Rabu, 19 Oktober 2011

 IZINKAN BAPAK MENCOBA

Engkau sangat berarti. Semua kepenatan itu tak terhiraukan karena ada rasa bahagia yang amat dalam, Sembari diam-diam Ayah berdo’a agar kelahiranmu menjadi kebahagiaan bagi agama ini. Bagi umat ini. Itu sebabnya Kami persiapkan nama untukmu adalah sebuah harapan akan kebaikan untuk semua ummat . sebagai mana rasulullah Saw menamai putrinya, meski kebaikan Ayahmu sama sekali tak sebanding dengan beliau.Tidaklah Ayah namakan dirimu dengan main-main. Ada do’a yang Ayah harap dengan sungguh-sungguh melalui nama yang Ayah berikan itu,
Anakku…..Ada harapan yang kutanam dengan membaguskan namamu, sebagai mana Nabi Saw perna berpesan kepada kita Mudah-mudahan dengan membaguskan namamu, Allah Azza wa Jalla meninggikan derajatmu di antara manusia yang ada di muka bumi ini.
Nak…, bila engkau sudah dewasa dan mungkin banyak luka yang membekas dihatimu karena Ayahmu ini, tak selalu mampu mengurusimu, meluangkan sedikit waktu untukmu mendidikmu dengan kelembutan. Mungkin banyak coretan-coretan buram karena Ayah ini, ternyata mungkin tak bisa mengusapmu selembut Rasulullah Saw menyayangi putrinya, fathimatuz Zahra. Bukan Ayah tak cinta kepadamu, sayang…. Tetapi karena jiwa Ayahmu yang masih lemah. Hati yang masih keruh, tujuan hidup yang belum bersih, membuat ajakanmu untuk bercanda mungkin nanti Ayah sikapi dengan kalut. Teriakkan kerasmu yang engkau pekikkan dengan penuh semangat,
mungkin nanti Ayah sikapi dengan gusar. padahal itu menunjukkan jiwamu benar-benar hidup.
sikap yang tak pada tempanya ini, bukannya Ayah tak menyayangimu, Nak…Bukan. Rasa sayang itu amat besar, kegusaran itu ada, semata karena hati yang belum jernih. Bukannya rasa tak cinta yang membuat kadang marah kepadamu, tetapi karena terburu oleh perkara kecil. Tapi seperti sebutir debu yang masuk dipelupuk mata. Perkara yang kecil itu kadang membuat Ayah tidak melihat dengan jernih. Ada yang terganggu saat memandang, dan baru terasa ketika telah berlalu. Seperti raut tegang di wajah Ayahmu, sebenarnya tak perlu ada. Bukannya tanpa itu nanti kita bisa bermain-main riang? Kita juga bisa bercanda. Sesudah itu nanti engkau bisa bermain-main sendiri, sedangkan Ayah bisa meneruskan pekerjaan dengan hati tenang.
Teringat Ayah pada Ummu Fadhl suatu saat ia menggendong putranya dan membawa kehadapan Nabi Saw. Anak yang masih bayi ini kemudian digendong Nabi, lalu pipis di dada beliau. Ummu Fadhl segera merenggutnya dengan kasar. Ia gusar karena anaknya pipis di dada Nabi Saw. tetapi nabi justru menegurnya. Kata nabi,”Pakaian yang kotor ini dapat dibersihkan dengan air.Tetapi apa yang dapat membersihkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutanmu yang kasar ?”
Itu sebabnya Nak, Ayah kadang menanggis sendirian jauh bila mengingatmu atau ayah membayangkan disaat engkau telah tertidur. Ayah ingin sekali tak ada raut muka yang tegang, suara yang memekik keras, dan mata memera yang manatap tajam. Ayah ingin : Bila diberi kesempataan senantiasa menatapmu dengan teduh, menyambutmu dengan canda, mendekapmu dengan hangat
dan membisikkan kepadamu kalimat-kalimat yang bisa engkau peganggi untuk hidup dihari kemudian. Seperti disaat engku baru lahir, Ayah ingin membisikkan ditelingamu bahwa tidak ada yang layak engkau sembah kecuali Allah. Dan hidupmu harus memberi bobot kepada bumi dengan kalimat “laa ilaaha illallah” teguhkan bahwa engkau siap menjadi khalifah-Nya di bumi
Dan itu semua, Nak…Nilainya tak bisa diukur dengan benda. uang memang tidak mengalir setiap hari . Benda-benda juga tak datang sendiri. tetapi rusaknya benda bila rusak disaat engkau jadikan alat belajar, tak ada nilainya apa-apa dibandingkan ilmu yang engku dapat dan pengalaman yang menghidupkan jiwamu.
Tetapi nak………
Bila ayah Izinkan untuk mencoba sekali lagi. Betapapun inginnya Ayah mendidikmu seperti Lukmanul Hakim mendidik putranya, tetap saja ada yang kurang. Selalu saja disetiap penghujung malam, Ayah melihat langkah-langkah keliru. ingin bersikap tegas kepadamu agar engkau teguh dalam berprinsip, tetapi yang muncul kadang sikap keras dan kasar. Ingin bersipak lembut kepadamu agar engkau bisa menjadi penolong agama Allah, tetapi yang muncul terkadang sikap lemah.
Ah….,kamu sudah lahir nak…!
Nanti engkau bisa belajar banyak dari Ayah -Ibumu. mana yang baik dan mana yang buruk dari perilaku Ayah -Ibumu. Yang baik ambillah. Do’akan semoga Allah jadikan sebagai amalan yang disukai-Nya, sehingga Ia berkenan memanggil kita kesurga-Nya.
Sebagai mana Allah Ta’ala berkata,”Wahai jiwa yang tenang ,kembalillah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai-Nya. Maka masukkan kedalam golongan hamba-hamba-Ku,dan masuklah kedalam syurga-Ku.”
Nak…atas keburukan yang engkau dapati dari Ayah -Ibumu, ingatkanlah dengan perkataaan qaulan karima. Ma’afkanlah kesalahaan-kesalahan itu, ikhlaskanlah kekurangan-kekurangan itu, dan memohonkanlah kepada Allah agar memberi ampunan yang sempurna.
Selebihnya nak….., belajarlah untuk menghormati Ibumu. Cintailah ia dengan penghormatan yang tinggi dan perhatian yang tulus. Sesunggunya surgamu ada ditelapak kakinya. kalau sesekali waktu nanti ibumu tampak membelalak atau wajahnya sedikit cemberut, ketahuilah nak….. tentang penat yang ia rasakan karena harus menyayangimu tanpa batas waktu. Kalau nanti engkau bisa berlari-lari gembira, itu karena ibumu mengikhlaskan keletihan untuk mencurahkan kasih sayang kepadamu saat tulang-tulangmu belum kuat, tulang ibumulah yang engkau hisap, saat kakimu belum mampu berdiri tegak, sehingga nanti teriakkanmu bisa lantang.
Sugguh nak… besarnya kasih sayang seorang Ibu tak akan mungkin sanggup digantikan oleh seorang Ayah yang sangat mencintai anak-anaknya seperti kata-kata orang bijak ,” Satu malam yang dijalankan oleh seorang ibu dalam mengurusi anaknya, bernilai lebih besar dari pada bertahun-tahun kehidupan seorang ayah yang setia,” Kelembutan dan kasih sayang yang terkandung dalam mata yang berbinar-binar seorang Ibu adalah kilatan kasih dan sayang Tuhan Sekalian Alam.”
Rasanya baru kemarin engkau lahir. Ayah tak tahu harus tertawa atau menangis ketika ingat kelahiranmu yang kau sambut dengan tangismu yang sangat lantang, lalu Ayah berkata mantap,” tangismu tak sembarang tangis, tangismu membangunkan jiwa yang tertidur, Semoga Allah menjadikanmu sebagai kebaikan bagi Agama ini.”
Sebelum kata-kata ini Ayah sudahi, sekali lagi Ayah berpesan dengan sesungguh hati, Anakku…. Meski jiwa Ayahmu masih rapuh dan iman ini masih sangat menyedihkan, tetapi sembari memohon pertolongan kepada Allah Yang Maha Menciptakan, Izinkalah Ayahmu berpesan.
Ingatlah, wahai anakku, “Jangan pernah engkau lepaskan Allah Ta’ala dari hatimu. Genggamlah kesucian tahuhid dalam aqidahmu sekuat-kuatnya. Cengkeramlah dengan gigi gerahammu sehingga menjiwai setiap kata dan tindakkanmu Belajarlah mencintai Tuhanmu menurut cara yang dikehendaki olah-Nya. Betapa banyak orang yang melakukkan pejalanan nenuju Allah, tetapi mereka melalui jalan yang tidak disukai-Nya. Meraka menciptakan sendiri jalan yang akan dilewati. Mereka mengira sedang memuja Allah, Padahal sesungguhnya sedang mencari keashikan diri untuk menemukan saat-saat yang “memabukkan”. Melalu cara itu. Kepenatan jiwa memang pergi, Anakku. Tetapi bukan itu yang engkau lalui. Bukan itu jalan yang akan membawamu pada ketenangan dan kedamaian. Ia hanya membuatmu lupa sejenak dengan beban-beban duniamu. Sesudahnya, engkau akan segera kembali dalam kepenatan yang melelahkan. Karenanya, ada yang kemudian benar-benar bukan saja lupa pada beban duniannya untuk sementara, tetapi bahkan sampai lupa tanggung jawab dan lupa pada diri sendiri.
Sesunggunya, ketenangan dan kedamaian jiwa yang sebenar-benarnya ada bersama dengan kebenaran, sesunggunya ketenangan itu karena engkau menghadapkan wajahmu kepada Allah untuk mencari Ridha-Nya. Engkau kembali dan berusaha kembali kepada-Nya, atas setiap khilaf yang terjadi setiap hari karena manusia memang tempat salah dan lupa.
Anakku…jangalah engkau panjangkan zikirmu bila engkau jadikan tujuan untuk mencari ketenangan, Tetapi ketenangan itu muncul sebagai akibat dari kokohnya keyakinanmu pada Tuhanmu. Dan Janganlah khusyu’ engkau jadikan tujuan ibadahmu, tetapi khusyu’ ada karena ada “rasa” cinta dan Rindu pada TuhanMu Nak…..Sungguh jangan engkau jadikan agama ini sebagai candu sehingga hatimu menjadi beku. Tetapi berjalanlah diatasnya sesuai dengan tuntunan wahyu Nabimu. Semoga dengan demikian jiwamu akan terang, hatimu akan tenang dan di akhirat nanti engkau akan meraih kemenangan. Semoga pula kelak engkau akan aku banggakan di hadapan Tuhanmu.
Ayah ingin pesan satu lagi, Anakku…,Atas apa-apa yang Allah Ta’ala tidak menjaminkan-Nya bagimu, mintalah kepada-Nya dan berusahalah untuk meraiNya. Iman dan kemenangan di hari akhir, termasuk diantaranya Atas apa-apa yang Allah telah jaminkan bagimu dan bagi seluruh mahluknya, ketahuilah kunci-kuncinya. Rezeki termasuk di dalamnya. Gunakanlah rezeki yang dikaruniakan Allah kepadamu untuk meraih akhirat dan menjaga iman. Jangan mengorbankan akhirat untuk dunia yang Cuma segenggam. Dan apabila engkau mampu, kejarlah akhirat dan sekaligus membuka pitu-pintu dunia. Gunakan dunia untuk “ membeli ” akhirat.
Anakku…tak kuasa ada air mata yang menetes di pelupuk mata ini, ketahuilah Ayah tapaki jalan ini penuh pinta, anakku…..Kesenangan adalah impian yang kusimpan untuk meminta-Nya pada Tuhan ketika tubuh ini sudah menjadi tulang belulang, sebab :
“dunia terlalu pahit untuk diperebutkan”
Tak ada yang abadi dari permainan dunia, sebagai mana hidup ini juga tidak abadi. Banyak sudah manusia yang mati. Dan kita hanya :
“menunggu kematian dipergilirkan.”
Mengenang orang-orang tercinta, anakku, adalah rasa hina karena tak sanggup membalasnya kebaikan-kebaikan mereka semua…, Betapa mudah hati lupa oleh kenikmatan yang tak seberapa ini. Lupa asal usul, lupa tempat kembali sesudah mati, dan lupa pada tujuan penciptaan ini.
Maka Ayah pesankan anakku arahkanlah padangngan mata hatimu kepada :
“Hidup sesudah mati”
dan bahwa sesunggunya kehidupan ini hanyalah saat untuk bersiap-siap……….
Sesungguya,tak ada ilmu pada Ayahmu ini kecuali sangat sedikit saja. Dan
Hari ini, kata-kata ini masih menjadi cita-cita di hati Ayahmu……….!

Pangeran Mbeling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar