CAPEK BERDO’A
pagi
- pagi, terlihat Badrun nongkrong di tempat Kang Soleh. Wajahnya terlihat
sedikit memerah. Sementara diluar angin pagi berhembus semilir, meniup daun di
pepohonan dengan lembut. Sinar mataharipun mulai terlihat di ufuk timur, seolah
tanpa lelah menunaikan tugasnya.
”Drun,
kamu kenapa ? pagi – pagi gini sudah pasang muka serem ... ” ledek Kang Soleh.
”Saya
sudah capek berdo’a kang....”,
kata Badrun tiba – tiba......
Mendengar
ungkapan Badrun, wajah Kang Soleh terlihat memerah, sambil berkata, ”istighfar
kamu Drun...... istighfar......”.
Suasana
kemudian menjadi sepi, Kang Soleh terlihat seperti mendengar suara halilintar
yang menyambar – nyambar. Sementara Badrun terlihat bersungut – sungut.
Setelah
agak lama, terlihat Kang Soleh meminum segelas air putih.
”Kamu
menjadi begini, asalnya kenapa ?”
”Saya
sudah lama berdo’a, tapi kok lama sekali ga dikabulkan sama gusti Alloh.” jawab
Badrun.
Sejenak
Kang Soleh mengambil nafas panjang, kemudian perlahan – lahan senyum khas Kang
Soleh mulai menebar.
”Drun,
barangkali kamu lupa... waktu kita sama – sama ngaji ke kyai Ilyas ya...”
”Lupa.....
apanya kang ?”
”Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Seseorang dari kalian akan terkabul (do’anya) selama ia
tidak tergesa-gesa mengucapkan kalimat, ‘Sungguh, aku telah memohon
kepada-Mu wahai Rabbi, namun belum juga terkabul’”
”Astaghfirullohal
’adzim.....” terdengar lirih suara Badrun.
Sejenak
wajah kang Soleh sedikit menunduk. Kemudian berkata :
”
Drun, ingat.... do’a kita mungkin bunyinya sudah bagus, munajat kita sangat
indah .... namun barangkali hati kita tidak beradab ketika berdo’a.”
”Do’a
kita tidak lebih memaksa Alloh untuk menuruti selera kita, memanfaatkan suasana
terjepit kita, bahkan tak lebih dari protes kita kepada – Nya”
”Hilangkan
semua itu ..... berdoalah sebagai wujud kehambaan kita yang sangat butuh,
sangat lemah, sangat hina dan tak berdaya.
”Ingatlah....
do’a lebih utama dibanding terkabulnya do’a, karena dalam do’a ada munajat
komunikatif dan interaktif dengan Allah SWT.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar