah ingin membisikkan ditelingamu bahwa tidak ada yang layak engkau
sembah kecuali Allah. Dan hidupmu harus memberi bobot kepada bumi dengan
kalimat “laa ilaaha illallah” teguhkan bahwa engkau siap menjadi
khalifah-Nya di bumi
Dan itu semua, Nak…Nilainya tak bisa diukur
dengan benda. uang memang tidak mengalir setiap hari . Benda-benda juga
tak datang sendiri. tetapi rusaknya benda bila rusak disaat engkau
jadikan alat belajar, tak ada nilainya apa-apa dibandingkan ilmu yang
engku dapat dan pengalaman yang menghidupkan jiwamu.
Tetapi nak………
Bila
ayah Izinkan untuk mencoba sekali lagi. Betapapun inginnya Ayah
mendidikmu seperti Lukmanul Hakim mendidik putranya, tetap saja ada yang
kurang. Selalu saja disetiap penghujung malam, Ayah melihat
langkah-langkah keliru. ingin bersikap tegas kepadamu agar engkau teguh
dalam berprinsip, tetapi yang muncul kadang sikap keras dan kasar. Ingin
bersipak lembut kepadamu agar engkau bisa menjadi penolong agama Allah,
tetapi yang muncul terkadang sikap lemah.
Ah….,kamu sudah lahir nak…!
Nanti
engkau bisa belajar banyak dari Ayah -Ibumu. mana yang baik dan mana
yang buruk dari perilaku Ayah -Ibumu. Yang baik ambillah. Do’akan semoga
Allah jadikan sebagai amalan yang disukai-Nya, sehingga Ia berkenan
memanggil kita kesurga-Nya.
Sebagai mana Allah Ta’ala
berkata,”Wahai jiwa yang tenang ,kembalillah kepada Tuhanmu dengan ridha
dan diridhai-Nya. Maka masukkan kedalam golongan hamba-hamba-Ku,dan
masuklah kedalam syurga-Ku.”
Nak…atas keburukan yang engkau dapati
dari Ayah -Ibumu, ingatkanlah dengan perkataaan qaulan karima.
Ma’afkanlah kesalahaan-kesalahan itu, ikhlaskanlah kekurangan-kekurangan
itu, dan memohonkanlah kepada Allah agar memberi ampunan yang sempurna.
Selebihnya
nak….., belajarlah untuk menghormati Ibumu. Cintailah ia dengan
penghormatan yang tinggi dan perhatian yang tulus. Sesunggunya surgamu
ada ditelapak kakinya. kalau sesekali waktu nanti ibumu tampak
membelalak atau wajahnya sedikit cemberut, ketahuilah nak….. tentang
penat yang ia rasakan karena harus menyayangimu tanpa batas waktu. Kalau
nanti engkau bisa berlari-lari gembira, itu karena ibumu mengikhlaskan
keletihan untuk mencurahkan kasih sayang kepadamu saat tulang-tulangmu
belum kuat, tulang ibumulah yang engkau hisap, saat kakimu belum mampu
berdiri tegak, sehingga nanti teriakkanmu bisa lantang.
Sugguh
nak… besarnya kasih sayang seorang Ibu tak akan mungkin sanggup
digantikan oleh seorang Ayah yang sangat mencintai anak-anaknya seperti
kata-kata orang bijak ,” Satu malam yang dijalankan oleh seorang ibu
dalam mengurusi anaknya, bernilai lebih besar dari pada bertahun-tahun
kehidupan seorang ayah yang setia,” Kelembutan dan kasih sayang yang
terkandung dalam mata yang berbinar-binar seorang Ibu adalah kilatan
kasih dan sayang Tuhan Sekalian Alam.”
Rasanya baru kemarin engkau
lahir. Ayah tak tahu harus tertawa atau menangis ketika ingat
kelahiranmu yang kau sambut dengan tangismu yang sangat lantang, lalu
Ayah berkata mantap,” tangismu tak sembarang tangis, tangismu
membangunkan jiwa yang tertidur, Semoga Allah menjadikanmu sebagai
kebaikan bagi Agama ini.”
Sebelum kata-kata ini Ayah sudahi,
sekali lagi Ayah berpesan dengan sesungguh hati, Anakku…. Meski jiwa
Ayahmu masih rapuh dan iman ini masih sangat menyedihkan, tetapi sembari
memohon pertolongan kepada Allah Yang Maha Menciptakan, Izinkalah
Ayahmu berpesan.
Ingatlah, wahai anakku, “Jangan pernah engkau
lepaskan Allah Ta’ala dari hatimu. Genggamlah kesucian tahuhid dalam
aqidahmu sekuat-kuatnya. Cengkeramlah dengan gigi gerahammu sehingga
menjiwai setiap kata dan tindakkanmu Belajarlah mencintai Tuhanmu
menurut cara yang dikehendaki olah-Nya. Betapa banyak orang yang
melakukkan pejalanan nenuju Allah, tetapi mereka melalui jalan yang
tidak disukai-Nya. Meraka menciptakan sendiri jalan yang akan dilewati.
Mereka mengira sedang memuja Allah, Padahal sesungguhnya sedang mencari
keashikan diri untuk menemukan saat-saat yang “memabukkan”. Melalu cara
itu. Kepenatan jiwa memang pergi, Anakku. Tetapi bukan itu yang engkau
lalui. Bukan itu jalan yang akan membawamu pada ketenangan dan
kedamaian. Ia hanya membuatmu lupa sejenak dengan beban-beban duniamu.
Sesudahnya, engkau akan segera kembali dalam kepenatan yang melelahkan.
Karenanya, ada yang kemudian benar-benar bukan saja lupa pada beban
duniannya untuk sementara, tetapi bahkan sampai lupa tanggung jawab dan
lupa pada diri sendiri.
Sesunggunya, ketenangan dan kedamaian jiwa
yang sebenar-benarnya ada bersama dengan kebenaran, sesunggunya
ketenangan itu karena engkau menghadapkan wajahmu kepada Allah untuk
mencari Ridha-Nya. Engkau kembali dan berusaha kembali kepada-Nya, atas
setiap khilaf yang terjadi setiap hari karena manusia memang tempat
salah dan lupa.
Anakku…jangalah engkau panjangkan zikirmu bila
engkau jadikan tujuan untuk mencari ketenangan, Tetapi ketenangan itu
muncul sebagai akibat dari kokohnya keyakinanmu pada Tuhanmu. Dan
Janganlah khusyu’ engkau jadikan tujuan ibadahmu, tetapi khusyu’ ada
karena ada “rasa” cinta dan Rindu pada TuhanMu Nak…..Sungguh jangan
engkau jadikan agama ini sebagai candu sehingga hatimu menjadi beku.
Tetapi berjalanlah diatasnya sesuai dengan tuntunan wahyu Nabimu. Semoga
dengan demikian jiwamu akan terang, hatimu akan tenang dan di akhirat
nanti engkau akan meraih kemenangan. Semoga pula kelak engkau akan aku
banggakan di hadapan Tuhanmu.
Ayah ingin pesan satu lagi,
Anakku…,Atas apa-apa yang Allah Ta’ala tidak menjaminkan-Nya bagimu,
mintalah kepada-Nya dan berusahalah untuk meraiNya. Iman dan kemenangan
di hari akhir, termasuk diantaranya Atas apa-apa yang Allah telah
jaminkan bagimu dan bagi seluruh mahluknya, ketahuilah kunci-kuncinya.
Rezeki termasuk di dalamnya. Gunakanlah rezeki yang dikaruniakan Allah
kepadamu untuk meraih akhirat dan menjaga iman. Jangan mengorbankan
akhirat untuk dunia yang Cuma segenggam. Dan apabila engkau mampu,
kejarlah akhirat dan sekaligus membuka pitu-pintu dunia. Gunakan dunia
untuk “ membeli ” akhirat.
Anakku…tak kuasa ada air mata yang
menetes di pelupuk mata ini, ketahuilah Ayah tapaki jalan ini penuh
pinta, anakku…..Kesenangan adalah impian yang kusimpan untuk meminta-Nya
pada Tuhan ketika tubuh ini sudah menjadi tulang belulang, sebab :
“dunia terlalu pahit untuk diperebutkan”
Tak
ada yang abadi dari permainan dunia, sebagai mana hidup ini juga tidak
abadi. Banyak sudah manusia yang mati. Dan kita hanya :
“menunggu kematian dipergilirkan.”
Mengenang
orang-orang tercinta, anakku, adalah rasa hina karena tak sanggup
membalasnya kebaikan-kebaikan mereka semua…, Betapa mudah hati lupa oleh
kenikmatan yang tak seberapa ini. Lupa asal usul, lupa tempat kembali
sesudah mati, dan lupa pada tujuan penciptaan ini.
Maka Ayah pesankan anakku arahkanlah padangngan mata hatimu kepada :
“Hidup sesudah mati”
dan bahwa sesunggunya kehidupan ini hanyalah saat untuk bersiap-siap……….
Sesungguya,tak ada ilmu pada Ayahmu ini kecuali sangat sedikit saja. Dan
Hari ini, kata-kata ini masih menjadi cita-cita di hati Ayahmu……….!
Pangeran Mbeling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar