KEJADIAN
UNSUR YANG ADA PADA MANUSIA
Saudara-saudara
para Warga ”Kekeluargaan” dan para simpatisan yang budiman marilah kita
lanjutkan dengan penjelasan tentang Kejadian Unsur-Unsur yang ada dalam tubuh
Manusia.
1.
Unsur Bumi, dinyatakan
jadi Kulit dan Bulu Manusia,
2.
Unsur Api, dinyatakan
jadi Darah dan Daging Manusia,
3. Unsur Air, dinyatakan
jadi Urat Balung-balung dan Tulang-tulang Manusia,
4.
Unsur Angin, dinyatakan
jadi Sumsum dan Otot-otot Manusia.
Dengan suatu Kekuasaan Allah SWT dijadikannya segala
sesuatunya dengan Dasar-dasar yang kuat, bahwasanya Muhammad itu adalah Cahaya
yang Empat rupa itu yang Nur-nya tersebut yang mewujudkan adanya lapad-lapad.
1.
Cahaya Hitam, jadi
Perwujudan Lapad Mim Awal,
2.
Cahaya Putih, jadi
Perwujudan lapad Ha,
3.
Cahaya Kuning, jadi
Perwujudan lapad Mim Akhir,
4.
Cahaya Merah, jadi
Perwujudan Lapad Dal,
5.
Johar Awal, jadi
Perwujudan Tasdjid.
Demikianlah
perincian, apabila kita melihat kenyataan dari pada lapad Muhammad
Atau
sebaliknya daripada lapad Allah. Mim Awal, wujudnya lapad kepala Muhammad,
lapad Ha, jadi Dadanya Muhammad, Mim Akhir, jadi Ugel Muhammad dan lapad Dal,
jadinya Kaki Muhammad, secara keseluruhan jadi bentuk (perwujudan) tetapi belum
bisa bergerak (usik) atau masih jadi patung, kemudian diberikan (dibuatkan)
lubang Hidung, lubang Mata, lubang-lubang lainnya, kemudian barulah dimasukan
Roh Allah, setelah itu barulah mempunyai Rasa dan bisa ngucap (ngomong) ada suaranya
dan tersebutlah kata-kata Nama Adam, ditinjau dari kacamata Qodir ialah
dinamakan Jagat Sugir, tetapi apabila Alam Semesta ini bisa dikatakan Jagat,
pada hakekatnya bahwa Manusia itu terjadi adalah pembekuan Cahaya yang Empat
Rupa itu, maka dinamakan Manusia sudah tidak bercahaya lagi, bahwa Jagat Sugir
akan mengalami Kerusakan juga, sudah tidak ada kekuatan lagi. Cobalah anda
perhatikan bahwa Kulit cepat keriput (kempot), jelek dan sebagainya.
Demikian pula Jagat Kabiir Alam Semesta ini (kekuatannya itu karena masih diliputi cahaya sinarnya) Nur Muhammad. Mungkin juga nantinya bisa Alam ini tercapai seperti Manusia, rusak...? apabila cahaya Matahari dan Bulan sudah tidak bersinar lagi, tentu suatu tanda akan kerusakan-kerusakan Alam ini, tidak mustahil bukan...? Kalau Api tadi tinggal panasnya dan Bumi hanya tinggal gelapnya, Angin tinggal hawanya, Air tinggal dinginnya. Siapakah gerangan yang akan menghuni tempat itu ? sebab itu diartikan Neraka namanya karena didalam Al Qur’an telah diterangkan Iblis dan setan yang durhaka yang menempati Neraka itu juga bagi Manusia-manusia yang pada hidupnya menjadi pengikut-pengikut iblis dan setanlah yang pasti mendiami ”Nauzu Billah Minzalik”. Jangan sampai teman kawan sahabat kerabatpun tidak masuk tersebut didalamnya, menjadi penghuni Neraka tersebut bersama setan terkutuk itu. Saudara-saudara marilah kita sekarang kembali kepada soal Adam Alaihi Salam yang telah dijelaskan tentang Asal atau kejadiannya, Adam pada kenyataannya juga daripada unsur-unsur Api dan Bumi yang diolah sedemikian rupa, apabila kita melihat itu semua tidak lepas dari apa yang ada sekarang ini karena tidak mungkin pohon-pohon besar dan kecil tumbuh-tumbuhan dan berkembang tanpa Bumi atau unsur 4 tadi, jadi semuanya membutuhkan Air, Angin, Tanah dan Panas Matahari. Sebab pohon-pohon pun membutuhkan gerak-gerakan, pukulan-pukulan Angin dan lain-lainnya. Sebagai contoh dapat dibuktikan Badan seseorang itu lemah kurus, tetapi kalau ia sering berlatih Gerak (sport) secara Intensif sudah pasti lama kelamaan akan berubah menjadi Segar, Gemuk, Sehat dan Kuat adanya, begitu pula pohon-pohonan karena membutuhkan gerak-gerakan itulah sehingga besar dan berarti, bermanfaat pohon tersebut kepada Manusia (machluk-machluk lainnya) diatas Bumi ini. Apabila kita perhatikan secara Hakekat baik itu pohonnya sendiri maupun buahnya jelas berasal dari pada zat-zat yang 4 tadi, yang kemudian kayunya dapat dipakai untuk masaka dan buahnya bisa dimakan, sudah terdapat unsur tadi sebagai penunjang dari kehidupan Manusia itu sendiri, bahkan kitapun sangat Potensial bagi perkembangan tubuh kita dan cukup kiranya penjelasan tentang kejadian Adam dan unsur-unsur penunjangnya dari pertumbuhan Manusia yang dapat membawa perkembang pembiakan manusia seluruh Dunia ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa Manusia hanya berasal dari sepasang Merpati ialah Adam dan Hawa, tetapi kini telah menjadi milyaran Manusia, ini adalah disebabkan manusia itu hidup memakan makanan-makanan yang mengandung 4 (empat) unsur Dzat tadi, nah marilah kita renungkan baik-baik agar kita tidak terlalu gegabah sesama Insan yang ada dimuka Bumi ini. Karena bagaimanapun juga bahwa kita berasal dari yang Satu ialah dari Allah SWT. Telah diterangkan oleh Ajaran Agama Islam bahwa sesungguhnya Manusia itu berasal daripada Allah dan kembali kepada Allah lagi, ini adalah suatu bukti bahwa Agama Islam mempunyai pengertian yang sangat dalam dan luhur, karenanya kita mau mengakui bahwa kita asalnya dari Allah, Rasullulah.
Saudara-saudara Warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang saya cintai untuk dapat menelusuri perbedaan-perbedaan antara Agama Islam dengan Agama yang lain, apakah yang menjadi kenyataannya bahwa Islam itu adalah lebih tinggi dan sempurna, marilah kita perhatikan; bahwasanya Agama Islam itu dianjurkan untuk lebih dekat dan mengenal kepada Allah SWT, oleh karena dijelaskan oleh Ajaran sifat Dua Puluh. Bahwa tidak Sifatnya Allah Ta’ala, justru itulah yang menjadi sebab bahwa Muhammad saw adalah disebut Penghulu Rasul.
Pernah menceritakan pada zaman para Wali : ialah Wali Syarif Hidayatullah atau Wali Kutub pada waktu Mi’radj ia bisa bertemu dengan Hakekat Nabi Muhammad saw, tetapi mengapakah kita sekarang ini tidak bisa ? sedangkan Islam yang sekarang adalah Agama Islam yang dahulu juga ? cobalah anda renungkan baik-baik. Dan marilah bertanya pada Diri kita masing-masing, apakah sebabnya Nabi Muhammad saw disebut Babunya Roh dan Penghulu Rasul itu ? dan pula bahwa Agama Islam itu lebih tinggi dan sempurna dari Agama-agama lainnya ? justru Agama Islam itu diwajibkan Ma’rifat kepada yang di sembah, adalah bukti dan kenyataannya Nabi Muhammad saw, bisa Mirajd ke Sidratul Muntaha dan pula dijelaskan oleh Wali Syarif Hidayatullah pada waktu beliau Mirajd, bertemu dengan Hakekat Nabi Besar Muhammad saw yang dikatakannya Johar Awal yang artinya bertemu dengan yang disebut Maha Suci, dengan kata lain ialah Sejatining Hidup (Sejatinya Sahadat), inilah yang dikatakan suatu Perpaduan antara Dzat dengan Sifat-sifatnya yang Maha Suci.
Demikian pula Jagat Kabiir Alam Semesta ini (kekuatannya itu karena masih diliputi cahaya sinarnya) Nur Muhammad. Mungkin juga nantinya bisa Alam ini tercapai seperti Manusia, rusak...? apabila cahaya Matahari dan Bulan sudah tidak bersinar lagi, tentu suatu tanda akan kerusakan-kerusakan Alam ini, tidak mustahil bukan...? Kalau Api tadi tinggal panasnya dan Bumi hanya tinggal gelapnya, Angin tinggal hawanya, Air tinggal dinginnya. Siapakah gerangan yang akan menghuni tempat itu ? sebab itu diartikan Neraka namanya karena didalam Al Qur’an telah diterangkan Iblis dan setan yang durhaka yang menempati Neraka itu juga bagi Manusia-manusia yang pada hidupnya menjadi pengikut-pengikut iblis dan setanlah yang pasti mendiami ”Nauzu Billah Minzalik”. Jangan sampai teman kawan sahabat kerabatpun tidak masuk tersebut didalamnya, menjadi penghuni Neraka tersebut bersama setan terkutuk itu. Saudara-saudara marilah kita sekarang kembali kepada soal Adam Alaihi Salam yang telah dijelaskan tentang Asal atau kejadiannya, Adam pada kenyataannya juga daripada unsur-unsur Api dan Bumi yang diolah sedemikian rupa, apabila kita melihat itu semua tidak lepas dari apa yang ada sekarang ini karena tidak mungkin pohon-pohon besar dan kecil tumbuh-tumbuhan dan berkembang tanpa Bumi atau unsur 4 tadi, jadi semuanya membutuhkan Air, Angin, Tanah dan Panas Matahari. Sebab pohon-pohon pun membutuhkan gerak-gerakan, pukulan-pukulan Angin dan lain-lainnya. Sebagai contoh dapat dibuktikan Badan seseorang itu lemah kurus, tetapi kalau ia sering berlatih Gerak (sport) secara Intensif sudah pasti lama kelamaan akan berubah menjadi Segar, Gemuk, Sehat dan Kuat adanya, begitu pula pohon-pohonan karena membutuhkan gerak-gerakan itulah sehingga besar dan berarti, bermanfaat pohon tersebut kepada Manusia (machluk-machluk lainnya) diatas Bumi ini. Apabila kita perhatikan secara Hakekat baik itu pohonnya sendiri maupun buahnya jelas berasal dari pada zat-zat yang 4 tadi, yang kemudian kayunya dapat dipakai untuk masaka dan buahnya bisa dimakan, sudah terdapat unsur tadi sebagai penunjang dari kehidupan Manusia itu sendiri, bahkan kitapun sangat Potensial bagi perkembangan tubuh kita dan cukup kiranya penjelasan tentang kejadian Adam dan unsur-unsur penunjangnya dari pertumbuhan Manusia yang dapat membawa perkembang pembiakan manusia seluruh Dunia ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa Manusia hanya berasal dari sepasang Merpati ialah Adam dan Hawa, tetapi kini telah menjadi milyaran Manusia, ini adalah disebabkan manusia itu hidup memakan makanan-makanan yang mengandung 4 (empat) unsur Dzat tadi, nah marilah kita renungkan baik-baik agar kita tidak terlalu gegabah sesama Insan yang ada dimuka Bumi ini. Karena bagaimanapun juga bahwa kita berasal dari yang Satu ialah dari Allah SWT. Telah diterangkan oleh Ajaran Agama Islam bahwa sesungguhnya Manusia itu berasal daripada Allah dan kembali kepada Allah lagi, ini adalah suatu bukti bahwa Agama Islam mempunyai pengertian yang sangat dalam dan luhur, karenanya kita mau mengakui bahwa kita asalnya dari Allah, Rasullulah.
Saudara-saudara Warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang saya cintai untuk dapat menelusuri perbedaan-perbedaan antara Agama Islam dengan Agama yang lain, apakah yang menjadi kenyataannya bahwa Islam itu adalah lebih tinggi dan sempurna, marilah kita perhatikan; bahwasanya Agama Islam itu dianjurkan untuk lebih dekat dan mengenal kepada Allah SWT, oleh karena dijelaskan oleh Ajaran sifat Dua Puluh. Bahwa tidak Sifatnya Allah Ta’ala, justru itulah yang menjadi sebab bahwa Muhammad saw adalah disebut Penghulu Rasul.
Pernah menceritakan pada zaman para Wali : ialah Wali Syarif Hidayatullah atau Wali Kutub pada waktu Mi’radj ia bisa bertemu dengan Hakekat Nabi Muhammad saw, tetapi mengapakah kita sekarang ini tidak bisa ? sedangkan Islam yang sekarang adalah Agama Islam yang dahulu juga ? cobalah anda renungkan baik-baik. Dan marilah bertanya pada Diri kita masing-masing, apakah sebabnya Nabi Muhammad saw disebut Babunya Roh dan Penghulu Rasul itu ? dan pula bahwa Agama Islam itu lebih tinggi dan sempurna dari Agama-agama lainnya ? justru Agama Islam itu diwajibkan Ma’rifat kepada yang di sembah, adalah bukti dan kenyataannya Nabi Muhammad saw, bisa Mirajd ke Sidratul Muntaha dan pula dijelaskan oleh Wali Syarif Hidayatullah pada waktu beliau Mirajd, bertemu dengan Hakekat Nabi Besar Muhammad saw yang dikatakannya Johar Awal yang artinya bertemu dengan yang disebut Maha Suci, dengan kata lain ialah Sejatining Hidup (Sejatinya Sahadat), inilah yang dikatakan suatu Perpaduan antara Dzat dengan Sifat-sifatnya yang Maha Suci.
Jadi
biarpun kita hanya umpama bisa bertemu dengan Hakekatnya para Wali-wali Allah, sudah barang tentu kita diteruskan dan akan jadi ikut tahu dan juga kepada
Hakekatnya Nabi Besar Muhammad SAW, itu insyaallah mudah-mudahan kita diakui
menjadi umatnya Rasullullah, dan sudah dengan sendirinya diselamatkan baik didunia maupun
di akherat nanti dengan Kesucian Diri dan Keredhoaannya Allah SWT.
Jadi apabila kita belum mengerti atau tahu serta yakin kepada Rasullullah, lebih-lebih kepada Hakekatnya, tentunya belumlah Syah pengakuan kita itu, atau sebagai pengikutnya agar kita tidak jadi setan aku-aku, karenanya Ilmu ada Rukun-rukunnya, sebab barulah dianggap syah membaca Syahadat itu apabila kita telah mengenal dan tahu apa yang disebutnya. Hal tersebut telah diterangkan Al Qur’annul Karim, lebih dahulu harus menetapkan Dzat dan Sifatnya Allah Ta’ala dan menetapkan dulu Asmanya serta menetapkan Ap’alnya Allah Ta’ala dengan sungguh-sungguh sidik kepada Allah dan Rasulnya.
Jadi apabila kita belum mengerti atau tahu serta yakin kepada Rasullullah, lebih-lebih kepada Hakekatnya, tentunya belumlah Syah pengakuan kita itu, atau sebagai pengikutnya agar kita tidak jadi setan aku-aku, karenanya Ilmu ada Rukun-rukunnya, sebab barulah dianggap syah membaca Syahadat itu apabila kita telah mengenal dan tahu apa yang disebutnya. Hal tersebut telah diterangkan Al Qur’annul Karim, lebih dahulu harus menetapkan Dzat dan Sifatnya Allah Ta’ala dan menetapkan dulu Asmanya serta menetapkan Ap’alnya Allah Ta’ala dengan sungguh-sungguh sidik kepada Allah dan Rasulnya.
Demikianlah
syahnya kita membaca Syahadat, karena kita lebih dahulu disuruh benar untuk membersihkan Kotoran yang ada dalam Diri Kita masing-masing, terutama dihadapan
Allah dan Rasulnya. Bagaimana kita bisa mengucapkan beriman kepada Allah
jikalau kita belum mengenalnya, bagaimana kita bisa Ma’rifatnya dengan tetap, karena mesti tahu dahulu barang-barangnya (rasanya). Bukti kita rasakan
barulah tepat membaca Syahadatnya bukan hanya sekedar diucapkan saja/dibaca
saja.
Kalau
seumpama sekedar menyebut atau membaca Syahadat cukup begitu saja sudah syah,
anak kecilpun bisa dan gamblang terpengaruhnya oleh karena hal tersebut
diwajibkan tahunya serta mengerti, apabila tidak demikian bisa-bisa dengan
pandai menyebut sesuatu (benda/barang) tetapi apabila ditanyakan kaya apa barang
tersebut atau tidak kenal atau tahu, maka akan percuma saja buka?
Dan apabila boleh diumpamakan seperti membaca program film, ceritanya ramai
dan lucu, hebat dan menegangkan, tetapi hanya membaca ceritanya tetapi tidak
melihat langsung, tidak mungkin akan nikmat, seandainya kita tidak membaca
ceritanya, namun kita langsung nonton, melihat perwujudan peragaan dengan tentu saja
lebih nikmat bukan, walaupun tanpa membaca ceritanya itu. Cobalah anda
renungkan dan pertimbangkan baik-baik jadi agar Iman yang kita gunakan/terapkan
dalam hati kita bukan sekedar dapat dengar dari Guru atau Ustadz maupun dari Kitab.
Seperti halnya akan lebih afdol kita sendirilah yang mengetahui serta
merasakannya juga, bukti yang kita alami yang sudah barang tentu akan lebih
mantap.!
Saudara-saudara
para pembaca yang budiman marilah kita bersama-sama kejalan itu, agar jangan
sampai kita keterlaluan dalam mengemban amanat Hidup didunia ini. Bagi anda
yang mempelajari Al Qur’an (atau mengaji) dan yang hanya sekedar mendengar saja
dari kitab-kitab, hendaklah jangan cepat-cepat meremehkan orang ataupun cepat
tidak percaya dengan apa yang dirasakan aneh itu. Lebih-lebih dengan
menjelek-jelekan pendapat orang lain dengan begitu saja, sedangkan dia sendiri
belum tahu persis apa yang orang itu pelajari, oleh karena manusia-manusia
dijaman sekarang sudah terlalu tinggi Ilmu Pengetahuan juga amat kritis cara
berpikirnya, sebab orang-orang sekarang sudah tidak mau dibohongi begitu saja
(dibodoh-bodohin) dalam segala hal, ia percaya sesuatu harus dengan kenyataan,
karena Ajaran Islam bukan Khayalan, sesungguhnya Realitas Ilmu Islam.
Sangat
jelas segalanya dapat diwujudkan melalui Ilmu, dapat membuktikan yang Asalnya belum ada, kini telah diadakan oleh Pengetahuan mutahir karena ini semua sudah
menjadi kehendak Allah Rabul Alamin, jadi yang tadinya bodoh kini pintar, cobalah
anda perhatikan bahwa Ilmu Rasulullah ada tingkatannya.
- Ilmu Syariat,
- Ilmu Tarikat,
- Ilmu Hakekat,
- Ilmu Ma’rifat.
”Wabudu Robbaqqa Hattaya Tiayakaiyakin”
Artinya :
Menyembah
kepada Allah harus sidik, artinya benar jujur serta yakin supaya syah Dzatnya
dan supaya syah Sifatnya. Maksud dari ajaran Al Qur’an supaya para pembacanya
benar-benar dapat menikmati apa-apa yang terkandung didalam Al Qur’an tersebut
bukan hanya sekedar dibaca, agar para pembaca dapat merasakan Kebesaran Allah
yang sehingga tiada terasa dirinya terpisahkan kepada Allah SWT dan Rasulnya,
dimana kita sidah merasa tidak terpisah lagi kepada Allah dan Rasulullah sudah
tidak mungkin Manusia (kita itu), akan mempunyai hati yang jelek apalagi
berbuat yang tidak-tidak sehingga merugikan orang lain (sesamanya) sudah pasti
dia akan merasa malu. Sebab dia merasa telah segalang-segulung dengan Allah
Ta’ala siang maupun malam, jangan sampai ia mau berbuat sesuatu yang jahat
kepada sesamanya. Baru niat saja Allah tahu dan tiada tersembunyi dihadapan
Allah sudah tentu segala tingkah laku kita menjauhkan diri dari sifat-sifat
sombong, takabur, menghina dan sebagainya.
Karena
dirinya sendiri merasa tidak bisa apa-apa keluarpun juga dari tempat yang hina,
jelas baginya tidak ada kekuasaan apa, bahkan dia menyatakan sendiri tidak
punya daya upaya selain Allah, istilah kata, ia menerima rejekipun berkat
pertolongan Allah (dengan Qodratnya) dan apabila Manusia-manusia itu masih saja
tidak mau merobah sifat tercela apakah sirik pidik kepada sesamanya, jelas
bahwa Manusia itu tidak punya malu dan tidak berterima kasih sekaligus tidak
tahu diri namanya. Apakah kiranya anda pembaca tergolong orang-orang semacam
itu ?. Nau’udu Minjalik, nah sekalipun itu Manusia-manusianya disebut santri,
ulama, kiyai kalau ia belum merasa dekat bersama-sama Allah SWT sudah pasti
disadari atau tidak ia akan melakukan (mengerjakan hal-hal yang
tercela/dilarang oleh hukum-hukum Islam).
Karena
sikap sombong dan takabur sudah pasti dilakukan sebab kadang-kadang ia suka
mencela orang lain bahwa dirinya yang paling benar atau taqwa kepada Allah
Ta’ala, bahwa sesungguhnya ia tidak sadar telah memperkosa Hak Allah Ta’ala,
dan para pembaca jauhilah ucapan-ucapan yang dapat menyinggung perasaan orang
lain lebih-lebih si anu kapir, si anu kupur, si anu munafik, ingkar dan
sebagainya jelas bahwa orang yang demikian itu sama dengan diucapkan olehnya
sendiri, karena ajaran Agama Islam paling tinggi dan sempurna, sampai-sampai Al
Qur’an menjelaskan siapa Manusia yang menyalahkan orang lain sesungguhnya
dialah yang paling salah.
Saudara-saudara
warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang budiman, adapun tentang si A dan si
B itu adalah Munafik, ingkar dan sebagainya. Itu adalah urusan Allah
Subhanallah Wata’ala yang menentukan, sebab kita semua ini pada kenyataannya
mengaku beragama hanya sekedar mengikuti yang telah ada saja. Mungkin kita
takut, kalau-kalau dikatakan kafir pada hal kita semua mungkin saja karena
Buyut kita Agama Islam terus kita ngaku saja Agama Islam juga, tidak tahu apa
yang disebut Islam ?. Begitu pula orang-orang yang Agamanya lain tidak mungkin
anak dan cucunya dibawa kelanggar / Mesjid, cobalah kita renungkan sama-sama.
Dan
selanjutnya marilah kita melihat firman Allah didalam Al Qur’an surat Ath
Thalaaq (surat 65 ayat 3) yang berbunyi sebagai berikut :
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرً
Artinya
:
Siapa-siapa
yang bertawakal / menyerahkan Diri Kepada Allah Ta’ala, maka Allah akan
mencukupinya sesungguhnya Allah menyampaikan urusan yang dikehendakinya. Allah
menjadi Qodar aturan yang tentu demikian tentang makna yang terkandung
didalamnya, nah marilah kita sama-sama memperhatikan apa yang telah digambarkan
oleh ayat-ayat tersebut diatas agar hendaknya kita mengerti dan tahu. Apa yang
sebenarnya disebut Islam tadi karena ada hakekatnya, pengertian Islam itu
sendiri adalah Suci ? artinya bersih tidak terdapat tanda-tanda dan noda, jadi
sulit digambarkannya saking bersihnya dan kini kita lihat apakah yang akan
menjadi kotor-kotoran didalam diri kita masing-masing untuk sukarnya kita ini
mengaku Islam paling sempurna, sebab kita selalu dikuasai oleh hawa nafsu yang
tidak baik, yang membuat kita sulit, juga apabila tidak punya nafsu tentunya
dunia pun tidak berkembang. Tetapi sudah sangat beruntung sekali apabila kita
bisa menghilangkan sifat-sifat sirik, picik dan hasut kepada sesamanya karna
perbuatan-perbuatan yang semacam itu yang mungkin menutupi perintah Allah.
Sebab
pada sebenarnya Islam cuma satu (suci) tidak ada dua atau tiga, satu-satunya
pun Ghoib lagi karenanya itu adalah sifat Nur.
Kira-kira
demikianlah yang tidak dihinggapi hawa nafsu, sabar pada waktu kita berada
didalam Nur, tidak mempunyai keinginan apa-apa itulah yang diartikan namanya
secara umum yang disebut Rasulullah, jadi kedudukan Manusia (kita ini) tidak
kebagian pangkat Islam, yang ada hanya sekedar umat saja. Tetapi sungguhpun
demikian yang mendapat titel umat pun sedikit sekali mungkin tidak satu dalam
seribu karena tidak semudah yang kita ucapkan, sebab kita diwajibkan lebih
dahulu Mengenal Hakekatnya Nabi Muhammad saw / Rasulullah tapi kebanyakannya
orang hanya mengaku-ngaku saja Islam, sesungguhnya ia sendiri belum tahu apa
itu Islam didalam Rukun Islam. Kita diwajibkan berziarah ke Baittulllah dan
agar mengenal hakekatnya kemakam Rasulullah agar dapat Keredoan Allah SWT yang
ada didalam Diri kita sendiri, sebagaimana diterangkan sabda Rasulullah yang
berbunyi :
”Qullu Umatin Warusulluh”
Artinya :
Seluruh
Umat Manusia yang ada Disemesta Alam ini ketetapan Rasulullah yaitu Rasanya
Allah. Bukankah hal tersebut sangat wajib sekali, kita sama-sama untuk
mengetahui serta kita sama-sama mengenal yang disebut Hakekatnya Rasulullah
yang berada didalam Diri Kita sendiri.?
Seandainya
kita ini belum mampu berjiarah ke Mekah maupun Madinah karena mungkin banyak
faktor yang belum dapat kita penuhi yang utama ialah mungkin faktor ekonomi
yang belum kita dapat kesana. Apabila demikian apakah tidak yang lebih baik
jika kalau kita dari sekarang telah mengenal dan mengerti sendiri apa-apa yang
ada pada Diri anda masing-masing yang berarti, mengurangi nilai-nilai yang
telah ditentukan dengan Ajaran Agama Islam yang dijelaskan berdasarkan
ayat-ayat sabda Nabi tersebut diatas, mengingat disamping itu bahwa kita umat
yang beragama Islam diwajibkan untuk memenuhi Rukun Islam ke 5 (lima)
mengerjakan Ibadah justru sangat perlu sekali. Untuk dilaksanakan apabila kita
ketahui bahwa Haji dibuat 2 (dua) macam yaitu Haji Ma’jaji dan Haji Hakiki.
Dan
bagaimanakah cara pelaksanaannya yang disebut Haji Ma’jaji itu yaitu:
1.
Orang-orang yang telah
cukup syarat-syaratnya terutama Keuangan,
2.
Ilmunya,
3.
Kesehatan Tubuhnya.
Adapun
yang disebut Haji Hakiki itu, ialah yang dapat mencari Haknya atas pribadinya
sendiri yang telah diberi petunjuk oleh Ajaran Agama Islam dalam Al Qur’annul
Karim dan Kitab-Kitabnya yang berarti bahwa orang-orang tersebut telah berusaha
mengenal kepada Hakekat Muhammad saw (dan Hakekatnya Baittullah) yang didalam
dirinya sendiri (masing-masing) karena sebenarnya bahwa Rasulullah itu tiada
mati yang meninggal itu Nabi Muhammad saw, sebab kalau Rasulullah itu mati
sudah barang tentunya Dirinya pun jelas juga tidak ada lagi, sebab pada jaman
Wali Allah Syarif Hidayatullah Mi’radj beliau masih bisa bertemu dengan
Hakekatnya Rasulullah, mengapakah kita umat-umat yang beragama Islam tidak
bisa, sedangkan kita ini adalah penerus-penerusnya yang kuat dan khusuk dalam
menjalankan Ibadahnya, akan bertemu seperti dijelaskan Wali Kutub / Syarif
Hidayatullah, Wajibkah kiranya mencari tahu dan melaksanakan itu karena kita
semua adalah calon-calon untuk pulang ke Alam Asal tadi, betapa pentingnya
bukan ?!.
Cobalah
anda ingat-ingat dulu dan marilah kita perhatikan baik-baik penjelasan tentang
ketentuan yang disebut Umat Rasulullah yang dipandang dari sudut / segi Syariat
dan Hakekatnya yaitu mempunyai hak-haknya sendiri ialah ada 4 (empat) rupa yang
disebut Sahabat:
- Sahabat Abu Bakar,
- Sahabat Umar,
- Sahabat Usman,
- Sahabat Ali.
Dan
Sahabat-sahabat tersebut diatas yang 4 (empat) tadi, selalu segalang segulung
dengan Rasulullah baik siang atau malam, maka ialah yang dikatakan Sahabatnya
dan pula Rasulullah / Nabi Muhammad saw telah meninggal Dunia yang berarti yang
meninggalnya itu ialah Ma’jajinya atau Jasmaninya atau Perwujudannya saja,
namun Hakekatnya tentunya tetap. Adanya yaitu dalam Tubuh Manusia, oleh karena
diterangkan dalam Hadist Rasulullah Hakekat daripada Nabi Muhammad saw itu
adalah di Diri masing-masing. Marilah kita renungkan sejenak yang disebutkan
diatas tadi dan Kejadian-kejadian atas Diri kita ialah:
1.
Hakekatnya Sahabat Abu
Bakar, bukti dan kenyataannya ialah jadi Penglihatan,
2.
Hakekatnya Sahabat
Umar, bukti dan kenyataannya ialah jadi Pendengaran/Telinga,
3.
Hakekatnya Sahabat
Usman, bukti dan kenyataannya ialah jadi Pengucapan/Mulut,
4.
Hakekatnya Sahabat Ali,
bukti dan kenyataannya ialah jadi Pembauan/Hidung.
Adapun
yang bersifat Penglihatan, Pendengaran, Pengucapan maupun Pembauan itu semua
adalah merupakan Ghoib. Tidak ada wujudnya, itupun adalah Hakekatnya daripada
Sahabat-sahabat tersebut diatas, justru Sahabat yang 4 (empat) tadi perlu kita
ketahui apa dan siapa yang sebenarnya, begitu pula Hakekatnya Nabi Muhammad
saw. Hendaknya harus menjadi satu, dan harus bisa pula merasa bersama-sama baik
siang maupun malam dengan yang disebut Rasulullah, dimana para Sahabat-sahabat
tadi tidak lagi merasa berpisah dengan Rasulullah, barulah kita dapat diakui
sebagai umatnya dan apabila telah mendapat pengakuan menjadi umatnya sudah
barang tentu akan sempurnalah Agama dan Imannya, yang dilaksanakan itu, dan
barulah kita akan dihadapkan kepada Allah SWT, yang disebut Maha Suci. Dan
apabila dari mulai sekarang ini kita mau mengenal Rasulullah, juga tidak kita
merasa menjadi satu selama kita masih di Alam Dunia ini, sudah dengan
sendirinya kelak di Akherat tetap tidak kenal atau tetap saja berpisah dan
tidak salah lagi atau pasti nyawa kita Roch si Manusia tadi kembali lagi ke
Alam Dunia atau dengan titis menitis ke Alam Fana, artinya Marakayangan bisa
mewujudkan dirinya, ialah menjadi setan yang kadang-kadang menggangu
Manusia-manusia yang tidak beriman kepada Allah SWT, ada kemungkinan bisa masuk
keraga hewan-hewan dan masuk kebenda-benda yang bisa rusak juga,
celakalah/sesatlah orang-orang yang demikian tadi.
Saudara-saudara
para warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca tercinta, marilah kita sama-sama
berusaha menyempurnakan Iman Islam kita bisa sesuai dengan firman Allah yang
berbunyi sebagai berikut :
”Walladzi
Nafsihi Biyadihi Layu’minun Ahadukum Yuhibah Li’achsih Mayuhibul Lil Nafsihi”
Artinya :
Demi
Allah tidaklah sempurna Iman Islam seseorang (hamba) apabila ia tidak mencintai
atau menyayangi sesama Manusia (insan) sebagaimana ia mencintai serta
menyayangi dirinya sendiri. Sudahkah anda laksanakan ataupun anda penuhi apa
yang telah digariskan oleh ayat tersebut diatas ? sudah bukan membacanya,
cobalah pikirkan dan renungkan baik-baik.
Dan
marilah kita teruskan lagi dengan melihat firman / ayat yang lain agar kita
masing-masing menjadi lebih mengerti perintah-perintah Agama yang diberikan
kepada kita sekalian, tentu kita banyak prihatin akan ayat-ayat tersebut bahkan
sangat wajib dilaksanakan bukan sekedar dilagu-lagukan, hendaknya benar-benar
diperhatikan seperti ayat berikut ini :
”Wal Qodri Khoiri Wassarih Minnallahi Ta’ala”
Artinya
:
Untung
baik dan nasib buruk adalah sudah ditentukan oleh Allah, nah bagaimanakah
fikiran anda ? sudah benar-benar anda Imankan !, agar jangan sampai murtad atau
sampai keliru sebaik kita cari dulu pengertiannya yang sehingga tidaklah begitu
saja kita telah apa yang telah disunnahkan oleh ayat tersebut diatas, karena
hal mana menyangkut tentang Kehidupan Manusia di Alam Semesta ini, memang kita
percaya bahwa susah dan senang itu ada, dan yang merasakannya ialah tentunya
Manusia (kita bukan) mengingat bahwa Rasulullah menganjurkan pada umat Islam
untuk menuntut Ilmu walau sampai ke negeri asing sekalipun, jadi bisa ditarik
kesimpulan pada kebanyakan orang (umum) yang susah itu adalah orang yang tidak
berilmu, apabila demikian halnya penderitaan dan kebahagian itu ditentukan pula
oleh Ilmu yang diperoleh.
Dijaman
sekarang ini, manusia-manusianya pintar-pintar (maju-maju sesuai dengan anjuran
Rasulullah itu agar kita terhindar dari nasib buruk / penderitaan). Hal-hal
tersebut oleh anda dapat direnungkan, yang sehingga Iman dan Islam anda tidak
mudah begitu saja menerimanya karena ingat bahwa kita Manusia telah
dianugerahkan Akal dan Pikiran yang sempurna (sehat) oleh Allah SWT.
”Talabul Ilmih Faridotun Alaquli Muslim”
Artinya :
Apakah
maksud dan tujuan Rasulullah itu menyuruh umat Islam menuntut Ilmu, sudah tentu
akan mempunyai Arti dan Makna yang cukup luas.
Karena
ia telah mengerti bahwa menuju Kebahagian itu harus dengan Ilmu dan untuk
mengolah yang asalnya tidak ada menjadi ada, anda tentunya harus dengan Ilmu,
cobalah anda perhatikan Sifat Allah yang Dua Puluh, apakah artinya Qidam Sifat
Allah, Qidam ialah tidak ada permulaan dan tidak dan penghabisan. Jadi apabila
Allah telah menyediakan segala keperluan untuk Manusia, apakah kiranya datang
atau jadi dengan sendirinya ??? tentu jelasnya membutuhkan Akal dan Pikiran (pengolahan)
yaitu Ilmu-ilmu, contoh dekat sekali umpamanya minyak tanah yang sehari-hari
kita pergunakan untuk memasak dsbnya. Memang disediakan oleh Allah, dari sejak
awal dunia ini ada tetapi apakah bisa digunakan itu tanpa diolah lebih dahulu,
jadi kita percaya bahwa Kekayaan Bangsa Indonesia yang disediakan oleh Allah
SWT baik diangkasanya dan kekayaan yang ada didalam bumi Indonesia cukup, yang
ini memberi kesejahtraan hidup bangsa Indonesia, itu sudah melaksanakan / bisa
melaksanakan sendiri mengolah kekayaan bumi kita, mungkin 4 X lipat
kemegahannya membangun bangsa negara manapun Agamanya, tetapi karena kebanyakan
bangsa kita masih berdiam cara berpikirnya di 8 juta tahun yang lalu, maka
marilah terutama kaum penerus pembangunan-pembangunan Agama Islam bangkitlah
dan pikirkanlah tujuan Agama Islam, tidak lain ialah mencapai Kemenangan Lahir
Bathin, Dunia dan Akhirat. Hal-hal tersebut tidak datang serta merta begitu
saja, harus dengan perjuangan yang gigih sebagai realisasi pengabdian diri kita
terhadap semua Insan.
Sekaligus
taat patuh kepada Yang Maha Kaya dan Bijaksana, maka oleh sebab apa yang telah
saya uraikan diatas sebagai bahan pemikiran anda untuk lebih meyakinkan
keimanan anda, dan tidak hanya sekedar percaya yang membabi buta, sebab saya yakin
siapa saja apabila ia mengalami Kesusahan / Penderitaan serta tidak mau atau
mengomel dalam hatinya. Bagaimana dengan ayat tersebut diatas ? renungkanlah
!!!!.
Saudara-saudara
para warga ”Kekeluargaan” dan para simpatisan yang budiman, masih kita telusuri
ayat-ayat lain yang kiranya dapat memberi kemantapan Iman yang seperti tertera
dibawah ini:
”Alaikum Bisshidiq Fainnashi Diq Illalbiri Birri Yahdiy
Illaljannaty”
Artinya :
Hendaklah
anda Berkata Benar oleh karena Kebenaran itu membawa Kebaikan, itulah membawa
ke Surga / Kebahagian dan jauhilah perkataan-perkataan yang berdusta yang tidak
ada gunanya, justru dusta dan berbohong itu adalah membawa Kejahatan, Kejahatan
itu sendiri menuju ke Neraka.
Demikianlah
ayat tersebut diatas telah menjelaskan kepada kita, apakah kiranya masih belum
kita sadari, tentunya bagi kita disuruh berfikir apabila kita merasa telah
beriman kepada Al Qur’an, sudah pasti kita akan yakin bahasa apa yang dikatakan
oleh ayat tersebut tidak ada yang akan membantahnya sudah barang tentu
maksudnya agar kita tidak berkata yang kita sendiri belum tahu / belum
merasakan, itupun juga termasuk golongan yang berdusta (bohong) lebih-lebih
berkata-kata seenak-enaknya saja, menuduh orang itu kerjanya begitu dan orang
itu membuatnya begini, itupun tergolong jahat.
Apabila
hal-hal demikian secara tidak langsung, anda sadari mengucapkannya tentu anda
memilih tempat yang paling bawah atau Neraka, jadi apapun yang anda lakukan
apabila anda belum tahu atau belum merasakan sendiri janganlah berpura-pura
seperti sudah mengerti...hukumnya dosa. Justru Kitab yang ditentukan sebagai
petunjuk bukan sekedar dibaca. Hendaklah dihayati sehingga keimanan kita tidak
semata-mata dari Kitab saja, harus dengan buktinya yang langsung kita
merasakannya / mengetahuinya sendiri.
Dan
marilah kita lanjutkan terus dengan memperhatikan firman Allah yang lainnya
yang ada sebagai berikut : Surat Yassin (surat 36 ayat 82).
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya :
Apabila
Allah menghendaki sesuatu hanyalah dengan perintahnya maka terjadilah, dia
cukup dengan sekali perkataan terciptalah apa-apa yang ia kehendaki, itulah
yang disebut Sifat Maha Kuasa dan Maha Menentukan, tentu dapat membuktikan
segala yang ia rencanakan apabila perlu Manusia bisa merubah menjadi Hewan /
atau lain-lainnya. Maka hendaknya hati-hatilah dengan Niat dan Perbuatan Anda
Sendiri.
Saudara-saudara
para warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang terhormat, setelah kita
sama-sama memperhatikan ayat demi ayat beserta penjelasannya yang kiranya dapat
kita jadikan bahan untuk kita simpulkan apa-apa makna yang terkandung
didalamnya dan kita coba agar lebih mudah lagi.
Untuk
mendapat gambaran serta kedudukan Asal dari Kelengkapan Manusia yang telah
dikasih alat-alatnya oleh Allah SWT.
Pada
sesungguhnya bahwa Manusia itu telah dicukupi alat-alat perubahannya dari Allah
SWT, seperti kelengkapan-kelengkapan 2 (dua) Tangan, 2 (dua) Telinga, 2 (dua)
Kaki, 2 (dua) Mata, 2 (dua) Lubang Hidung, Mulut juga dilengkapi Hawa
Nafsunialah:
- Nafsu Amarah,
- Nafsu Waluam’mah,
- Nafsu Sawiyah,
- Nafsu Mutmainah.
Alat-alat
kelengkapan yang diberi Allah itu tinggal kita saja yang memilihnya yang mana
yang akan kita pakai. Seandainya kita akan Kesurga..Kerjakanlah hal-hal yang
diperintahkan oleh Allah, banyak berbuatt kebajikan sesama Manusia di Alam
Semesta ini, tidak akan membantah Undang-Undang dan Aturan Negara yang
menjatuhkan diri dari perbuatan tercela. Dan apabila memilih jalan Neraka,
alatnya gunakanlah untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Agama (Allah) seperti menipu, membohong, menghasut, mencela, sirik, pidik
sesamanya dan hal-hal lain yang secara gamblang dilarang negara atau hukum
negara, seperti yang kita ketahui sebagai contoh Imron walaupun ia patuh kepada
Agama dan Allah tetapi melanggar hukum negara, pasti dosa / Neraka namanya,
jadi kesimpulannya Allah telah sediakan semua kelengkapan untuk mencari jalan
yang maha anda idam-idamkan mau cari enak, alatnya ada, mau cari tidak enak
alatnya pun ada, terserah anda saja yang memilihnya, oleh Allah telah
dijelaskan didalam Al Qur’annul Karim, siapa-siapa yang berkebaikan dia akan
menerima pahalanya sendiri dan siapa-siapa yang berbuat kejahatan dia akan
menjalankan hukumannya sendiri, sesungguhnya Allah itu tidak sedikitpun
menghukum hambanya, yang jelas adalah perbuatan mereka sendiri yang menghukum
atau yang menyiksanya.
Inilah
perlu anda sadari sedalam-dalamnya kata-kata tersebut sebab agar tidak salah
kepada kata-kata sendiri, pada umumnya orang mengatakan nanti kamu disiksa oleh
Allah (Tuhan) berarti secara tidak kita sadari telah langsung menuduh Allah
berbuat kejahatan kepada ciptaannya sendiri, bukanlah hal ini sering diucapkan
oleh anda ? sesungguhnya Allah itu Maha Suci, Maha Pemurah, Maha Penyayang dan
Maha Bijaksana. Renungkanlah ucapan-ucapan tadi, ”Addunya Mazrattul Akhirat”
dunia ini adalah tempat bercocok tanam. Jadi selama anda masih di Alam Semesta
ini tanamlah apa-apa yang untuk persediaan di Akherat kelak, mengingat hal
tersebut bertitik tolak daripada Manusianya (kita sendiri) karena yang akan
kita bawa adalah ulah kita di dunia ini. Jangan mengharap bantuan orang lain,
guru-guru Islam, Ulama semuanya itu hanya sekedar memberi petunjuk tidak akan
dapat menolong ataupun mempertanggung jawabkan perbuatan orang lain (atau
perbuatan kita) maka oleh sebab itu didalam mengemban amanat Allah gunakanlah
pikiran yang sehat dan sempurna, gunakanlah budi perkerti yang luhur, ramah
tamah, jangan sembrono, jangan asal mengucap saja enak buat kita sendiri, masa
bodo buat orang lain, justru berpikirlah sebelum berbicara dan sadarilah
sedalam-dalamnya, agar perbuatan yang baik dengan yang buruk sekurang-kurangnya
ada keseimbangannya, coba anda awasi sendiri hasil perbuatan anda dimuka bumi
ini. Jadi sudah jelas apabila anda ingin melakukan sifat Mutmainah (kebaikan)
contohnya anda harus berlindung kepada Allah SWT dan Rasulnya supaya bisa
Ma’rifat kepada Allah, pasti bisa merasa selalu berdampingan siang mapun malam
dan tidak merasa berpisah lagi, inilah yang bisa diartikan dimana saja anda
(Manusia ada) disitu Allah ada, dan tehindarlah pasti diri anda dari perbuatan
yang tercela dan tingkah laku yang senonoh ataupun dengan perbuatan yang tidak
dibenarkan oleh Negara (masyarakat) dan marilah kita lanjutkan dengan
penjelasan tentang Al Qur’an, apabila kita perhatian sebutan-sebutan
kata-katanya Al Qur’an ada 4 (empat) macam / namanya seperti tersebut dibawah
ini:
- Al Qur’annul Majid,
- Al Qur’annul Karim,
- Al Qur’annul Hakim,
- Al Qur’annul Adhim.
Ini
semua Al Qur’an yang 4 (empat) namanya / rupa diartikan oleh para ulama antara
lain :
- Al Qur’annul Majid, ialah Qur’an yang ada Tulisannya (nyata).
- Al Qur’annul Karim, ialah Qur’an yang Mulia Namanya,
- Al Qur’annul Hakim, ialah Qur’an yang Agung / Tinggi,
- Al Qur’annul Adhim, ialah Qur’an yang suci dan kekal, tidak rusak walaupun kehujanan, tidak lapuk walaupun kepanasan.
Adapun
semuanya itu pada kenyataanya Al Qur’an yang bertulisan juga dan Kekal Hukumnya
berlaku dari dunia sampai keakherat. Begitulah Al Qur’an yang 4 (empat) rupa
tadi oleh ahli-ahli sya’ra diborong saja biarpun ada 4 rupa (wujudnya satu)
bukti-bukti itu juga ialah satu, apakah kiranya Al Qur’an yang bertulisan itu
disamakan dengan topekong, dipuja-puja, disembah-sembah dan dijunjung-junjung,
bukankah Al Qur’an yang bertuliskan bisa rusak juga?, apabila rusak tentunya
baru namanya. Kalau umat yang beragama Islam berpikir seperti itu ataupun
pengertiannya sama / atau kekeh kepercayaan seperti itu, apakah bedanya dengan
Agama-agama yang lainnya? Seperti menyembah Topekong, Khong Hu Chu atau
menyembah Yesus, itukah sama saja dengan kita yang bisa mati (rusak) juga sama
dengan penyembahan-penyembahan Para Karuhun (leluhur) atau Roch Suci yang
berasal dari Manusia juga, sesungguhnya bagi kita yang mengaku ber-Agama Islam
sudah harus dibuang jauh-jauh karena hal itu jelas akan dapat menyesatkan diri
sendiri, mudah-mudahan saja bagi warga ”Kekeluargan” dan teman simpatisan
tidaklah terbawa dengan pikiran-pikiran kesana, maka hendaknya kita kaum
muslimin janganlah sampai keliru men-terapkan Iman Islam kita. Dan marilah kita
perhatikan sama-sama, bukti-bukti dari manakah sebenarnya Al Qur’an yang 4
(empat) rupa itu asalnya:
- Al Qur’annul Majid, ialah bisa dibaca karena ada lafadnya.
- Al Qur’annul Karim, ialah yang Mulia dalam Tubuh Manusia (tangan),
- Al Qur’annul Hakim, ialah Yang Agung / Tinggi dalam Tubuh kita (Mata Penglihatan),
- Al Qur’annul Adhim, ialah Suci dan Kekal, yang Kekal itu ialah Hidup.
Maka
itu jelasnya adalah begini yang dikatakan Mulia ialah tangan Manusia, karena
tanpa tangan tidaklah sempurna membuat aksara dan pula tidaklah sempurna
menulis aksara itu tanpa melihat, jadi mulut, tangan, mata itu tidak akan bisa
bekerja atau membuat aksara tanpa adanya Hidup, pada sesungguhnya adalah si
Hidup itulah apabila ditarik kesimpulan yang disebut Mulia.
Sebaliknya
kita baca Al Qur’an yang 4 (empat) rupa tadi kalau sekiranya anda ingin sampai
pada kesempurnaan, cobalah di kaji / baca semuanya, baca Kitab yang ada tulisan
yang disebut Syariat Islam, sesudah itu diteruskan dengan membuktikan apa yang
terkandung dalam maksud dan tujuannya, kemudian carilah Tarekat, ialah yang
disebut Sejarahnya sebab menurut Ajaran Islam Al Qur’an itu adalah petunjuk
bagi orang hidup untuk mengetahui jalan-jalannya, mencari Allah dan Rasulullah
dan Tarekatnya dapat menggunakan pikiran-pikiran kita, dan kiranya sampai pada
tujuan yang dimaaksud, datang kepada Allah dan Rasulullah karena kita dapat
membaca kelengkapan panca indra, dengan rasa dan pikiran, bukan untuk dipakai
sesuatu mengerjakan barang baru saja disemesta Alam ini, tetapi hendaknya
dipergunakan suatu yang ada manfaatnya di Akherat. Apabila wujud Manusia / kita
telah pakai untuk berdialok siang maupun malam kepada Allah Ta’ala sudah dengan
sendirinya kita merasa bersama-sama selalu kepada Yang Maha Suci itu,
mudah-mudahan itikad serta perbuatan kita (Manusia) pasti kebawa Suci juga,
sudah jelas syetan dan iblis tidak akan berani lagi dekat dengan kita. Sebab
apabila kita hanya mengerti atau kata Al Qur’an saja atau Guru saja,
sesungguhnya dia sendiri tidak tahu, tetap perbuatan orang (Manusia) tersebut
tidak punya perasaan malu ataupun takut, tekat dan perbuatannya tidak ada
perubahan, ini akan sia-sialah apa yang dilakukan selama hidupnya kalau Ma’rifat
yang semacam itu namanya adalah Ma’rifat sontoloyo, seperti juga ibarat lampu
semprongnya kotor tentunya cahayanya pasti gelap, karena Ajaran Agama Islam
luar dan dalam harus sama-sama bersih barulah bersinar dan pasti akan dinikmati
kelak kemudian, oleh karena itu berhati-hatilah anda yang telah Ma’rifat kepada
Allah atau mengenal kepada Diri sendiri, supaya itikat ataupun perbuatan anda
masing-masing, jagalah baik-baik dan lakukanlah benar-benar dengan disertai
banyak berbuat Amal dan Kebajikan/Ibadah, sebaik-baiknya agar apa-apa yang kita
kerjakan tidak sampai menlanggar hukum yang telah digariskan oleh hukum Sya’ra
maupun hukum / aturan Negara dan Masyarakat, sebab apabila kita melanggar hukum
yang berlaku, pasti akan lebih cepat dibuktikannya perbuatan kita itu bahkan
hukumannya akan lebih berat lagi ganjarannya 2 (dua) kali lipat, kecuali bagi
orang-orang yang awam, tidak tahu hukum, akan ringan hukumannya dan cobalah
anda ingat-ingat dan telitilah baik - baik apabila kiranya perbuatan kita
termasuk golongan orang yang melakukan Ibadah bersama Hisab ? celakalah anda
tidak terpisah dari durhakanya itu.
Penjelasan
tentang Kedudukan Martabat Alam Tujuan dan Nama-namanya:
- Alam Ahadiat, hurufnya AL,
- Alam Wahdat, hurufnya LAH,
- Alam Hahadiah, hurufnya MU,
- Alam Arwah, hurufnya HAM,
- Alam Adzzam, hurufnya MAD,
- Alam Misal, hurufnya A,
- Alam Insan Kamil, hurufnya DAM.
Saudara-saudara
para warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang budiman marilah kita lanjutkan
dengan memperhatikan firman Allah yang tertera dibawah ini:
”Aro’biihim Fiadanihim Minnas Sawaiki Hadrol Mattu Wallahi
Muhitun Bil Kaffirin”
Artinya :
Apabila
tangan dan pikiran anda tidak dapat dipakai untuk mencari jalan Mati, maka
sesungguhnya tangan dan pikiran anda tetap Martabat Hewan, pasti akan sesatlah
anda, tiap-tiap sesat sudah tentu masuklah Golongan Neraka, begitulah
penjelasan ayat tersebut diatas, menerangkan kepada kita jadi apabila benar
demikian, apakah tidak lebih wajib lagi mulai saat ini masing-masing berusaha
agar jangan pikiran dan tangan yang diberikan oleh Allah tadi akan sia-sia,
karenanya seperti apa yang tersurat pada ayat tersebut diatas.
Maka
marilah Kemulyaan dan Ketinggian Martabat Manusia kita pelihara sebaik mungkin,
baik perbuatan Tangan, perbuatan Penglihatan dan tugas-tugas tubuh kita
lain-lainnya, tugas Pendengaran, tugas Pengucapan dan tugas Penciuman dan
Perasaan supaya dapat menentukan serta memutuskan kepada Jalan yang benar yaitu
pada hakekatnya Muhammad dan Allah Ta’ala, agar pemberian Mata dari Allah itu
kepada kita buka semat-mata untuk melihat atau mengawasi barang-barang yang
bisa rusak juga (masih baru) tetapi juga diwajibkan untuk melihat hakekat
Muhammad dari Dunia ini, sebab dalam penjelasan tentang Al Qur’annul Adhim
ialah tentang sifat-sifat Hidup yang asal kejadianya dari 7 (tujuh) lapis
Langit dan tujuh lapis Bumi beserta seluruh isinya, pada sesungguhnya apabila
kita lihat kenyataanya bahwa Manusia dari situlah Asal Kejadiannya, maka sangat
wajiblah kita Ma’rifat kepada Allah dan Rasulullah agar selama kita masih ada
di Alam Semesta ini mengetahuinya, yang insyaallah nantinya akan dapat melihat
Johar Awal tersebut dan bukanlah Cahaya terangnya Bulan dan Bintang serta
terangnya Matahari yang dapat dilihat oleh Mata kepala, kalau yang itu adalah
Johar Farid.
Itu
adalah di Syorga Loka yang berkedudukan di Gunung Hilamaya, wewenang Dewa-Dewa,
yang dimaksud Johar Awal dari Pandangan Islam ialah Latif (ghoib) tidak bisa
dilihat oleh Mata kepala Manusia, oleh karenanya dijelaskan oleh Rasulullah
(Muhammad) yang berbunyi sebagai berikut:
”Ru’khayattullahi Ta’ala Fidunnia Biainil Qolbi”
Artinya :
Sesungguhnya
Manusia (kita) dapat melihat Hakekatnya Muhammad dari Alam Dunia ini, karena
awasnya dan tajamnya Mata Hati.
Demikianlah
penjelasan yang diartikan para ulama-ulama kita yang berarti kitapun akan dapat
melihat Hakekat tersebut dari Dunia Fana ini, asal kita mau, karena sifat Wujud
Manusialah yang dapat dipakai untuk melihatnya, sudah secara otomatis bahwa
kitapun pasti kebawa tahu dan kebawa melihatnya dan kebawa mengenalnya, apakah
tidak rasa nikmat kiranya...?
Alam
Ahadiat yaitu disebut Yang Maha Suci, Dzat Laesah Kamislihi Saiun, artinya
tidak seumpama apapun juga atau tidak bisa diumpamakan sesuatu apa-apa. Timbul
pertanyaan mengapakah sebabnya sampai tidak bisa diumpamakan lagi,
- Apakah karena Kekuasaannya,
- Apakah karena Kebesarannya,
- Apakah karena satu-satunya.
Bagaimanakah
kiranya agar ada pengertian Dzat Laesah Kamislihi Saiun itu, agar menjadi
remang-remang, marilah kita sama-sama mencoba untuk dapat dimufakati Alam
Ahadiat itu adalah yang disebut tidak seumpama apapun. Sudah dengan sendiri
sukar diumpamakan apa-apa, karena kesuciannya bersih, justru tidak bisa atau
tidak boleh diumpamakan, yang diperkuat dengan dalil yang berbunyi ”Billa
Aifin” artinya berwarnapun tidak boleh ditegaskan pula dengan dalil lain yang
berbunyi ”Billa Maqanin” yang artinya ber-arahpun tidak. Tidak ada diatas dan
pula tidak bisa disebut dibawah, hanya andalah yang dapat mengambil kesimpulan
ataupun keputusan yang hakiki, karena ini menyangkut ke Imanan seseorang
ataupun anda sendiri.
Saudara-saudara
para warga ”Kekeluargaan” dan para simpatisan yang tercinta begitulah kiranya
yang dapat saya jelaskan tentang Ke Maha Sucian Dzat Allah yang tidak dapat
diumpamakan apa-apa lebih dikatakan bertempat diumpamakan tidak bisa, apalagi
ada warnanya mana mungkin bukan, coba saja anda fikirkan apa yang mau kita
umpamakannya, memang masih sebagian orang yang beranggapan bahwa Allah itu ada
disuatu tempat, mungkin tanggapannya bahwa Allah dapat disamakan dengan
Topekong berstatus dan adapun Alam Wahdat Martabat Yang Maha Suci, jadi bahwa
Alam Wahdat dikatakan oleh sesuatu firman ialah Kiyamuhu Ta’ala Binafsihi /
Allah berdiri dengan sendirinya tanpa bantuan lain, jelasnya benar-benar sesuai
dengan yang dijelaskan tadi.
Dia
adalah mula-mula ada Cahaya, yang berarti Dia adalah Bahan dari segala yang ada
/ semua kejadian disemesta Alam, juga apa-apa yang kita lihat sekarang ini. Asalnya
Nur adalah kata-kata para Wali dijaman dahulu, penjelasan itu adalah Sejatinya
Sahadat atau Sumber dari Segala Kehidupan, jadi terciptalah Alam Semesta ini
adalah karena Perpaduan antara Dzat dan Sifat.
Adapun
Alam Hahadiat juga Martabatnya yang Maha Suci dimana Kejadiannya pun berasal
dari Johar Awal, Alam Wahdat itu adalah asalnya dari Pancaran daripada
Sinarnya, jadi yang 4 (empat) rupa tadi yaitu dalam bahasa Arabnya:
- Narun Cahaya Merah,
- Hawaun Cahaya Kuning,
- Main Cahaya Putih,
- Taraoun Cahaya Hitam.
- 4 (empat) rupa itulah yang disebut Nur Muhammad, kalau yang oleh umum disebut Muhammad namanya itu adalah yang terdiri pada bahan-bahan : Tanah, Api, Angin dan Air kini disebut Adam / perwujudan. :
a.
Cahaya Merah, jadi
lafad Alip,
b.
Cahaya Putih, jadi lafad
Lam Awal,
c.
Cahaya Kuning, jadi
lafad Lam Akhir,
d.
Cahaya Hitam, jadi
lafad Ha,
e.
Johar Awal, ialah jadi
Tasjid.
Demikianlah
kenyataanya dari kejadian-kejadian huruf Allah, jadi inilah yang dikatakan
Cahaya diatas dari segala Cahaya yaitu Pokok Kejadian 7 (tujuh) lapis Langit
dan 7 (tujuh) lapis Bumi, dan sekalipun kita Manusia juga berasal dari Satu :
- Sahabat, itu asalnya daripada adanya Johar Awal,
- Sembahyang, asalnya daripada adanya Cahaya Merah,
- Puasa, asalnya daripada adanya Cahaya Kuning,
- Zakat, asalnya daripada adanya Cahaya Putih,
- Haji, asalnya daripada adanya Cahaya Hitam.
Adapun
Sembahyang waktunya diatur 5 (lima) kali sehari semalam:
- Isa,
- Subuh,
- Lohor,
- Asar,
- Magrib.
Dan
Sahabat Nabi Muhammad saw:
- Abu Bakar Shidiq,
- Umar Bin Khotob,
- Usman Bin Affan,
- Ali Bin Abi Tholib,
- Rasulullah.
Dan
jika telah benar-benar bahwa sesungguhnya semuanya berasal dari pada Allah,
yaitu perwujudannya ialah Muhammad yang ditunjang oleh 4 (empat) analisir Johar
Awal sebagai Tenaga Potensial, terjadilah Gerak (usik) ini dikatakan Jagat
Sugir tubuh Manusia, kenyataannya juga dari Cahaya, tetapi apabila Manusia
sudah tidak ada Cahayanya cobalah renungkan ?
Apabila
Cahaya si Jasmani / raganya sudah tidak ada kekuatannya lagi, buktinya cepat
peot dan kempot, mungkin pula Jagat Kabir, yaitu Alam Semesta ini biasanya kuat
karena masih diliputi sinarnya Nur Muhammad dan mungkin sama nantinya dimana
Hari Kiamat datang, Jagat Kabir ini sama seperti Manusia juga, jikalau Cahaya
Matahari, Bulan dan Bintang sudah tidak bersinar, suatu tanda telah rusak Alam
Semesta ini.
Dan
bagaimanakah kehancurannya nanti, sudah barang tentu Bumi ini tinggal Gelapnya
dan Api hanya tinggal Panasnya, Air juga tinggal Dinginnya dan Anginpun hanya
tinggal Hawanya saja, itulah yang disebut Neraka ? dan yang akan menempatinya
ialah orang-orang yang terkena bujuk rayu Iblis dan Syetan, karena ia
berdogong/songong memang sebelum ada Adam melainkan Idazil Latnattaullah itu
patuh atas perintah Allah Ta’ala. Saking keenakannya sampai tidak mau kembali
ke Syorga (tempat asalnya) yang akhirnya akan menjadi penghuni Neraka Jahanan,
tetapi ia mohon izin Allah Ta’ala untuk menggoda cucu-cucu Adam agar bisa
menjadi temannya. Allah bersifat Rachman dan Rochim.
Dan
mari kita sama-sama menjelaskan Alam Arwah, adalah Martabat Af’alnya yang Maha
Suci, yaitu kekuasaannya Allah Ta’ala mengerjakan Alam Semesta (dunia ini) kata
Ilmu Ahli Alam Wahdat, berasal dari Johar Awal kalau Nurnya Muhammad yaitu
adalah Alam Wahdat dapat diibaratkan Kaca Meja:
- Narun Kaca Merah,
- Hawaun Kaca Kuning,
- Maunn Kaca Putih,
- Torabun Kaca Hitam.
Rupa
Kaca yang 4 (empat) warna tadi disoroti oleh Cahaya (Johar Awal) keluarnya
cahaya-cahaya sesuai dengan warna-warna yang tersebut diatas, tergantung
semprongnya, apabila semprongnya Merah terjadi apinya Alam Dunia, semprongnya
Putih terjadilah Airnya Alam Dunia dan semprong Hitam terjadilah Tanah / Bumi
Alam Dunia, inilah dengan qodratnya Allah Ta’ala terciptalah Alam Semesta yang
kita diami sekarang ini, atau disebut Jagat Kodir namanya, jadi singkatnya Dunia
ini terjadi dari perpaduan antara Nur Muhammad dengan Nurnya Yang Maha Suci,
adapun Alam Adjsan adalah Martabat Manusia / Machluk sesudah ada perwujudan
kemudian diperintahkan para Malaikat untuk mengambil unsur-unsur tadi dan
dibentuk sedemikian rupa suatu perwujudan / Manusia dengan Kekuasaan Allah
Ta’ala dijadikanlah dalil Muhammad yaitu Cahaya 4 (empat) rupa tadi diperinci
sebagai berikut : Cahaya Hitam lafadnya yaitu Mim Awal, Cahaya Kuning lafadnya
yaitu Mim Achir, Cahaya Putih lafadnya yaitu , Cahaya Merah lafadnya yaitu
Dzal, Johar Awal lafadnya yaitu Tasjid, Tasjid kenyataanya jadi Wujud Muhammad
atau sebaliknya dari lafad Allah Min, jadi Ha, jadi Min Achir, jadi Ugel, Dal,
jadi kaki Muhammad, cobalah perhatikan baik-baik pada waktu Adam dibentuk kerangka
atau perwujudannya belum bisa usik / bergerak bangun ataupun berdiri masih
mengeletak / terlentang saja seperti Wayang Golek, kemudian barulah dibuatkan
Telinga, Mulut, Hidung, Mata setelah Hidup barulah disorotkan (dihembuskan) Nur
Muhammad, barulah Jasmaninya bergerak-gerak ini yang disebut Jagat Sugir secara
nyata bahwa Hidupnya Manusia itu karena adanya Cahaya tersebut diatas, apabila
kita melihat kedalam atau perwujudan Manusia dan Jagat Kabir dilihat dari
Keseluruhan.
Demikianlah
tentang nyawa-nyawa Manusia (roch) yang tidak bisa kembali kepangkuan Allah
SWT, disebabkan tentunya oleh ulahnya sendiri karena mereka-mereka tadi semasa
hidupnya kurang/tidak beriman kepada yang memberi hidup serta Rasulnya ataupun
mengingkari perintah-perintah Yang Maha Kuasa. Begitu pula Malaikat-Malaikat
Idazzil Latnattaullah yang tidak mau balik ke Syorga jadi ditetapkan oleh Allah
di Neraka Jahanam.
Dan
marilah kita lihat perkara-perkara diatas yang diceritakan tentang
kejadian-kejadiannya yang terjadi pada beberapa unsur-unsur ialah Api, Angin,
Air, Tanah yang dibuat sedemikian rupa, tetapi apabila kita mau memperhatikan
sesungguhnya tidaklah sama seperti yang diutarakan, cobalah kita lihat tentang
pohon-pohon yang besar mapun yang kecil, tentunya juga membutuhkan 4 (empat)
zat juga, dan pohon-pohon itupun berasal dari bumi juga dan perlu diperhatikan
pohon-pohon berbuah itu tidak mungkin tanpa tanah dan apabila salah satu
daripada zat itu tidak ada pasti tidak akan berbuah, jadi yang jelas bahwa
pohon-pohon tersebut membutuhkan penyerapan dari unsur-unsur tadi,
contoh-contoh yang dapat kita umpamakan ...seseorang Manusia yang badannya
kurus ataupun lemah apabila ia selalu berlatih terus menerus bergerak / sport,
pasti bisa gemuk dan sehat, itulah suatu gambaran.
Pohon-pohon
yang tertanam akan menyerap Air, Angin, Panas, zat Tanah dan apabila ia telah
berbuah adalah satu perkembangan dari pada perwujudan Adam, biarpun kita
sebagai Manusia ini asalnya sama dari sana juga, hanya bedanya Adam diciptakan
oleh Allah sedangkan kita ini adalah barang-barang sesudah Adam dan Hawa
sebagaimana tersurat dalam firman Allah : Al Hujuraat (surat 49 ayat 13) bahwa:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
Artinya :
Hai
Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan.
Biasanya
hidup Adam dan Hawa tadi tentu membutuhkan makan dan minum ialah berarti
bahan-bahan tersebut adalah sebagai penunjang, dan dari makanan-makanan itu
bisa menimbulkan nafsu birahi sehingga rasa kasih sayang dan cinta bisa
menimbulkan persetubuhan, inipun mani-mani yang keluar berasal dari 4 (empat)
unsur yang dimakan, itulah yang disebutkan adanya Wadi, Madi, Mani Manikem yang
kemudian kontak dengan sorotnya cahaya Nur Muhammad, terjadilah
gumpalan-gumpalan darah yang akan menjadi Jabang Bayi didalam rahim Ibunya.
Kadang-kadang ada juga tidak sampai jadi Bayi itu berarti tidak bertemu dengan
roch atau mungkin masih terdapat keturunan-keturunan diantara dua belah pihak
dan selain itu bisa juga hal tersebut kita kembalikan kepada wewenang Allah SWT
itu sendiri, bahwa disinilah dapat juga kita akui sesungguhnya Manusia tidak
punya daya dan upaya, sesuai dengan dalilnya ”Lahaula Walaquata Illabillahi
Aliyul Azdim” dan Manusia hanya sekedar membuat sebab saja.
ME. HASAN ROHILI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar