BAB IV
MENGENAL JATI DIRI
MENGENAL JATI DIRI
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Alhamdulillah Washolatul Washalmu Ala Asrofil
Ambiya Wal Mursalim Wa’alaihi Washohbihi ajma’in. Mari bersama-sama kita
panjatkan puji dan syukur dengan setulus hati iklas kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan taufik dan hidayahnya kepada kita sekalian, terutama
warga ”Kekeluargaan” dan bangsa Indonesia pada umumnya. Dan dengan izin serta
rahmatNya kepada kita, Alhamdulillah telah dapat mengumpulkan dan menulis hasil
penyampaian rutin yang ke III yang dimulai awal bulan Ramadhan, dengan
mengambil kata-kata Mutiara Islam ialah :
1.
Sahudul Qusro Fil
Wakhdut Sihudul Wakhdut Fil Yusro,
2.
Inallaha Ala Qulli
Syaiin Qodir.
Yang diartikan oleh para Pujangga Islam
terkenal dijaman dahulu yaitu Pandanglah yang satu akan hilanglah yang ada Ini,
banyak dan pandanglah yang banyak, yang ada ini lenyaplah yang satu dan
sesungguhnya segala sesuatu Allah itu Maha Kuasa.
Para muslimin dan muslimat wabil khusus jama’ah
Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan yang dicintai Allah, bertolak dari ayat
suci tersebut diatas maka dengan banyaknya yang meminta agar pengertian akan
Diri itu Pribadi disusun dan dibukukan secara rinci supaya lebih jelas dan
mudah dipahami dengan sangat gembira sekali dalam waktu singkat telah selesai
disusun, yang insyaAllah sudah disampaikan kepada saudara yang memerlukan.
Saudara Jamaah Majelis Mujakaroh Warga
Kekeluargaan dan para pembaca serta muslimin dan muslimat yang dimuliakan
Allah, mengapa pengertian akan Diri Pribadi ini saya sampaikan, sebagaimana
sama-sama mengetahui Negara kita sedang membangun disegala bidang,
penekanananya ialah untuk lebih kuat akan kepercayaan Diri sendiri inilah
Pemerintah dan Bangsa selalulmendambakan, justru karena itulah sudah sewajarnya
hal tersebut kita sampaikan agar lebih mantap lagi Iman Islam kita dan selain
daripada itu perlu saya jelaskan disini buku ini bukan mata pelajaran dan juga
tidak diperjual belikan.
Penyampaian ini hanya sekedar sumbangan
pemikiran saya dalam mengamalkan Ajaran Allah atas Dasar percaya terhadap Diri
Sendiri, bahwa saya sadar Bangsa Indonesia dengan gigih menegakan
Kemandiriannya, mudah-mudahan buah pemikiran saya ada faedahnya serta
manfaatnya bagi penerus bangsa kelak, terutama penerus Islam yang berkualitas
serta jauh wawasannya dan mendalami serta tahu akan batas-batas yang hak dan
bathil didalam mengembangkan Amanat Allah SWT, yaitu Hidup didalam Dunia ini,
serta cepat mengenal Diri dan Mengenal kepada Tuhannya yaitu Allah yang
bersifat Rabul Alamin.
Saudara warga Keleluargaan yang berbahagia,
sebelumnya saya sudahi kata pendahuluan ini, ingin menjelaskan terlebih dahulu
tentang perbedaan Sifat Ulahiyah dan Sifat Ilahiyah antar Insan disatu pihak
dan Kholiq dilain pihak, yang pada hakekatnya kedua sifat tersebut adalah satu
yaitu dari sumber yang tidak seumpama Dzat Laesalihi Saiun, justru itu agar
kita bisa mencapai derajat disisi Allah atau menjadi Insan Kamil Mukamil
hendaknya penuhilah dan laksanakanlah dulu yang ditunjukan oleh ayat suci Al
Qur’an yaitu yang berbunyi : “Almarifatullah Ma’bud”, juga beserta hukumnya dan
selain dari itu tentu saudara sering mendengar ceramah Agama yang disampaikan
oleh para Ulama kita, katanya bahwa Manusia yang pertama adalah Adam, Adam
diartikan tidak ada, maka kini sekalipun telah terwujud kenyataannya pada
hakekatnya tetap saja Adam namanya seperti rupanya dan bayangannya.
Yang ada disitu adalah yang punya ialah Allah,
dinyatakan orang wujud tunggal yang tak dapat dipisahkan, dan cobalah anda anda
renungkan sejenak bahwa saya ini Adam kalau ini suatu gambaran saja, adanya
seseorang yang menciptakan sebuah bentuk almari, umpamanya sudah barang tentu
barang tersebut sudah ada yang terlihat lebih dahulu oleh rasa penghayatan
sipencipta tersebut padahal benda tersebut masih bersifat bayangan. Ada, sesuai
yang dijelaskan oleh Mutiara Islam :
“Innaka Ma’duman Kama Kunta Ma’duman Qoblaa
Taqwim”
Yang artinya : Kamu itu tiada seperti barang
adanya tiadanya sebelumnya kamu itu ada, justru itulah sebagaimana
masing-masing maklumi bahwa Nabi Besar Muhammad SAW , adalah berprilaku secara
lumrah dan wajar dan hal ini harus kita sadari bahwa didalam hati batin kita
benar-benar merasa wujud kita ini seperti binatang kesiangan, agar kita bisa
mengikuti perilakunya Nabi Besar Muhammad saw tersebut lahir dan batin kita
teruskan mengkaji sampai pada Hakekatnya Rasullullah dan hingga sampai pada
Nujulun Illarabbi.
Demikian pendahuluan ini saya akhiri dengan
mengikatkan diri kita bersama, serta para pembaca pada umumnya, sebagaimana
yang telah kita imankan (yakini) bahwa sesungguhnya:
1.
Agama Islam, adalah Agama yang diridhoi Allah,
2.
Agama Islam, adalah Agama yang paling sempurna,
3.
Agama Islam adalah Agama yang memilki Derajat disisi Allah.
Maka dengan memahami penyampain ini kita semua
dituntut rasa tanggung jawab untuk menegakkan dan menjaga terus citra Agama
Islam dengan sebaik-baiknya.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah
Wassalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Para saudara jamaah Majelis Mujakaroh Warga
“Kekeluargaan” muslimin dan muslimat serta remaja Islam yang dimuliakan Allah,
sebelum pada rincian sasaran yang dimaksud mari kita memperhatikan terlebih
dahulu apa yang dituangkan Allah pada ayat suci Al Qur’an yan berbunyi :
“Waal Awallu Wal Akhiru Wal Bqahir Wal Bathin
Wa Huwasa Millalim”
Artinya : Dia yang Mula-mula dan Dia yang
Akhir dan Dia yang Wujud dan Dia yang Ghaib dan segala sesuatu dida
mengetahuinya, itulah yang diterjemahlkan kedalam bahasa Indonesia oleh para
ulama kita. Apabila kita renungkan lagi ini adalah merupakan penerangan bagi
kita terutama bagi Umat Islam, sudah cukup jelas yaitu adalah dzat yang tidak
seumpama apapun, Alam Semesta pun belum ada, Manusiapun belum ada, yang ada
hanya dzat kosong dan kemudian telah menjadi nyata (wujud) ini disebut Allah
namanya, jadi apabila kita perhatikan baik-baik bahwasanya ada dan tidak ada
itu adalah satu kesatuan yang utuh, pantaslah apabila segala sesuatu yang akan
kita kerjakan, Allah itu amat mengetahuinya dan cobalah anda renungkan sejenak
justru dalam sifat 20 (dua puluh) menyatakan kata rangkap tidak mungkin ada
sifat tanpa dzat dan tidak mingkin ada dzat tanpa sifat, karena itu merupakan
satu kesatuan, asal dari sumber yang satu sekalipun dunia ini.
Dan kini bagaimanakah agar kita tergolong
Manusia yang Istaqbaro tentu kita wajib mencontoh Nabi Besar Muhammad SAW dalam
mengemban Hidupnya dan hendaknya kita semua menyadari Agama Islam yang Allah
turunkan telah disempurnakan, barang tentunya pengikut-pengikutnya harus
berfikir secara sempurna pula, bukan sekedar melengkapi Rahasia Al Qur’an saja
namun perlu direalisasikan dengan pelaksanaannya itu sendiri, sebab Nabi
Muhammad SAW itu adalah dinyatakan sebagai Pesuruh Allah, sudah barang tentu
Pesuruh yang Mewakili Allah, berkewajiban untuk selalu menjaga dan melestarikan
Ajaran Islam yang diamanatkan oleh Allah SWT, lewat Nabi Muhammad SAW.
Dan mari kita lanjutkan penjelasan ayat-ayat Al
Qur’an yang lainnya seperti yang telah dijelaskan pada surat Al Iqro “Iqro
Rabikalaqi Kholaqo Insana Min Alaqqin” yang digaris pisahkan antara Insan
dengan Kholiq maka oleh sebab itu dimana kita memperhatikan sudah pasti akan
mengetahui Kedudukan kita sebagai machluk Manusia sebab kenyataan bahwa kita masih
dapat dengan adanya perpaduan antara Ibu dan Bapak kita, itulah sebab secara
lahiriyah yaitu melalui gumpalan darah, maka oleh karena itu bangsa Indonesia
yang beragama Islan, Al Qur’an yang telah mengajarkan agar kita selalu ingat
kepada Yang Maha Kuasa yaitu Allah, yang bahwasanya Manusia itu Mulia dengan
ketentuan yang disebut Manusia itu Utusannya yaitu berhal untuk menyampaikan
pesan yang mengutus, justru saya menyampaikan ini, ataupun menerangkan
batas-batas wewenang di Alam Semesta ini, oleh karena pada umumnya kita Manusia
masih melakukan permohonan kepadanya Yaitu Allah.
Saudara-saudara para pembaca muslimin dan
muslimat wabil khusus Jamaah Warga “Kekeluargaan” yang dicintai oleh Allah,
agar kita tidak sesat didalam menjalankan tugas hidup didunia ini, maka sangat
penting supaya kita jangan terlalu lupa kepada yang Kuasa, sebab sampai pada
saat ini masih ada Warga Kekeluargaan yang keliru didalam mengamalkannya
sehari-hari, yaitu seolah-olah bahwa si Aku itu adalah Allah, padahal
sebenarnya adalah bukanlah itu yang disebutkan Aku pada sesungguhnya adalah
Utusannya Allah, berdasarkan petunjuk Al Qur’anul Karim, cobalah anda renungkan
baik-baik apa yang disuratkan oleh ayat tersebut diatas, Al Qur’an pun telah
mengingatkan kepada kita “Jadilah Anda itu Manusia yang Mufridun” yang
Membersihkan dan Menyerahkan Diri, sukurilah agar jangan terbawa oleh nafsu
yang meyesatkan supaya kita benar-benar bisa memisahkan Hidayah dari Allah
petunjuk, sebab hal ini akan mungkin terjadi pada suatu saat apabila dalam
permohonan anda nanti, justru itulah saya ingatkan pada Anda sekalian.
Saudara kaum muslimin dan muslimat serta kaum
remaja serta warga Kekeluargaan yang berbahagia dimana saja Anda berada dan
dapat membaca buku ini, masih perlu rupanya penjelasan yang lebih lengkap dan
terperinci agar Anda tidak remang-remang ataupun sulit untuk memahaminya, sebab
semua kita mengerti bahwa Agama Islam memang cukup pelik, justru sangatlah
perlu menjelaskan yang lebih kongkrit dan jelas, maka dari itu saya akan mencoba
menjelaskannya tentang kedudukan dan fungsi Manusia yang dikatakan machluk
Allah ataupun Machluk Allah yang paling tinggi derajatnya dan lagi paling
sempurna baik bentuk ataupun kejadiannya.
Apabila memang demikian halnya cobalah anda
renungkan ini adalah satu kata-kata Rasulullah yang berbunyi “Qulbi Mukminin
Biuttullah” dan apabila diartikan alangkah indahnya orang yang memeluk Agama
Islam bukan ? saya kira anda sering mendengar dari para penceramah. kita yakin
bahwa Kesetian Hati orang Mukmin adalah Rumahnya Allah, dan sadari oleh anda
bahwa Allah itu Maha Suci, tak mungkin dia akan menempati Wadahnya yang Kotor /
tidak bersih yang berarti adalah tempat bersemayam Allah harus dipelihara
dengan baik barulah anda itu merasakannya bahwa sesungguhnya Allah itu tidak
terpisahkan, cobalah Pikirkan baik-baik dan tanyakanlah Diri Anda sendiri dan
menjawab permohonannya karena Allah telah mengatakan siapa-siapa yang ingin
meminta sesuatu aku Jabah, tetapi hendaknya penuhilah Perintahnya dan
Sucikanlah serta Luruskanlah Hatinya.
Saudara para Jamaah Majelis Mujakaroh Warga
“Kekeluargaan”, dan para remaja Islam yang dicintai oleh Allah, hal ini diatas
tidak datang serta merta begitu saja, sudah barang tentu diupayakan dan dicari
oleh anda sendiri, sebab semuanya telah dituangkan Allah, melalui ayat-ayatnya
tinggal pemikiran anda saja, ingin sampai pada apa yang telah diterangkan
tersebut cobalah anda perhatikan pesan Imam Gazali yang mengatakan sebaiknya
anda melihat sendiri daripada mendengar kata-kata orang lain, maksud dan tujuan
agar anda benar-benar mengerti itu bukan cukup di baca saja, memahami artinya
tetapi yang jelas anda tidak langsung merasakan sendiri, namanya Iman yang
membuat percaya tanpa tahu, karena Ajaran Islam cukup jelas dan tegas.
Nah inilah yang merupakan kunci untuk dapat
mencapai tujuan hidup, pada kehidupan masa depan yang akan kita capai, maupun
kehidupan masa depan yang menjadi dambaan masa akhir tentu apa dan bagaimana
kehidupan masa kini, inilah apabila ditinjau dari unsur akunya, sudah tentu
tidak lain adalah mata rantai dari kehidupan sekarang, dan akan datanglah yang
menuju masa akhir yang gemilang oleh karena itu dalam kehidupan sekarang ini sebenarnya
sudah sampai dimana si aku dapat memperbaiki kehidupan yang telah lalu atau
mungkin lebih rusak dari pada kehidupan yang lalu itu yang mempunyai kehidupan
akhir dan agar kita dapat mengerti bahwa sesungguhnya unsure yang bisa merusak
kehidupan didunia ini, adalah unsure saya atau yang dapat dalam unsure (material)
yang berasal dari unsur angin, unsure apai, unsure air, unsure tanah (bumi)
itulah bahwa perwujudan manusiajasamani namanya ialah yang menimbulkan hawa
nafsu, dan yang ada umumnya unsure saya ini dapat mengendalikan, oleh karena
itu antara aku dan saya tidak terdapat keseimbangan yang sehingga tidak ada
keselarasan diri yang membuat arti hidup sempurna.
Dan pada sesungguhnya unsur ini hendaknya
serasi dalam pengertian apabila unsurnya saya ini lebih dominan dari pada unsure
aku maka unsure saya dapat member tanggung jawab yang berarti unsure akulah
yang tidak dapat memenuhi amanat dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Yang akhirnya beban yang diderita si utusan aku
lebih berat lagi dalam hidup yang akan dating, sebab apabila unsur saya cepat
dikuasai sudah dengan sendirinya arti hidup yang lebih sempurna menurut ukuran
manusia itu akan sulit tercapai, itulah sebabnya hidup menurut aku, yang
berarti sudah upaya mutlak yang hakiki yaitu menjalankan perintah Allah dalam
Al-Qur’an mengingat pada hakekatnya adalah unsure aku itu bersumber dari Allah
sudah pasti si aku berupaya semaksimal mungkin untuk bisa kembali kepada yang
mengutusnya yaitu Allah Rabbil’alamin yang jelas Dia akan menyatu kembali
antara si aku dan pencipta yang dapat sekiranya memenuhi dalilnya ialah “INNAL
LILLAHI WA’INNAILAHI ROJI’UN” asalmu dari Allah dan kembali kepadaNya sempurna
didunia dan sempurna juga di akhirat dan sampailah pada yujuan sesuai dengan
petunjuk ayat suci Al-Qur’an “INNAILIA RABBI KARUDJANA”
Saudara para pembaca muslimin dan muslimat wabi
khusus warga kekeluargaan di cintai oleh Allah dan marilah kita sama-sama
memperhatikan penjelasan yang mengandung manfaat yang kita jadikan patokan
dalam melakukan perbuatan yang baik amal sholeh di dalam alam ramai dan
terutama saya tujukan untuk adik-adik para remaja islam yang mempunyai harapan
masa depan agar kita sekedar menjadi manusia yang ikutan dalam memahami agama islam yang
dibenarkan nabi kita nabi besar Muhammad salallhu’alaihi wassalam atau percaya
saja apa yang dikatakan olrh para guru hal ini sangatlah penting bagi anda
dalam menata kehidupan masa depan.
Yang bersih dan tajam untuk anda mengenal diri
sendiri agar kelak kita benar-benar mengerti dan percaya pada Allah tidak kata
guru maupun ustad justru terangkan disini agar dalam pemahamannya agak mudah
tentang pengertian mengemban hidup yang kita jalankan sekarang sebab di dalam
hidup ini yang banyak sekali hal yang perlu kita kerjakan, sesuai dengan norma
yang berlaku dewasa ini serta hokum agama yang dapat keridhoan Allah subhanahu
wata’ala yaitu perbuatan kita dalam-dalam hidup ialah sangat penting kita
perhatikan beberapa factor yang menyangkut.
Factor rokhaniayah/factor relius oleh karena
didalam kehidupan ini factor dalam sangatlah penting sebab kita sebagai makhluk
ciptaan Allah tentu berupaya akan kembali kepadanya (keasalnya) justru itu
dirasakan sangat penting sekali atau
wajib kita meketahui bagaimana caranya kita menyerahkan diri terhadap Allah
yang maha kuasa, itu tanpa ragu-ragu atau secara keseluruhanya kehadiranya, dan
sangat/sesungguhnya umat islam dapat melakukan asal benar yakin adanya Allah
yang kuasa itu dengan cara sangat mudah yaitu hendaklah didalam melakukan
penyerahan tersebut kita harus pasrah atau lepaskan sementara hal yang bersifat
kepentingan dunia ini yang berarti kita lebih mengutamakan perilaku dalam
menghadap Illahi Robbi kerena yang mendapat berdialog dengan Allah dan juga
menerima petunjuk langsung dari yang maha sempurna yaitu Allah Ya Rabbul’alamin
dan apabila terdapat suatu ketajaman dan penglihatan itu tidak lain adalah
hanya dasar petunjuk yang diterima.
Maha bijaksana oleh karena itu setiap saat
melakukan latihan penyerahan diri dan dengan kesungguhan serta penuh keyakinan,
itulah yang membawa seseorang yang mendapat ketenangan hidup didunia maupun di
akherat oleh karena itu perlu anda mengetahui didalam masyarakat melepaskan unsure
saja sementara tetapi tidak berarti anda lepas sepenuhnya sebab pada hakekatnya
antara aku dan saya merupakan satu kesatuan yang bulat oleh karena itu manusia
dalam hidup yakin akan adanya zat yang Maha Agung yaitu Allah Subhanahu wata’ala
inilah anda renungkan baik-baik.
Dan adapun penjelasan sertanya dari sifat hawa
nafsu yang timbul serta dorongan illahi:
a.
Nafsu amarah yaitu dari undur narun api yang sering ditimbulkan
olahnya itu adalah sifat menang sendiri lupa daratan atau ingin berkuasa ingin
mencapai kepuasan diri sendiri.
b.
Nafsu Sawiyah (sawiyah) yang timbul dari unsure angin adapun
cirinya adalah mendorong suatu kekuatan yang mendekatkan sesuai dengan adanya
rasa harga diri etika juga yang bersifat dorongan yang bersifat biologis.
c.
Nafsu A’lumah yang berasal dari tanah yaitu sifatnya yang
mendorong kita manusia berdiam diri dan juga memenuhi biologi sifat pemalas
selalu berpikir kurang baik pembohong dan menekan jasmaniah hati gelap hitam.
d.
Nafsu Mutmainah ialah timbul dari unsure air hawaun yang
sifatnya mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang membina pengaruh serta
memiliki keanggupan berkorban demi kebaikan, baik dengan alamnya maupun si aku
ikhal jiwa yang sejati dan kadang susah penentuanya itulah cirri dari beberapa unsure
yang terdapat pada tubuh manusia justru perhatikan secara khusus oleh anda.
Nama dari semua hawa nafsu tersebut diatas
hendak ahrus menunggu menyatu dengan si aku dan insya Allah bila demikian dapat
mengendalikan sifat yang dapat menteladani sifat yang dapat melakukan perbuatan
tercela atau yang tidak baik maka dengan nafsu yang terkendali itu unsure saya
sebagai factor penunjang dalah hidup untuk meraih kehidupan yang hakiki
diakhirat yaitu abadi.
Saudar kaum muslimin dan muslimat warga
kekeluargaan yang dimuliakan oleh Allah jelas sudah mari kita lanjutkan
penjelasan mengenai garis pemisah yang menyangkut wewenang Allah dan manusia
yang telah ditentukan oleh ayat suci Al-Qur’an yang berbunyi :
“Kulu Man’alaika faanin Wajhaka Illa Biidznillah”
Artinya
:
Segala sesuatu yang ada didunia ini akan hancur
apabila telah seizing Allah maka oleh sebab itu kita telah maklum dan demikian
kuat dan besar serta kekuasaanya itulah keinginan asma Allah serta kesaktianya
justru para ulama kita sering menggambarkan betapa hebatnya oleh karena itu
manusia menyatakan dirinya tidak mempunyai daya upaya.
Selain Allah dan kita bagaimanakah tentang diri
anda yang telah mengaku agama islam itulah adalah milik Allah dan cobalah amati
diri pribadi anda renungkan mudah-mudahan nanti tidak terlalu gegabah dalam
menjalankan atau menyampaikan amanat Allah dan ketahuilah agama islam itu
mendapat ridho Allah dan lagi sempurna bukan asal diciptakan saja gunakanlah
fikiran anda yang baik.
Para jemaah Majelis Mudzakaroh Warga
Kekeluargaan (MMWK) muslimin dan muslimat serta para pembaca yang berbahagia
mari kita bersama-sama memperhatikan penjelasan berikut ini, agar benar kita
berbuat kebajikan yang menggunakan landasan yang bisa diterima dengan fikiran
dan akal yang sehat lagi sempurna lagi pula bagaimana cara pelaksanaanya
pengendalian hawa nafsu itu, dan didalam mengemban kehidupan kita dengan
pengertian serta keikhlasan ialah sudah tentu sesuatu yang akan kita perbuat
harus ikhlas yang berarti perbuatan soleh atau perbuatan kebajikan tanpa pamrih
yaitu sesuatu yang ada dengan kaitanya dengan ajaran agama islam juga hendaknya
yang tidak ada kaitanya sesuatu hawa nafsu, sebab seuatu perbuatan kebaikan
yang bertendensi kebaikan ialah dalam melaksnakan demi kebesaran dankeagungan
asam Allah.
Semata-mata dan diberi imbalan atau pun tidak
terserahkepada yang Maha Kuasa ataupun Yang Maha Adil jadi pada kesimpulannya
apa-apa yang kita lakukan dipandang baik atau tidak, dan benar atau pun salah
berhasil suatu permohonan kita itu atau pun tidak semua itu mutlak kita serhkan
kepada yang Maha Kuasa sebab pada hakekatnya kebenarannya itu hanya semata-mata
datangnya dari Allah ta’alah itu sendiri dan kita menyadari dan kita menyadari
bahwa kebenaran dalam hidup itu banyak macam ragamnya maka kini suatu perbuatan
kebajikan yang bertendensi hawa nafsu atau kebenaran lain juga pada hakekatnya
itu suatu perbuatan yang tidak ikhlas namun bisa juga dikatakan suatu perbuatan
yang sia-sia dan hal yang demikian ini kemingkinan akan lebih memperbesar.
Pertanggung jawaban si aku ataupun utusan, pada
kehidupan masa depan, oleh suatu perbuatan yang mempunyai latar belakang hawa
nafsu bisa pula terjadi apabila upaya yang berhasil ia akan mengucapkan puja
dan puji syukur yang sebanyak-banyaknya pada Allah namun mungkin saja karena ia
lupa merasakan kenikmatan yang belum
mereka nikmati. Selama hidupnya yang berarti ia lupa akan sumber yang
sesungguhnya padahal taklain kenikmatan itu sendiri adalah milik Allah juga pengasih penyayang.
Saudara para pembaca muslimin dan muslimat para
remaja wabil khusus Majelij Mudjakaroh Warga Kekeluargaan (MMWK) yang beriman
dalam pepatah mengatakan ingat dalam menderita rupa dalam bahagia sudah barang
tentu dalam hal ini yang melakukan nya adalah manuisa atau pun kita manusia
dapat dikatakan pula manusia yang tidak beriman, sebab apabila usaha itu
mengalami kegagalan dia mngumpat malu atau kecewa.
Katanya yang tidak enak kasar dan sebagainya
atau merasa dirinya tidak mendapat keadilan dari Allah ta’ala dan tuntunan yang
semacam itu telah mempunyai fitback tersendiri terhadap si aku sebab dalam
kegagalan tersebut pada hakekatnya akan menyatukan si aku dengan penciptaanya
yang berarti mengingkari realita hidup dan kehidupan yang hakiki renungkanlah
oleh anda.
Setelah kita dapat memahami sesatu perbuatan
yang berteremigensi hawa nafsu, maka mari kita sama-sama melihat apa yang kita
kerjakan untuk lebih memnatapkan iman islam kita, serta keyakinan diri
masing-masing dan cobahlah perhatikan baik-baik sarat yang kita lakukan dengan
sepenuh hati juga menerima suatu apa-apa yang telah dihukumkan Allah dalam
semsta ini. Oleh karena manusia yang sempurna dituntut untuk mau mengerti dan
meaykinkan dengan segala ketentuannya.
1.
Yaitu kita wajib bersabar akan hokum Allah yang berlaku
2.
Kita wajib menerima Ridho Allah dalam menjalankan perintah Allah
3.
Manusia diwajibkan untuk meyakinkan serta menerima sepenuh hati
dengan menyerahkan diri mutlak, semata-mata hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
4.
Dan wajiblah setiap umat islam mengikuti akan firman Allah serta
hadist Rasulullah yaitu melaksanakan
perintahnya dan menjauhkan semua laranganya.....
ME HASAN ROHILI
mantap deh....
BalasHapus