Sabtu, 05 Maret 2011


BAB IV
MENGENAL JATI DIRI



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Alhamdulillah Washolatul Washalmu Ala Asrofil Ambiya Wal Mursalim Wa’alaihi Washohbihi ajma’in. Mari bersama-sama kita panjatkan puji dan syukur dengan setulus hati iklas kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufik dan hidayahnya kepada kita sekalian, terutama warga ”Kekeluargaan” dan bangsa Indonesia pada umumnya. Dan dengan izin serta rahmatNya kepada kita, Alhamdulillah telah dapat mengumpulkan dan menulis hasil penyampaian rutin yang ke III yang dimulai awal bulan Ramadhan, dengan mengambil kata-kata Mutiara Islam ialah :
1.     Sahudul Qusro Fil Wakhdut Sihudul Wakhdut Fil Yusro, 
2.     Inallaha Ala Qulli Syaiin Qodir.
Yang diartikan oleh para Pujangga Islam terkenal dijaman dahulu yaitu Pandanglah yang satu akan hilanglah yang ada Ini, banyak dan pandanglah yang banyak, yang ada ini lenyaplah yang satu dan sesungguhnya segala sesuatu Allah itu Maha Kuasa.
Para muslimin dan muslimat wabil khusus jama’ah Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan yang dicintai Allah, bertolak dari ayat suci tersebut diatas maka dengan banyaknya yang meminta agar pengertian akan Diri itu Pribadi disusun dan dibukukan secara rinci supaya lebih jelas dan mudah dipahami dengan sangat gembira sekali dalam waktu singkat telah selesai disusun, yang insyaAllah sudah disampaikan kepada saudara yang memerlukan.
Saudara Jamaah Majelis Mujakaroh Warga Kekeluargaan dan para pembaca serta muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah, mengapa pengertian akan Diri Pribadi ini saya sampaikan, sebagaimana sama-sama mengetahui Negara kita sedang membangun disegala bidang, penekanananya ialah untuk lebih kuat akan kepercayaan Diri sendiri inilah Pemerintah dan Bangsa selalulmendambakan, justru karena itulah sudah sewajarnya hal tersebut kita sampaikan agar lebih mantap lagi Iman Islam kita dan selain daripada itu perlu saya jelaskan disini buku ini bukan mata pelajaran dan juga tidak diperjual belikan.
Penyampaian ini hanya sekedar sumbangan pemikiran saya dalam mengamalkan Ajaran Allah atas Dasar percaya terhadap Diri Sendiri, bahwa saya sadar Bangsa Indonesia dengan gigih menegakan Kemandiriannya, mudah-mudahan buah pemikiran saya ada faedahnya serta manfaatnya bagi penerus bangsa kelak, terutama penerus Islam yang berkualitas serta jauh wawasannya dan mendalami serta tahu akan batas-batas yang hak dan bathil didalam mengembangkan Amanat Allah SWT, yaitu Hidup didalam Dunia ini, serta cepat mengenal Diri dan Mengenal kepada Tuhannya yaitu Allah yang bersifat Rabul Alamin.
Saudara warga Keleluargaan yang berbahagia, sebelumnya saya sudahi kata pendahuluan ini, ingin menjelaskan terlebih dahulu tentang perbedaan Sifat Ulahiyah dan Sifat Ilahiyah antar Insan disatu pihak dan Kholiq dilain pihak, yang pada hakekatnya kedua sifat tersebut adalah satu yaitu dari sumber yang tidak seumpama Dzat Laesalihi Saiun, justru itu agar kita bisa mencapai derajat disisi Allah atau menjadi Insan Kamil Mukamil hendaknya penuhilah dan laksanakanlah dulu yang ditunjukan oleh ayat suci Al Qur’an yaitu yang berbunyi : “Almarifatullah Ma’bud”, juga beserta hukumnya dan selain dari itu tentu saudara sering mendengar ceramah Agama yang disampaikan oleh para Ulama kita, katanya bahwa Manusia yang pertama adalah Adam, Adam diartikan tidak ada, maka kini sekalipun telah terwujud kenyataannya pada hakekatnya tetap saja Adam namanya seperti rupanya dan bayangannya.
Yang ada disitu adalah yang punya ialah Allah, dinyatakan orang wujud tunggal yang tak dapat dipisahkan, dan cobalah anda anda renungkan sejenak bahwa saya ini Adam kalau ini suatu gambaran saja, adanya seseorang yang menciptakan sebuah bentuk almari, umpamanya sudah barang tentu barang tersebut sudah ada yang terlihat lebih dahulu oleh rasa penghayatan sipencipta tersebut padahal benda tersebut masih bersifat bayangan. Ada, sesuai yang dijelaskan oleh Mutiara Islam :
“Innaka Ma’duman Kama Kunta Ma’duman Qoblaa Taqwim”
Yang artinya : Kamu itu tiada seperti barang adanya tiadanya sebelumnya kamu itu ada, justru itulah sebagaimana masing-masing maklumi bahwa Nabi Besar Muhammad SAW , adalah berprilaku secara lumrah dan wajar dan hal ini harus kita sadari bahwa didalam hati batin kita benar-benar merasa wujud kita ini seperti binatang kesiangan, agar kita bisa mengikuti perilakunya Nabi Besar Muhammad saw tersebut lahir dan batin kita teruskan mengkaji sampai pada Hakekatnya Rasullullah dan hingga sampai pada Nujulun Illarabbi.
Demikian pendahuluan ini saya akhiri dengan mengikatkan diri kita bersama, serta para pembaca pada umumnya, sebagaimana yang telah kita imankan (yakini) bahwa sesungguhnya:
1.     Agama Islam, adalah Agama yang diridhoi Allah, 
2.     Agama Islam, adalah Agama yang paling sempurna, 
3.     Agama Islam adalah Agama yang memilki Derajat disisi Allah.
Maka dengan memahami penyampain ini kita semua dituntut rasa tanggung jawab untuk menegakkan dan menjaga terus citra Agama Islam dengan sebaik-baiknya.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah
Wassalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Para saudara jamaah Majelis Mujakaroh Warga “Kekeluargaan” muslimin dan muslimat serta remaja Islam yang dimuliakan Allah, sebelum pada rincian sasaran yang dimaksud mari kita memperhatikan terlebih dahulu apa yang dituangkan Allah pada ayat suci Al Qur’an yan berbunyi :
“Waal Awallu Wal Akhiru Wal Bqahir Wal Bathin Wa Huwasa Millalim”
Artinya : Dia yang Mula-mula dan Dia yang Akhir dan Dia yang Wujud dan Dia yang Ghaib dan segala sesuatu dida mengetahuinya, itulah yang diterjemahlkan kedalam bahasa Indonesia oleh para ulama kita. Apabila kita renungkan lagi ini adalah merupakan penerangan bagi kita terutama bagi Umat Islam, sudah cukup jelas yaitu adalah dzat yang tidak seumpama apapun, Alam Semesta pun belum ada, Manusiapun belum ada, yang ada hanya dzat kosong dan kemudian telah menjadi nyata (wujud) ini disebut Allah namanya, jadi apabila kita perhatikan baik-baik bahwasanya ada dan tidak ada itu adalah satu kesatuan yang utuh, pantaslah apabila segala sesuatu yang akan kita kerjakan, Allah itu amat mengetahuinya dan cobalah anda renungkan sejenak justru dalam sifat 20 (dua puluh) menyatakan kata rangkap tidak mungkin ada sifat tanpa dzat dan tidak mingkin ada dzat tanpa sifat, karena itu merupakan satu kesatuan, asal dari sumber yang satu sekalipun dunia ini.
Dan kini bagaimanakah agar kita tergolong Manusia yang Istaqbaro tentu kita wajib mencontoh Nabi Besar Muhammad SAW dalam mengemban Hidupnya dan hendaknya kita semua menyadari Agama Islam yang Allah turunkan telah disempurnakan, barang tentunya pengikut-pengikutnya harus berfikir secara sempurna pula, bukan sekedar melengkapi Rahasia Al Qur’an saja namun perlu direalisasikan dengan pelaksanaannya itu sendiri, sebab Nabi Muhammad SAW itu adalah dinyatakan sebagai Pesuruh Allah, sudah barang tentu Pesuruh yang Mewakili Allah, berkewajiban untuk selalu menjaga dan melestarikan Ajaran Islam yang diamanatkan oleh Allah SWT, lewat Nabi Muhammad SAW.
Dan mari kita lanjutkan penjelasan ayat-ayat Al Qur’an yang lainnya seperti yang telah dijelaskan pada surat Al Iqro “Iqro Rabikalaqi Kholaqo Insana Min Alaqqin” yang digaris pisahkan antara Insan dengan Kholiq maka oleh sebab itu dimana kita memperhatikan sudah pasti akan mengetahui Kedudukan kita sebagai machluk Manusia sebab kenyataan bahwa kita masih dapat dengan adanya perpaduan antara Ibu dan Bapak kita, itulah sebab secara lahiriyah yaitu melalui gumpalan darah, maka oleh karena itu bangsa Indonesia yang beragama Islan, Al Qur’an yang telah mengajarkan agar kita selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa yaitu Allah, yang bahwasanya Manusia itu Mulia dengan ketentuan yang disebut Manusia itu Utusannya yaitu berhal untuk menyampaikan pesan yang mengutus, justru saya menyampaikan ini, ataupun menerangkan batas-batas wewenang di Alam Semesta ini, oleh karena pada umumnya kita Manusia masih melakukan permohonan kepadanya Yaitu Allah.
Saudara-saudara para pembaca muslimin dan muslimat wabil khusus Jamaah Warga “Kekeluargaan” yang dicintai oleh Allah, agar kita tidak sesat didalam menjalankan tugas hidup didunia ini, maka sangat penting supaya kita jangan terlalu lupa kepada yang Kuasa, sebab sampai pada saat ini masih ada Warga Kekeluargaan yang keliru didalam mengamalkannya sehari-hari, yaitu seolah-olah bahwa si Aku itu adalah Allah, padahal sebenarnya adalah bukanlah itu yang disebutkan Aku pada sesungguhnya adalah Utusannya Allah, berdasarkan petunjuk Al Qur’anul Karim, cobalah anda renungkan baik-baik apa yang disuratkan oleh ayat tersebut diatas, Al Qur’an pun telah mengingatkan kepada kita “Jadilah Anda itu Manusia yang Mufridun” yang Membersihkan dan Menyerahkan Diri, sukurilah agar jangan terbawa oleh nafsu yang meyesatkan supaya kita benar-benar bisa memisahkan Hidayah dari Allah petunjuk, sebab hal ini akan mungkin terjadi pada suatu saat apabila dalam permohonan anda nanti, justru itulah saya ingatkan pada Anda sekalian.
Saudara kaum muslimin dan muslimat serta kaum remaja serta warga Kekeluargaan yang berbahagia dimana saja Anda berada dan dapat membaca buku ini, masih perlu rupanya penjelasan yang lebih lengkap dan terperinci agar Anda tidak remang-remang ataupun sulit untuk memahaminya, sebab semua kita mengerti bahwa Agama Islam memang cukup pelik, justru sangatlah perlu menjelaskan yang lebih kongkrit dan jelas, maka dari itu saya akan mencoba menjelaskannya tentang kedudukan dan fungsi Manusia yang dikatakan machluk Allah ataupun Machluk Allah yang paling tinggi derajatnya dan lagi paling sempurna baik bentuk ataupun kejadiannya.
Apabila memang demikian halnya cobalah anda renungkan ini adalah satu kata-kata Rasulullah yang berbunyi “Qulbi Mukminin Biuttullah” dan apabila diartikan alangkah indahnya orang yang memeluk Agama Islam bukan ? saya kira anda sering mendengar dari para penceramah. kita yakin bahwa Kesetian Hati orang Mukmin adalah Rumahnya Allah, dan sadari oleh anda bahwa Allah itu Maha Suci, tak mungkin dia akan menempati Wadahnya yang Kotor / tidak bersih yang berarti adalah tempat bersemayam Allah harus dipelihara dengan baik barulah anda itu merasakannya bahwa sesungguhnya Allah itu tidak terpisahkan, cobalah Pikirkan baik-baik dan tanyakanlah Diri Anda sendiri dan menjawab permohonannya karena Allah telah mengatakan siapa-siapa yang ingin meminta sesuatu aku Jabah, tetapi hendaknya penuhilah Perintahnya dan Sucikanlah serta Luruskanlah Hatinya.
Saudara para Jamaah Majelis Mujakaroh Warga “Kekeluargaan”, dan para remaja Islam yang dicintai oleh Allah, hal ini diatas tidak datang serta merta begitu saja, sudah barang tentu diupayakan dan dicari oleh anda sendiri, sebab semuanya telah dituangkan Allah, melalui ayat-ayatnya tinggal pemikiran anda saja, ingin sampai pada apa yang telah diterangkan tersebut cobalah anda perhatikan pesan Imam Gazali yang mengatakan sebaiknya anda melihat sendiri daripada mendengar kata-kata orang lain, maksud dan tujuan agar anda benar-benar mengerti itu bukan cukup di baca saja, memahami artinya tetapi yang jelas anda tidak langsung merasakan sendiri, namanya Iman yang membuat percaya tanpa tahu, karena Ajaran Islam cukup jelas dan tegas.
Nah inilah yang merupakan kunci untuk dapat mencapai tujuan hidup, pada kehidupan masa depan yang akan kita capai, maupun kehidupan masa depan yang menjadi dambaan masa akhir tentu apa dan bagaimana kehidupan masa kini, inilah apabila ditinjau dari unsur akunya, sudah tentu tidak lain adalah mata rantai dari kehidupan sekarang, dan akan datanglah yang menuju masa akhir yang gemilang oleh karena itu dalam kehidupan sekarang ini sebenarnya sudah sampai dimana si aku dapat memperbaiki kehidupan yang telah lalu atau mungkin lebih rusak dari pada kehidupan yang lalu itu yang mempunyai kehidupan akhir dan agar kita dapat mengerti bahwa sesungguhnya unsure yang bisa merusak kehidupan didunia ini, adalah unsure saya atau yang dapat dalam unsure (material) yang berasal dari unsur angin, unsure apai, unsure air, unsure tanah (bumi) itulah bahwa perwujudan manusiajasamani namanya ialah yang menimbulkan hawa nafsu, dan yang ada umumnya unsure saya ini dapat mengendalikan, oleh karena itu antara aku dan saya tidak terdapat keseimbangan yang sehingga tidak ada keselarasan diri yang membuat arti hidup sempurna.
Dan pada sesungguhnya unsur ini hendaknya serasi dalam pengertian apabila unsurnya saya ini lebih dominan dari pada unsure aku maka unsure saya dapat member tanggung jawab yang berarti unsure akulah yang tidak dapat memenuhi amanat dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Yang akhirnya beban yang diderita si utusan aku lebih berat lagi dalam hidup yang akan dating, sebab apabila unsur saya cepat dikuasai sudah dengan sendirinya arti hidup yang lebih sempurna menurut ukuran manusia itu akan sulit tercapai, itulah sebabnya hidup menurut aku, yang berarti sudah upaya mutlak yang hakiki yaitu menjalankan perintah Allah dalam Al-Qur’an mengingat pada hakekatnya adalah unsure aku itu bersumber dari Allah sudah pasti si aku berupaya semaksimal mungkin untuk bisa kembali kepada yang mengutusnya yaitu Allah Rabbil’alamin yang jelas Dia akan menyatu kembali antara si aku dan pencipta yang dapat sekiranya memenuhi dalilnya ialah “INNAL LILLAHI WA’INNAILAHI ROJI’UN” asalmu dari Allah dan kembali kepadaNya sempurna didunia dan sempurna juga di akhirat dan sampailah pada yujuan sesuai dengan petunjuk ayat suci Al-Qur’an “INNAILIA RABBI KARUDJANA”
Saudara para pembaca muslimin dan muslimat wabi khusus warga kekeluargaan di cintai oleh Allah dan marilah kita sama-sama memperhatikan penjelasan yang mengandung manfaat yang kita jadikan patokan dalam melakukan perbuatan yang baik amal sholeh di dalam alam ramai dan terutama saya tujukan untuk adik-adik para remaja islam yang mempunyai harapan masa depan agar kita sekedar menjadi manusia yang  ikutan dalam memahami agama islam yang dibenarkan nabi kita nabi besar Muhammad salallhu’alaihi wassalam atau percaya saja apa yang dikatakan olrh para guru hal ini sangatlah penting bagi anda dalam menata kehidupan masa depan.
Yang bersih dan tajam untuk anda mengenal diri sendiri agar kelak kita benar-benar mengerti dan percaya pada Allah tidak kata guru maupun ustad justru terangkan disini agar dalam pemahamannya agak mudah tentang pengertian mengemban hidup yang kita jalankan sekarang sebab di dalam hidup ini yang banyak sekali hal yang perlu kita kerjakan, sesuai dengan norma yang berlaku dewasa ini serta hokum agama yang dapat keridhoan Allah subhanahu wata’ala yaitu perbuatan kita dalam-dalam hidup ialah sangat penting kita perhatikan beberapa factor yang menyangkut.
Factor rokhaniayah/factor relius oleh karena didalam kehidupan ini factor dalam sangatlah penting sebab kita sebagai makhluk ciptaan Allah tentu berupaya akan kembali kepadanya (keasalnya) justru itu dirasakan sangat penting sekali  atau wajib kita meketahui bagaimana caranya kita menyerahkan diri terhadap Allah yang maha kuasa, itu tanpa ragu-ragu atau secara keseluruhanya kehadiranya, dan sangat/sesungguhnya umat islam dapat melakukan asal benar yakin adanya Allah yang kuasa itu dengan cara sangat mudah yaitu hendaklah didalam melakukan penyerahan tersebut kita harus pasrah atau lepaskan sementara hal yang bersifat kepentingan dunia ini yang berarti kita lebih mengutamakan perilaku dalam menghadap Illahi Robbi kerena yang mendapat berdialog dengan Allah dan juga menerima petunjuk langsung dari yang maha sempurna yaitu Allah Ya Rabbul’alamin dan apabila terdapat suatu ketajaman dan penglihatan itu tidak lain adalah hanya dasar petunjuk yang diterima.
Maha bijaksana oleh karena itu setiap saat melakukan latihan penyerahan diri dan dengan kesungguhan serta penuh keyakinan, itulah yang membawa seseorang yang mendapat ketenangan hidup didunia maupun di akherat oleh karena itu perlu anda mengetahui didalam masyarakat melepaskan unsure saja sementara tetapi tidak berarti anda lepas sepenuhnya sebab pada hakekatnya antara aku dan saya merupakan satu kesatuan yang bulat oleh karena itu manusia dalam hidup yakin akan adanya zat yang Maha Agung yaitu Allah Subhanahu wata’ala inilah anda renungkan baik-baik.
Dan adapun penjelasan sertanya dari sifat hawa nafsu yang timbul serta dorongan illahi:
a.     Nafsu amarah yaitu dari undur narun api yang sering ditimbulkan olahnya itu adalah sifat menang sendiri lupa daratan atau ingin berkuasa ingin mencapai kepuasan diri sendiri.
b.     Nafsu Sawiyah (sawiyah) yang timbul dari unsure angin adapun cirinya adalah mendorong suatu kekuatan yang mendekatkan sesuai dengan adanya rasa harga diri etika juga yang bersifat dorongan yang bersifat biologis.
c.      Nafsu A’lumah yang berasal dari tanah yaitu sifatnya yang mendorong kita manusia berdiam diri dan juga memenuhi biologi sifat pemalas selalu berpikir kurang baik pembohong dan menekan jasmaniah hati gelap hitam.
d.     Nafsu Mutmainah ialah timbul dari unsure air hawaun yang sifatnya mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang membina pengaruh serta memiliki keanggupan berkorban demi kebaikan, baik dengan alamnya maupun si aku ikhal jiwa yang sejati dan kadang susah penentuanya itulah cirri dari beberapa unsure yang terdapat pada tubuh manusia justru perhatikan secara khusus oleh anda.
Nama dari semua hawa nafsu tersebut diatas hendak ahrus menunggu menyatu dengan si aku dan insya Allah bila demikian dapat mengendalikan sifat yang dapat menteladani sifat yang dapat melakukan perbuatan tercela atau yang tidak baik maka dengan nafsu yang terkendali itu unsure saya sebagai factor penunjang dalah hidup untuk meraih kehidupan yang hakiki diakhirat yaitu abadi.
Saudar kaum muslimin dan muslimat warga kekeluargaan yang dimuliakan oleh Allah jelas sudah mari kita lanjutkan penjelasan mengenai garis pemisah yang menyangkut wewenang Allah dan manusia yang telah ditentukan oleh ayat suci Al-Qur’an yang berbunyi :
“Kulu Man’alaika faanin Wajhaka Illa Biidznillah
Artinya :
Segala sesuatu yang ada didunia ini akan hancur apabila telah seizing Allah maka oleh sebab itu kita telah maklum dan demikian kuat dan besar serta kekuasaanya itulah keinginan asma Allah serta kesaktianya justru para ulama kita sering menggambarkan betapa hebatnya oleh karena itu manusia menyatakan dirinya tidak mempunyai daya upaya.
Selain Allah dan kita bagaimanakah tentang diri anda yang telah mengaku agama islam itulah adalah milik Allah dan cobalah amati diri pribadi anda renungkan mudah-mudahan nanti tidak terlalu gegabah dalam menjalankan atau menyampaikan amanat Allah dan ketahuilah agama islam itu mendapat ridho Allah dan lagi sempurna bukan asal diciptakan saja gunakanlah fikiran anda yang baik.
Para jemaah Majelis Mudzakaroh Warga Kekeluargaan (MMWK) muslimin dan muslimat serta para pembaca yang berbahagia mari kita bersama-sama memperhatikan penjelasan berikut ini, agar benar kita berbuat kebajikan yang menggunakan landasan yang bisa diterima dengan fikiran dan akal yang sehat lagi sempurna lagi pula bagaimana cara pelaksanaanya pengendalian hawa nafsu itu, dan didalam mengemban kehidupan kita dengan pengertian serta keikhlasan ialah sudah tentu sesuatu yang akan kita perbuat harus ikhlas yang berarti perbuatan soleh atau perbuatan kebajikan tanpa pamrih yaitu sesuatu yang ada dengan kaitanya dengan ajaran agama islam juga hendaknya yang tidak ada kaitanya sesuatu hawa nafsu, sebab seuatu perbuatan kebaikan yang bertendensi kebaikan ialah dalam melaksnakan demi kebesaran dankeagungan asam Allah.
Semata-mata dan diberi imbalan atau pun tidak terserahkepada yang Maha Kuasa ataupun Yang Maha Adil jadi pada kesimpulannya apa-apa yang kita lakukan dipandang baik atau tidak, dan benar atau pun salah berhasil suatu permohonan kita itu atau pun tidak semua itu mutlak kita serhkan kepada yang Maha Kuasa sebab pada hakekatnya kebenarannya itu hanya semata-mata datangnya dari Allah ta’alah itu sendiri dan kita menyadari dan kita menyadari bahwa kebenaran dalam hidup itu banyak macam ragamnya maka kini suatu perbuatan kebajikan yang bertendensi hawa nafsu atau kebenaran lain juga pada hakekatnya itu suatu perbuatan yang tidak ikhlas namun bisa juga dikatakan suatu perbuatan yang sia-sia dan hal yang demikian ini kemingkinan akan lebih memperbesar.
Pertanggung jawaban si aku ataupun utusan, pada kehidupan masa depan, oleh suatu perbuatan yang mempunyai latar belakang hawa nafsu bisa pula terjadi apabila upaya yang berhasil ia akan mengucapkan puja dan puji syukur yang sebanyak-banyaknya pada Allah namun mungkin saja karena ia lupa  merasakan kenikmatan yang belum mereka nikmati. Selama hidupnya yang berarti ia lupa akan sumber yang sesungguhnya padahal taklain kenikmatan itu sendiri  adalah milik Allah juga pengasih penyayang.
Saudara para pembaca muslimin dan muslimat para remaja wabil khusus Majelij Mudjakaroh Warga Kekeluargaan (MMWK) yang beriman dalam pepatah mengatakan ingat dalam menderita rupa dalam bahagia sudah barang tentu dalam hal ini yang melakukan nya adalah manuisa atau pun kita manusia dapat dikatakan pula manusia yang tidak beriman, sebab apabila usaha itu mengalami kegagalan dia mngumpat malu atau kecewa.
Katanya yang tidak enak kasar dan sebagainya atau merasa dirinya tidak mendapat keadilan dari Allah ta’ala dan tuntunan yang semacam itu telah mempunyai fitback tersendiri terhadap si aku sebab dalam kegagalan tersebut pada hakekatnya akan menyatukan si aku dengan penciptaanya yang berarti mengingkari realita hidup dan kehidupan yang hakiki renungkanlah oleh anda.
Setelah kita dapat memahami sesatu perbuatan yang berteremigensi hawa nafsu, maka mari kita sama-sama melihat apa yang kita kerjakan untuk lebih memnatapkan iman islam kita, serta keyakinan diri masing-masing dan cobahlah perhatikan baik-baik sarat yang kita lakukan dengan sepenuh hati juga menerima suatu apa-apa yang telah dihukumkan Allah dalam semsta ini. Oleh karena manusia yang sempurna dituntut untuk mau mengerti dan meaykinkan dengan segala ketentuannya.
1.     Yaitu kita wajib bersabar akan hokum Allah yang berlaku
2.     Kita wajib menerima Ridho Allah dalam menjalankan perintah Allah
3.     Manusia diwajibkan untuk meyakinkan serta menerima sepenuh hati dengan menyerahkan diri mutlak, semata-mata hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
4.     Dan wajiblah setiap umat islam mengikuti akan firman Allah serta  hadist Rasulullah yaitu melaksanakan perintahnya dan menjauhkan semua laranganya.....


ME HASAN ROHILI

1 komentar: