LAA ILAHA ILLA ALLAH
LAA ILAHA ILLA ALLAH…!.
sederhana
sekali…!. Kan ungkapan ini yang hampir selalu kita baca berulang-ulang
selama ini ?. Ya…!. Tapi kita ternyata mengucapkannya tanpa CARE,
sehingga hasilnya pun hampir-hampir saja tidak ada.
Kan Laa ilaha illa Allah itu maksudnya begini:
TIADA… semua, TIADA semua…, kecuali yang ADA.
Mana ADA …?. INI…!. ADA…!, INI…!.
Yang ITU…?, TIADA…!. ITU TIADA…!.
INI ADA…!, dan ITU SEBENARNYA TIADA….!.
Seperti apa ADA-NYA INI…?
Ya…, nggak seperti apa-apa.
Nggak ada yang seperti-Nya
INI kok masih ada seperti-Nya. Nggak mungkin...
Nggak ada yang seperti INI…!.
ITU…?.
ITU Nggak Ada
ADA KOK ITU. JAUH…!.
INI nggak seperti ITU.
INI nggak seperti ITU…, ITU…, ITU…!.
INI nggak seperti SEMUA ITU…!.
Kalau masih ADA ITU,
Kalau Masih ada Semua ITU,
maka ITU, Semua ITU, berarti BUKAN INI.
Semua ITU…, BANYAK…, PUNYA BANDINGAN DAN TANDINGAN.
INI KOK ITU…,
INI KOK PUNYA BANDINGAN dan TANDINGAN…?!.
Dimana INI…???!.
Yaa…, DISINI….!.
Dimana ITU…???!.
Yaa…, DISINI juga….!.
ITU ADA DISINI juga..!.
DIMANA DISITU dan DISINI…?.
Yaaa…, DILIPUTI INI…!!.
INI Meliputi ITU…, ITU…, dan ITU…!.
INI Meliputi DISINI
INI Meliputi DISITU.
INI….!!!!.
Maka ITU, DISITU…, TETAP ADA DISINI…!.
Semuanya berada tepat dalam LIPUTAN INI…!.
INI…!!!, INI NIH…, MELIPUTI SEMUA….!, SEMUANYA…!.
Nah…,kalau INI sudah NYATA ADA, DISINI..!, INI telah Meliputi Semuanya …!., maka:
• barulah kita panggil Sang Ada INI… dengan panggilan, ALLAH...!, ALLAH…!, ALLAH…I.
Kemudian, kalau kita sudah MENYAKSIKAN Sang INI menyibakkan Kemahasucian-Nya, maka:
• barulah kita puja, Sang INI dengan ungkapan SUBHANALLAH,
Kemudian,
kalau kita sudah MENYAKSIKAN Sang INI mencurahkan segala rahmat dan
karunia-Nya kepada Alam semesta dan diri kita, maka:
• barulah kita ucapkan terima kasih kita kepada Sang INI dengan ungkapan ALHAMDULILLAH.
Kemudian, kalau kita sudah menjadi SAKSI atas semakin Nyata-Nya Sang INI, maka:
• barulah kita ungkapkan kesaksian kita terhadap Sang INI dengan ungkapan LAA ILAHA ILLALLAH,
Kemudian, kalau kita sudah MENYAKSIKAN Sang INI menguakkan Kemahabesaran dan Kemahaluasan, maka:
• barulah kita sungkem kepada Sang INI dengan mengucap ALLAHU AKBAR,
Kemudian, kalau kita sudah MERASAKAN adanya DAYA dan KEKUATAN dari Sang INI yang mengalir di seluruh penjuru UFUK, maka:
• barulah kita ungkapkan pengakuan kita terhadap KEKUATAN dan DAYA Sang INI dengan ungkapan LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH,
Kalau POSISI kita sudah begini, ya…, kita tinggal DIAM SAJA lagi, maka:
Biarkanlah Sang INI MENGAKU kepada kita:
INI adalah AKU…!.
AKU…!. AKU…!. ANA…!, ANA…!
Yang ADA adalah AKU, Laa ilaha illa ANA…!.
Yang Maha Suci adalah AKU, Subhani…!.
Yang Maha Besar adalah AKU, ANA akbaru ‘ala kulli syaiin…!!.
Lalu…, biarkanlah Sang INI MEMBERI TAHU kita:
Melihat ITU adalah Melihat-KU,
Mendengar ITU adalah Mendengar-KU,
Tahu ITU adalah Tahu-KU,
Daya ITU adalah Daya-KU,
Kekuatan ITU adalah Kekuatan-Ku,
Hidup ITU adalah Hidup-KU,
Gerak ITU adalah Gerak-KU,
Semua ITU adalah karena RUH-KU…!,
RUH-KU Yang KU tiupkan kepadamu,
RUH-KU Yang KU liputkan kepadamu…!
Aaaa…, MILIK-KU KESEMUANYA ITU…!.
Lalu…, biarkanlah Sang INI MENGAJARI kita dengan perlahan:
ITU…!, ITU…!. DAN ITU…!!,
Bumi ITU, Langit ITU, Angin ITU, Laut ITU, adalah Ciptaan-Ku,
DIRIMU (NAFS) ITU, Tumbuhan ITU, dan Hewan ITU, adalah Ciptaan-Ku
Bahkan…, Syurga ITU, dan Neraka ITU juga adalah Ciptaan-Ku..,
SEMUA ITU seperti ADA, karena AKU INI ADA,
SEMUA ITU memang bergantung kepada-KU,
SEMUA ITU..!, adalah TANDA-TANDA-KU,
SEMUA ITU…, adalah AYAT-AYAT-KU,
BACALAH SEMUANYA ITU…!!.
JANGAN ada yang sampai luput dari perhatianmu…!
Lalu…, biarkanlah Sang INI berkata dengan SOMBONG DAN ANGKUH kepada kita:
ITU…!, ITU…!, dan ITU.
Yaaa…, SEMUANYA…!, adalah untukmu…!.
Semua ITU Ku anugerahkan buatmu…!,
Kau rangkailah SEMUANYA ITU dengan baik…!,
Kalau SEMUA ITU kau sia-siakan, maka siksa-Ku akan menyambutmu,
INGAT…!, SEMUA ITU telah Ku bacakan kepadamu…!.
SEMUA ITU telah AKU ceritakan kepadamu dengan HAQ,
AKU telah sampaikan kepadamu dengan SEBENARNYA.
Karena memang AKU LAH SANG KEBENARAN SEJATI …!.
ANA AL HAQ…!. ANA AL HAQ…!.
Laa ilaha illa ANA…!. Laa ilaha illa ANA…!.
Subhani…!. Subhani…!.
Fa’budni…!. Fa’budni…!.
Aqimishhalah lidzikri…!.
Kita tinggal DIAM SAJALAH…!.
Kita tinggal IKUTI SAJALAH perintah-perintah-Nya tanpa RESERVE..
Biarkanlah
Sang INI Berbicara, Mengajari kita, Bersombong-sombong,
Berangkuh-angkuh dan Memerintah-merintah kepada kita. Semua itu adalah
HAK Sang INI. Sedangkan Hak Kita hanyalah IQRAA (MEMBACA), MENYAKSIKAN
(SYAHID) dan PATUH (ISLAM) saja. Yaaa…, hak kita hanyalah membaca dan
bersaksi dengan mata, membaca dan bersaksi dengan telinga, serta membaca
dan bersaksi dengan hati kita dengan tawadhu’ dan merunduk-runduk. Hak
kita hanyalah PATUH SAJA kepada-Nya.
Setelah kita mampu membaca
dan bersaksi, barulah kita berbicara, barulah kita menulis, barulah kita
mewejang, tentang apa-apa yang kita saksikan itu. Kita sampaikan
persaksian kita tadi kepada siapa pun yang mau mendengarkan dan ingin
bersaksi pula. Mereka mau atau tidak menerima tentang apa-apa yang kita
saksikan, itu bukan urusan kita. Dan kesaksian yang benar PASTILAH sama
dengan persaksian Muhammad SAW, pastilah sama pula dengan Al Qur’an.
Kalau keluar dari persaksian Muhammad SAW dan berbeda pula dengan Al
Qur’an, maka namanya kita telah bersaksi palsu.
Setelah kita mampu
untuk bersikap patuh saja kepada perintah-perintah-Nya, barulah kita
berhak menyadang gelar sebagai Khalifah Tuhan, Duta Istimewa Tuhan,
Hamba Tuhan…!.
Kalau kita berbicara tanpa kesaksian dan tanpa
kepatuhan begini, maka namanya kita ini tengah berbohong kepada manusia,
kepada diri kita sendiri, dan kepada Allah, dan Allah sangat tidak suka
dengan kebohongan kita itu:
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan (as Shaff 3).
Tugas
untuk apa Baginda Rasulullah Muhammad SAW diutus ke muka bumi ini,
sebenarnya hanyalah sederhana saja, yaitu untuk menunjukkan kepada kita
semua, seluruh umat manusia tentang:
Laa Ilaha Illallah…!.
INI…..!!!!!!!.
Maka LALU:
Warka’ullah…..!, Rukuklah ke INI, DISINI…!.
Wasjudullah….!, Sujudlah ke INI, DISINI…!.
Wa’budullah….!, Sembahlah INI, DISINI…!.
Dzikrullah…….!, Ingat dan Sadarlah ke INI, DISINI…!.
Ud’ullah……….!, Berdo’a dan meminta, ke INI, DISINI…!
Nabi Musa AS., dulu Beliau itu ingin mencari, menemukan, melihat, dan menyadari SANG INI dengan otak dan logika Beliau:
Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah
Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat
melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya
menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh
dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia
berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang
yang pertama-tama beriman", (Al Afraf 143).
Akan tetapi SANG INI
dengan gagah perkasa dan sangat angkuh berkata: “Kamu wahai Musa tidak
akan sanggup melihat-Ku…”. Dan memang terbukti..!. Musa akhirnya baru
berhasil menyadari Sang INI dengan cara PINGSAN. Ya…, Beliau pingsan
untuk bisa “melihat” INI…!.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW., Beliau
sengaja “DIPERJALANKAN” langkah demi langkah OLEH SANG INI untuk
Menyadari, Mengenal, Melihat, dan Bertemu dengan SANG INI. Rasulullah
tidak capek sedikit pun, karena Beliau hanya diperjalankan, bukan
berjalan sendiri dengan usaha dan daya upaya Beliau. Nggak…!. Beliau
hanya DIPERJALANKAN oleh SANG INI kepada SANG INI sendiri…!. Begitu
juga…, Beliau tidak harus pingsan dulu seperti Nabi Musa untuk menyadari
dan bertemu dengan INI…!. Beliau langsung dipertemukan oleh INI dengan
INI….!. Tanpa perantara apa-apa. Tanpa perantara ITU…, ITU…, dan ITU…!.
Al
Qur’an menyebutkan kisah tentang Beliau diperjalankan oleh Sang INI
sebagai peristiwa Isra’ Mi’raj…, yang hampir selalu kita peringati saban
tahun. Tapi selama ini pula kita hanya memperingatinya dalam suasana
ketidaktahuan kita tentang kebenaran adanya Mi’raj tersebut. Kita tidak
atau belum pernah bisa menjadi saksi atas adanya mi’raj tersebut,
sehingga bekasnya nggak ada pada diri kita sendiri. Apanya yang
bersaksi, wong kitanya belum pernah Mi’raj…!.
Padahal…, secara
sangat terus terang Rasulullah telah menyatakan bahwa untuk mi’raj itu,
kita nggak usah susah-susah dan capek-capek lagi seperti Beliau dulu
itu. Karena Beliau memang ditugaskan adalah untuk meluruskan kembali
arah kita mi’raj. Arah kita kembali dan mengarah dalam segala hal…!.
Beliau hanyalah meluruskan kembali arah mi’raj umat manusia yang sudah
bergeser dan centang-perenang. Oleh-oleh atau hasil dari
diperjalankannya Beliau oleh Sang INI untuk bertemu dengan SANG INI
sendiri, adalah:
SHALAT…, tapi SHALAT YANG KHUSYU’…!.
Dengan terus terang, terang terus, tanpa ditutup-tutupi, Beliau mengungkapkan:
“Shalat adalah mi’rajnya orang yang beriman…!.
Cobalah
perhatikan dengan perlahan dan seksama tentang prosesi, bacaan,
gerakan, dan kesadaran dalam shalat itu. Begitu pribadi sekali, antara
kita dengan ALLAH. Pribadi sekali…! :
Kita Rukuk ke INI, DISINI…!.
Kita Sujud ke INI, DISINI…!.
Kita Menyembah ke INI, DISINI…!.
Kita Menghormat ke INI, DISINI…!.
Kita Ingat dan Sadarlah ke INI, DISINI…!.
Kita Berdo’a dan meminta, ke INI, DISINI…!
Kita
nggak mau peduli dengan rintihan Beliau, saat Beliau mau meninggal:
“Ummati…!, Ummati...!. Wahai Allah…, umat-ku…, umatku itu ya Allah…,
kenapa mereka bebal dan keras kepala begitu. Mereka masih saja berpaling
ke ITU…, ITU…, dan ITU…!. Mereka masih mencari-cari INI dengan cara
ITU…, cara ITU…!, dan cara ITU…!. Padahal Engkau adalah INI, DEKAT, dan
DISINI…!”.
Laa ilaha illallah ini adalah sebuah mutiara yang tiada
ternilai harganya. Mau diurai bagaimana pun juga, kehebatan dan
keindahannya tidak akan ada habis-habisnya.
Cuma Rasullulah
Muhammad SAW pernah berpesan: “Janganlah mutiara ini diberikan ke
moncong-moncong babi, karena mutiara itu akan diLEPEHkannya”.
Astagfirullah
Ya Allah…, mohon beri saya daya dan upaya untuk tetap memegang laa ilaha illallah ini dengan kuat ya Allah …!!.
Ya Allah…, mohon dzikirkan saya, mohon sabarkan saya, dan mohon khusyu’kan juga saya dalam shalat….
Subhanallah…
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar