MEMPERTEBAL IMAN ISLAM
Demi mempertebal
Iman Islam kita maka hendaklah perhatikanlah benar-benar petunjuk Al Qur’an
agar kita tidak tergolong orang-orang yang hanya menghafal / membacanya saja
ataupun fasikh menyebutnya saja. Sebaiknya harus disertai ketaatan dan
keyakinan yang membuktikannya sebagaimana yang diterangkan oleh firman Allah
dibawah ini :
“Wa Athie’
Ulaha Wa Rosulullah Wala Nadzu’uu Fatasyallahuu Watadjhaba Ruhuum”
Bahasa
Indonesianya :
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasullullah dan janganlah membantah karena nanti kamu menjadi penakut dan kurang keberanian atau Iman.
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasullullah dan janganlah membantah karena nanti kamu menjadi penakut dan kurang keberanian atau Iman.
Demikianlah
arti terkandung dari ayat suci tersebut diatas yang diterjemahkan oleh para
ahli kitab, yang jelas dan telah cukup pengertiannya yang sangat mendasar tentu
saja penerangan ini merupakan penekanan bagi penganut agama Islam. Apabila ayat
tersebut hanya sekedar diyakinkan membacanya tetapi tidak pernah diamalkan,
cobalah anda renungkan baik-baik ucapan dan perbuatan kenyataannya juga
berbeda, sebab kebanyakan orang mengaku sudah beriman kepada Allah dan sudah
mengaku pula sebagai kekasih / kesayangan Allah namun, masih saja mempunyai
rasa takut kepada yang benar, maka sesungguhnya Manusia yang bertitik tolak
dari pola berpikir diri sendiri, pertanda orang tersebut kurang atau tidak
beriman kepada Allah, oleh karenanya senang dan susah itu pasti ada tidak bisa
dielakan dan mengelak dan itu harus, Manusialah yang berhak menerimanya, maka
diperlukan pengertian dalam Agama Islam, hal yang kedua harus diterima dengan
penuh kesadaran yang sama-sama wajib kita terima, cobalah anda ingat-ingat pada
para Nabi dahulu juga ada Nabi yang cukup berat penderitaannya di jaman dahulu
tetapi ia tetap beriman dengan penuh kesabaran, yang berarti itulah tandanya
orang yang taat dan patuh serta iman kepada Allah SWT, sesuai dengan
pengakuannya sendiri sudah beriman dan bertaqwa kepada Yang Maha Kuasa. Itulah
yang dapat memenuhi satu kata dengan perbuatan dan pasti lenyaplah dan hilang
rasa kekuatiran, keluh kesah, kebimbangan dan keraguan anda itu.
Saudara-daudara
para jama’ah majelis muzakaroh warga kekeluargaan, muslimin dan muslimat para
penerus perjuangan bangsa yang budiman, agar supaya kita tidak was-was dan
ragu-ragu mengikuti petunjuk-petunjuk ayat-ayat suci Al Qur’an, kembalikanlah
problema anda kepada yang menjadikan asal dari anda, yaitu Allah Yang Maha
Tahu. Dengan menyatakan sebulat hati bahwasanya aku Manusia tidak mempunyai
daya upaya selain engkau ya … Allah, aku akan menerima semua apa-apa yang
engkau bebankan kepadaku, mudah-mudahan anda akan langsung menerima hidayah
dari Allah SWT. Allah telah berjanji kepada setiap hamba-hambanya yang
bertawakal dan taat serta patuh kepada-Nya akan terpelihara baik di dunia
maupun di akherat kelak, ingatlah oleh anda Allah tidak akan ingkar janji,
perhatikanlah jangan sampai bertolak belakang dengan ayat suci tersebut diatas
tanpa anda sadari.
Dalam usaha
percaya kepada diri sendiri serta meningkatkan Iman Islam kita bersama, maka
didalam kita mencari yang Hak (benar) yang didasarkan atas petunjuk-petunjuk
ayat-ayat suci Al Qur’an dengan tujuan yang ada manfaatnya bagi diri sendiri
juga bagi kepentingan Bangsa dan Negara maupun Agama dengan tekad untuk
beribadah terhadap sesamanya yaitu Insan di muka bumi ini, seperti apa yang
dijelaskan oleh firman Allah di bawah ini :
“Layata Maral
Lamuna Illa Manadhie Lahur Rokhmani Waqola Sawaba”
Bahasa
Indonesianya :
Tidaklah ada yang berani berbicara kecuali orang-orang yang telah diberi izin oleh Allah Yang Rokhman dengan mengatakan yang sebenar-benarnya. Dengan penjelasan tersebut diatas cukuplah sudah kita mengerti apa yang dimaksud oleh firman Allah itu. Jadi apabila kita ambil kesimpulan yang selama ini ataupun sejak adanya Al Qur’an ini, belum ada orang yang berani berkata/membicarakan hal-hal yang benar. Memang kita yakin kalau ada ayat-ayat tersebut diatas, apabila mereka belum pernah menerima secara langsung Hidayah dari Allah SWT, tak mungkin berani berkata yang benar, paling banter hanya berani menyorong orang terdahulu yang sesungguhnya dia tidak tahu pasti atas kebenarannya itu, justru itu cobalah anda mengerti dan memahami yang benar apa-apa yang telah ditunjuki oleh ayat suci Al Qur’an, janganlah hanya diasyik-asyikan saja bacaannya hingga dapat melupakan cara berpikir kita yang pada kahirnya setelah pandai membacanya, sudah cukup padahal itu adalah suatu bacaan saja.
Tidaklah ada yang berani berbicara kecuali orang-orang yang telah diberi izin oleh Allah Yang Rokhman dengan mengatakan yang sebenar-benarnya. Dengan penjelasan tersebut diatas cukuplah sudah kita mengerti apa yang dimaksud oleh firman Allah itu. Jadi apabila kita ambil kesimpulan yang selama ini ataupun sejak adanya Al Qur’an ini, belum ada orang yang berani berkata/membicarakan hal-hal yang benar. Memang kita yakin kalau ada ayat-ayat tersebut diatas, apabila mereka belum pernah menerima secara langsung Hidayah dari Allah SWT, tak mungkin berani berkata yang benar, paling banter hanya berani menyorong orang terdahulu yang sesungguhnya dia tidak tahu pasti atas kebenarannya itu, justru itu cobalah anda mengerti dan memahami yang benar apa-apa yang telah ditunjuki oleh ayat suci Al Qur’an, janganlah hanya diasyik-asyikan saja bacaannya hingga dapat melupakan cara berpikir kita yang pada kahirnya setelah pandai membacanya, sudah cukup padahal itu adalah suatu bacaan saja.
Saudara-saudara
para pembaca muslimin dan muslimat warga kekeluargaan yang tercinta, kalau ayat
suci itu menerangkan kepada kita sekalian, bahwasanya kita mengerti sementara
itu masih banyak orang-orang yang menyampaikan Agama Islam agak remang adanya,
cobalah anda perhatikan baik-baik bagi orang yang mau berpikir untuk kemurnian
Islam, agamanya masih sulit dipahaminya, kadang-kadang ia berkhayal dan
kadang-kadang ia berakal, sehingga sukar mana yang dibenarjan Ajaran Agama
Islam, mana yang dibathilkannya dan kini anda renungkan menurut keyakinan
sendiri dan bagaimana caranya agar kita termasuk orang-orang yang berani
berbicara dan menyatakan yang benar dan ketahuilah oleh anda bahwa Allah itu
Maha Suci, Allah tidak boleh diumpamakan apapun juga, tetapi ada dan pula Allah
Kuasa di dunia maupun akherat, serta Allah itu adalah Maha Pemberi Petunjuk
yang dinyatakan Maha Bijaksana. Pahamilah ini yang betul, dengan keimanan yang
mantap tanpa keraguan. Insya Allah anda akan berani berkata yang benar dalam
urusan Agama Allah, yaitu Islam dan kerjakanlah yang baik-baik mohonlah
kepadanya sesuatu melainkan petunjuk dan pimpinannya, sebab bumi dan langit
beserta isinya yang ada ialah kepunyaanNya termasuk diri anda, maka janganlah
merasa bingung, bimbang dan takut. Al Qur’an diturunkan untuk anda / orang yang
bias berpikir dan membedakan yang baik dan yang buruk, telah dinyatakan dalam
salah satu ayat : Dunia ini adalah milik Allah dan kemana saja menghadap disitu
wajahKu / Wajah Allah. Cukup sudah dijadikan pegangan Iman kita dalam mengemban
hidup sehari-hari. Perhatikanlah oleh anda sesungguhnya perwujudan Manusia itu
baik itu bangsa Tionghoa atau bangsa Inggris,
“Laqod
Kholaqnal Insana Fiiahsani Taqwiem Tsuma Rodadnahu Aspala Safilien Allaladzina
Amanu Wa’amilus Sholihati Falahum Ajrun Choiru Mamnun”
Bahasa
Indonesianya :
Sesungguhnya kami telah menciptakan Manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Sesungguhnya kami telah menciptakan Manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Begitualh arti
dan makna dari ayat suci tersebut diatas yang diterangkan oleh para ahli kitab,
cukup jelaslah sudah bahwasanya benar-benar Manusia yang ada di muka bumi ini
tidak adan yang dibeda-bedakan bahan kejadiaanya, dari bahan yang sama, apakah
mereka raja, presiden atau wali/ulama bahkan Nabi sekalipun, Allah jadikan
hambanya semua dari bahan yang sama dan akan dikembalikan nanti dikemudian hari
pada tempat yang sama juga.
Maka cobalah
anda pengaku pengikut/pmeluk agama islam, perhatikanlah baik-baik ayat tersebut
diatas, janganlah merasa diri sendiri berbeda dari lainnya dan semua yang
bersifat makhluk atau alam adalah bahtu namanya,dan dihadapan Allah pun
nantinya tiada ada sebutan: Wali, Ulama, Kyai ataukah Presiden. Apabila anda
ingin menjadi orang.insan yang diridhoi Allah janganlah mudah meyalahkan orang
lain atau mengkafirkan orang lain semua itu adalah Allah saja yang menentukan
bukan anda, ingatlah bahwa Manusia kewajibannya hanya sekedar member ingat saja
dan fahamilah isi Al Qur’an baik-baik, semua Manusia baik atau buruk
perbuatannya itu, Allah lah yang mengetahuinya, kita semua diperintahkan oleh
Allah sebanyak mungkin saling kasih mengasihi sesamanya, karena peraturan Allah
yang diturunkan melalui Al Qur’an selain supaya kita memahami dan pula kita
dianjurkan untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan, saling pengertian, saling
membantu dan saling menasehati, tidak mengaku benar sendiri, maka dari sebab
itulah perhatikanlah diri sendiri, walaupun kini perwujudan diri anda cantik,
ganteng, gagah perkasa tetapi perwujudan ini nanti bias rusaj yang tadinya
cantik bias jadi keriput/jelek, rambut yang tadinya hitam jadi putih, yang
gagah jadi pikun, linglung dan akhirnya masuk kelobang kubur/lahat dan apakah
yang akan anda bawa (?) tubuh yang cantikkah (?) yang gatengkah (?) atau
kekayaan yang anda peroleh itu dengan tidak mengenal lelah, cape dan panas
serta hujan, juga apakah rizki yang anda peroleh itu halal atau haram tidak
anda perdulikan yang penting puas. Nah inilah kiranya yang harys anda teliti
sejak sekarang bukannya nanti sesudah di lobang kubur.
Justru itu
pandai-pandailah anda membawa diri dan syukurilah semua nikmat yang Allah
berikan, surge dan neraka milik Allah, bukan anda yang menentukan.
Mudah-mudahan setelah anda membaca penjelasan ini tergugahlah hati anda dan
dapat memenuhi amanat Allah Yang Serba Kuasa.
Telah banyak
kita memperhatikan ayat-ayat suci Al Qur’an yang dapat dipetik untuk dijadikan
pegangan di dalam mengamalkan ajaran Islam sehari-hari dan setingkat demi
setingkat akan mempertinggi keyakinan diri sendiri untuk meningkatkan Iman
Islam serta taqwa kita kepada Allah SWT, yang sebagaimana telah diterangkan
oleh firman Allah seperti dibawah ini :
“Qullu Syai’in
Khaliq Unilla Wadzhahu”
Bahasa
Indonesianya :
Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia ini akan binasa kecuali Allah.
Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia ini akan binasa kecuali Allah.
Demikianlah
makna atau arti dari ayat tersebut diatas, yang oleh para ahli kitab
diterangkan kepada kita sekalian yang dapat dijadikan renungan dalam mengemban
bahan hidup dan bahan berpikir yang lebih sempurna untuk tidak keliru usaha
kita mengetrapkan Iman Islam demi pengabdian terhadap sesame hidup di Alam
semesta ini.
Dan dasar
petunjuk ayat tersebut diatas hendanya kita sadari bahwa tiada ada tempat untuk
bergantungan dan meminta tolong kelak dikemudian hari kecuali hanya kepada
Allah semata-mata. Apabila seluruh Alam semesta ini hancur / binasa tak ada
lagi tempat untuk dijadikan perlindungan, maka oleh karena itu sangat penting
sekali kita pagi-pagi sudah berusaha untuk mengenal kepada yang Abadi yaitu
Allah Rabbul’alamin.
Saudara-saudara
warga kekeluargaan kaum muslimin dan muslimat para pembaca yang budiman, yang
berarti benar-benar kita telah memahami maknanya yang dimaksud oleh ayat di
atas, tidak lain agar kita kembali supaya percaya diri sendiri dan apabila
demikian benar-benar Al Qur’an adalah sebagai petunjuk yang berlaku sepanjang
zaman (Kekal) bukan hanya sekedar di hafal dan di baca saja, tetapi perlu
dihayati sekaligus di amalkan agar kita akan lebih dapat memahami dan mengerti,
sebab kita semua Manusia yang ada di muka bumi ini tidak akan lepas bersumber
dariNya, justru yang sangat wajib kita Agungkan dan kita sembah karena Ia
adalah tempat dan wadah dari semua permohonan makhluk-makhluk yang ada di Alam
dunia ini. Oleh karena itu semua terserah pada anda sendiri juga tergantung
pada cara-cara/pola berpikir anda sebab telah di hukumkan oleh ajarab Islam,
percaya tanpa disertai mengerti artinya adalah percaya membuta, justru
hendaklah beramal harus dengan ilmunya, barulah amalnya akan sempurna.
Bagi
orang-orang yang beriman hendaknya disertai tahu, barulah Iman seseorang itu
sempurna. Cukuplah kiranya penjelasan ayat tersebut yang insya Allah apabila
anda / kita semua mau mengerti tentang petunjuk-petunjuk ayat itu yang tak boleh
kita bantah lagi pasti akan tercapailah apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
bahagia di dunia dan di akherat. Dengan memperhatikan penjelasan-penjelasan
dimuka, maka telah kini kita ketahui bahwa didalam Ala mini tiada yang Kekal
kecuali hanya Allah dan untuk selanjutnya mari sama-sama kita perhatikan
keterangan-keterangan yang dapat mempertebal Keimanan kita bersama-sama dengan
memperhatikan ayat dibawah ini Surat Al-Baqaroh ayat 141 :
تِلْكَ أُمَّةٌ
قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا
يَعْمَلُونَ
“Tilka Ummatun
Qodkholat Laha Makasabat Walakum Makasabtum Wala Tus’ Aluna’ Amma Kanu Ya’
Malun”
Bahasa
Indonesianya :
Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Nah semakin
jelaslah dan gamblang penerangan-penerangan ini yang diartikan dari firman
Allah tersebut diatas yang membawa kita akan lebih mengerti lagi tentang status
dan fungsi Manusia yang masih hidup.
Disini kita
yakin bahwa apa-apa yang diusahakan orang-orang terdahulu, amal dan ibadahnya
semata-mata untuk mereka, bukan untuk kita mengapa demikian (?) karenanya
setiap insane yang diutus kebumi akan di mintakan pertangung jawabannya
masing-masing apa-apa yang telah mereka kerjakan selama hidupnya itu. Ayat
tersebut menambah kekeuatan Iman kita bersama. Dimana kita mendapati banyak
orang Indonesia yang beragama Islam pergi kesana kemari, berziarah ke makam-makam
dengan di barengi niat/tujuan kita berkah selamat dan memohon leluberan dari
tokoh Agama Islam yang telah tiada/terdahulu, dan cobalah anda renungkan
sejenak firman Allah tersebut diatas agar kita tidak termasuk golongan
orangorang syirik (musyrik) yang tiada anda / kita sadari.
Saudara-saudaraku
kaum muslimin dan muslimat warga kekeluargaan dan para pembaca dimana saja anda
mendapat membaca buku ini, kita telah sama-sama mempelajari ajaran Al Qur’an
dan Hadist, sesuai dengan keimanan kita masing-masing yang terdapat dalam
petunjuk agama ialah menyatakan kepada kita sekalian yang berbunyi “UD’UNI
ASTAJIB LAKUM” yang artinya ialah kata Allah dipinjam omongannya : Mintalah
kepadaKu niscaya / pasti aku berikan, cobalah anda ingat-ingat Allah telah
menyatakan dalam Al Qur’an yang AKU muliakan adalah hamba-hambaKu yang masih
hidup, bukan yang sudah mati. Dengan demikian berarti yang masih hidup itu ada
tugas yang dibebankannya, justru masih bermanfaat dan apabila dilihat pada
hakekatnya, sesungguhnya Allah telah membuka pintu lebar-lebar bagi yang
beriman kepadaNya, ialah yang telah menganjurkan / menawarkan kepada kita
sekalian dengan apa yang dinyatakan diatas itu ialah mintalah kepadaKu niscaya
akan diperkenankan do’a (permohonan) nya, ini sudah cukup gamblang asal kita
benar-benar mau mengerti apa yang kita baca. Secara sadar atau tidak telah kita
ucapkan dengan menyatakan dan tahu kedudukan Manusia sesungguhnya hanya Allah
sajalah Yang Maha Kuasa dan kita berada ditempat yang lemah, namun hal tersebut
hanya sekedar ucapan semata-mata, karenanya masih banyak terdapat diantara kita
tidak melaksanakannya, bahkan seolah-olah ia yang sangat berwenang untuk
melaksanakan kehendaknya atau kehendak orang lain yang mungkin beranggapan demi
Tuhan ataupun demi Ibadah, tetapi banyak yang kurang disadarinya bahwa Allah
telah berfirman melalui Al Qur’an pada Surat Al Ghaasyiyah ayat 21-22 :
“Fadzakir
Innama Anta Mudzakiru Lasta ‘Alaihim Bimusaythirin”
Bahasa
indonesianya :
Maka berilah peringatan, karena seungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, kamu bukanlah orang berkuasa atas mereka.
Maka berilah peringatan, karena seungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, kamu bukanlah orang berkuasa atas mereka.
Apabila
demikian Allah berfirman melalui Al Qur’an yang tertuang pada ayat tersebut
diatas, cukup jelas. Apa yang diterjemahkan oleh para ahli kitab dan kita
meneliti benar dan tidaklah terlalu gegabah (sembrono) dalam menyampaikan
amanatnya, baik memberi nasehat-nasehatnya kepada sesama Manusia.
Dan kita
sadari bahwa sesungguhnya Manusia tidak diberi wewenang sampai sekian jauh,
sehingga melampui batas yang Maha dari sekaliannya, tetapi banyak hal yang tak
disadari oleh sebagian para pendidik agama kita yang seolah-olah ia boleh
bertindak seenaknya dengan menyalahkan dan memaksakan pada orang lain
(sesamanya). Apabila dilihat dari ayat tersebut diatas berarti orang tersebut telah
jauh bertolak belakang dengan ajaran agama Islam atau tuntunan Allah.
Tentunya anda
sebagai umat mengaku beragama Islam akan berbuat dan bertindak melalui landasan
yang ada yaitu Al Qur’an dan Hadist.
Bagaimanakah
kiranya perbuatan yang telah anda lakukan selama ini (?) agar sembahyang anda
atau ibadah anda tidak sama dengan mereka, gunakanlah pikiran dan perbaiki
tindak tanduk anda sehari-hari jangan anda merasa paling afdhol, ataupun paling
benar menurut perasaan sendiri, ini semuanya dapat anda perhatikan melalui
ayat-ayat tersebut diatas.
Fungsi anda
selaku hamba Allah yang bertugas hanya sebagai penyampai saja dan juga bukan
yang dibebani tanggung jawab, karena itu semuanya demi keakheratan hanya Allah
yang mempunyai wewenang. Dan memang kita anjurkan melakukan kebaikan yang
sebaik-baiknya dan tidak menyakiti / memaksakan orang lain.
Kita sama-sama
mengaku sudah beriman dan bertaqwa kepada Allah tentu sudah termasuk orang yang
mukmin yang sekurang-kurangnya sudah pernah menerima petunjuk dari Allah. Sebab
apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu hanyalah untuk mereka, apa
yang diperolehnya itu bukan untuk kita dan kini bagaimanakah kita orang yang
dianggap penerus ataupun penerima warisan dari Nabi Besar Muhammad SAW, adakah
yang telah dirasakan oleh anda sesuatu, sebagaimana yang dijelaskan dalam salah
satu firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 38 yang berbunyi :
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ
مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Faimmaya’
Tianakum Minni Hudan Faman Tabi’ Ahudaya Fala Khawpun’ Alaiyhim Walahum
Yahzanuun”
Bahasa
Indonesianya :
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Rupanya arti
dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut diatas, benar-benar memberikan
dorongan iman dan bagi setiap penganutnya agar lebih mutlak menyerahkan dirinya
kepada Allah SWT, agar didalam mengemban tugas Allah dan hidup di muka bumi ini
tidak punya rasa kekuatiran serta kegelisahan, dia sadari bahwa sebenarnya
Manusia itu tidak punya daya upaya selain Allah. Para pengajar agama Islam yang
menterjemahkan arti dan makna ayat tersebut diatas cukup mengerti dan tidak
perlu dibantah lagi, hanya tinggal kita saja sebagai orang yang mengaku beriman
dan bertaqwa hendaknya janganlah cuma bisa menerangkan dan menyuruh orang lain
supaya beriman dan taqwa padahal kita sendiri berlum tahu bagaimana bentuk
orang-orang yang telah bertaqwa itu.
Saudara-saudara
kaum muslimin dan muslimat warga kekeluargaan dan para pembaca yang dimuliakan
oleh Allah, marilah kita berkata dan berbuat sama dengan yang ada di dalam hati
kita masing-masing guna dapat memenuhi apa yang difirmankan oleh Allah seperti tersebut
diatas. Tunjukkanlah / usahakanlah dengan banyak berbuat kebajikan kepada
sesama hamba Allah, jauhkanlah hal-hal yang dapat memecah belah persatuan
bangsa, lebih-lebih sesama agama Islam dengan berpegang teguh pada ayat-ayat
tersebut. Mudah-mudahan Allah akan memberi petunjuk dan hidayahnya kepada kita
sekalian untuk keselamatan di dunia dan di akherat kelak. Karena Allah yang
memiliki ini semua, marilah kita meminta keredhoannya dan sangat berbahagialah
orang-orang dapat petunjuk dan hidayah Allah SWT.
Sangat penting
kiranya apabila kita mengerti status serta kedudukan keberadaan Manusia atau
kita semua di Alam semesta ini, untuk itu marilah kita sama-sama memperhatikan
pada kata-kata mutiara Islam yang citranya akan dapat kita jadikan pengertian tersendiri
bagi diri kita masing-masing guna untuk memperkuat Iman Islam kita dapat pula
membuka mata hati kita bersama, hinga benar-benar kita lebih menyadari lagi
kehadiran serta status dan fungsi Manusia atau kita sebagai hamba Allah,
seperti di tuliskan dibawah ini :
“Bimakanna
Makanaa Bimayaakun Maya’kunaa”
Bahasa
Indonesianya :
Sesuatu yang telah ada di Alam semesta ini adalah kehendak Allah.
Sesuatu yang telah ada di Alam semesta ini adalah kehendak Allah.
Demikianlah
artinya kata-kata mutiara ini, memang sungguh indah sekali pengertiannya, telah
cukup gamblang penjelasannya bahwa benar-benar keberadaan Manusia dimuka bumi
ini adalah bukan semata-mata keinginan kita sendiri dan juga bukan kehendak
kedua orang tua kita atau ibu bapak kita, karena sesungguhnya ia tidak kuasa
membuatnya, bisa juga diartikan karena cinta saja kehadiran kita ini mengingat
kedua orang tua itu adalah merupakan penyebab belaka, justru karena karunia
Allah, Manusia dilengkapi Akal dan Pikiran serta kehendak atau keinginan, sudah
barang tentu dapat digunakannya kehendak dan pikiran itu sesuai dengan
fungsinya agar kita memahaminya benar-benar, religius melihat kedalam dengan
arti tidak sia-sia Allah karuniakan Akal dan Pikiran itu, dengan kata lain
bahwa seluruh umat Manusia di Alam semesta ini keberadaanya bukan boleh memesan
dan mungkin ia pun tidak pernah meminta untuk dijadikan Manusia, cobalah anda
renungkan sejenak.
Saudara-saudara
warga kekeluargaan, muslimin dan muslimat serta para pembaca yang budiman,
sangat wajib kita sadari kalau Allah sendiri telah menyuratkan pada suatu ayat,
sesungguhnya anak cucu Adam sangat dimuliakan oleh Allah, apakah kiranya anda
tidak merasa bahagia (?) mbok tahu dirilah sedikit. Maka oleh karena itulah
penyampaian oleh majelis muzakaroh warga kekeluargaan lebih menitik beratkan
kepada pendengaran supaya berusaha mengenal dirinya sendiri, maksudnya agar
kita mempunyai rasa terima kasih kepada Allah SWT. Yang telah menghidupkan kita
serta nikmat-nikmatnya yang tiada ternilai itu yang sama-sama kita rasakan.
Marilah kita bersama-sama menjadi orang yang pandai bersyukur dan marilah kita
usahakan untuk menambah cara berpikir yang sudah berkurang sesuai dengan
keadaan jaman dan ingatlah bahwa ajaran Islam sanggup mengikuti dan mengubah
perkembangan jaman, walaupun kini sudah termasuk jaman serba mutakhir dengan peralatan
canggih, Islam tidak sampai disitu saja, makanya kita sangat heran kalau masih
ada sebahagian orang yang masih berpikir dari situ kesitu lagi.
Sebagian insan
yang masih mengenal diri, sadar akan kewajiban serta mengerti apa yang wajib
dikerjakan selama hidup dan dapat membuktikan keimanannya serta dapat
mengerjakan perintahnya dan patuh dengan menjauhkan segala larangan Allah Yang
Maha Kuasa, yang berarti ia berusaha dengan penuh kesadaran untuk memenuhi
apa-apa yang telah diterangkan serta ditunjukkan oleh Al Qur’annul Karim,
seperti tersurat dibawah ini :
“Waaksina
Yuhibu Muhsinina”
Bahasa
Indonesianya :
Berbuatlah kebajikan terhadap sesamamu, atau terhadap orang lain, karena sesungguhnya Allah sangat senang kepada orang yang suka berbuat kebaikan.
Berbuatlah kebajikan terhadap sesamamu, atau terhadap orang lain, karena sesungguhnya Allah sangat senang kepada orang yang suka berbuat kebaikan.
Begitulah apa
yang diartikan oleh pujangga Islam terdahulu, dalam firman ataupun ayat
tersebut diatas cukup jelas kiranya pengertian ini kepada kita sekalian yang
sangat perlu kita ambil sebagai contoh untuk dilaksanakan oleh setiap insan
yang mengaku beriman, dapat anda pelajari sejarah Rasulullah Nabi Besar
Muhammad SAW yang berasal dari keluarga yang mampu (kaya) ternyata tidak ada
peninggalannya yang ia pergunakan untuk penyebaran dan pengembangan agama Allah
yaitu agama Islam.
Dan kini
bagaimanakah yang anda lakukan selama ini (?) apabila benar-benar cinta dengan
Nabi Besar tersebut yang katanya sebagai pewarisnya bukanlah semata-mata
mencari harta dan cerita dalam membangun dan mengembangkan Agama Allah,
tentunya akan mengutamakan citranya agama Islam itu.
Karena telah
diutarakan oleh Rasulullah SAW bahwa Allah lebih suka dan senang kepada
orang-orang yang berbuat kebajikan, cobalah sejenak anda renungkan, sebagian
dari para penyampai amanat Allah, bahkan yang ia lakukan adalah sebaliknya
sedangkan telah pula kita diperingatkan oleh salah satu firman Allah : carilah
Guru yang tidak mengharapkan upah dari padamu.
Itulah
sesungguhnya orang-orang yang dipimpin oleh Allah, maka oleh karena itu carilah
penyampai-penyampai agama Allah yang semata-mata bertawakal kepada pemiliknya.
Apabila anda
ingin mendapatkan petunjuk-petunjuk Allah langsung yang membawa anda
keselamatan dunia dan akherat yang menjadi tujuan dan idaman bagi setiap insan
yang beragama terutama Islam, berbaktilah yang sebenar-benarnya bukan kata-kata
saja tetapi disertai dengan perbuatan yang nyata untuk memenuhi ayat Allah
tersebut diatas dan Rasulnya, lakukanlah sebanyak mungkin perbuatan-perbuatan
yang disukai Allah menurut kemampuan anda masing-masing. Terutama kepada
kekeluargaan, ketahuilah oleh anda bahwa penyampaian majelis muzakaroh warga
kekeluargaan lebih dititik beratkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
memberi manfaat dan berguna bagi setiap insan yang percaya kepada Maha
Penciptanya yaitu Allah SWT.
Selanjutnya
marilah kita perhatikan bersama apa-apa yang diterangkan oleh Rasulullah SAW
dengan tegas yang telah disampaikan kepada kita sekalian umat yaitu beragama
Islam / pengikut-pengikutnya sebagaimana ditulis dibawah ini :
“Inna Diinnie
Dinuu Insyaniatin Dinnuu Adilatin Wa Hifmaulil Arodil”
Bahasa
Indonesianya :
Sesungguhnya Agamaku adalah Agama Perikemanusiaan dan Agama Prikeadilan serta menjaga terhadap kesusilaan.
Sesungguhnya Agamaku adalah Agama Perikemanusiaan dan Agama Prikeadilan serta menjaga terhadap kesusilaan.
Demikianlah
penerangannya dari para pujangga-pujangga Islam, mengartikannya daripada sabda
Rasulullah SAW, jelas dan tegas bahwasanya Agama Islam adalah Agama
Perikemanusian dan Keadilan, sudah dengan sendirinya; kata-kata Rasulullah
perlu diyakinkan dan dilaksanakan sepenuhnya, bukan sekedar di hafal dan dibaca
saja, karenanya hal tersebut mempunyai makna yang cukup luas dan dalam. Justru
itulah pada sesungguhnya Muhammad SAW, mendapat anugrah Rasulullah dan hingga
saat ini walaupun beliau telah wafat masih saja namanya disebut dengan kata
lain tidak bisa dipisahkan dengan asmanya Allah, yang dalam arti beliau adalah
pengemban amanat dan wibawa Allah SWT.
Saudara-saudara
jama’ah majelis muzakaroh warga kekeluargaan serta kaum muslimin dan muslimat
para pembaca yang dimuliakan Allah, sudahkah anda berbuat serta melakukan tugas
hidup sehari-hari selama ini (?) seperti yang dimaksud oleh Rasulullah itu,
inipun adalah salah satu sunahnya yang sangat wajib dikerjakan oleh setiap yang
mengaku dirinya adalah Umat Nabi Muhammad SAW, bukan hanya sekedar jadi setan
aku-aku saja, dan oleh karenanya anda renungkan baik-baik dan kepada
saudara-saudaraku terutama warga kekeluargaan, lihatlah dimuka bagaimana
keadaam dunia Islam dewasa ini, dan bagaimana pula di tanah air kita Indonesia
yang tercinta ini yang sedang membangun mental dan spiritual diseluruh penjuru
tanah air yang saling menonjolkan kemampuannya serta merebut kebenarannya
masing-masing sehingga mengabaikan persatuan dan kesatuan bangsa, maka oleh
sebab itu sejalan dengan lajunya perkembangan jaman hendaknya kekeluargaan
merubah pola berpikir agar tidak berdiam diatas satu juta tahun yang lewat. Dan
sesungguhnya pengakuan anda dengan apa yang tersurat diatas. Islam tidak
mengajarkann saling membunuh dan saling baku hantam. Ingatlah anda diciptakan
Allah bukan untuk itu, ialah semata-mata untuk berbakti kepada Allah, justru
itu keberadaan kita di muka bumi ini adalah merupakan saksi utama yang harus
dipertanggung jawabkan kesaksiannya itu. Janganlah anda menjadi saksi yang
bohong. Cobalah perhatikan ucapan-ucapan anda dan dimana letak kebenarannya
apabila anda sendiri tidak pernah tahu yang anda saksikan itu ……. Pikirkanlah.
Alangkah
indahnya apabila bangsa Indonesia yang beragama Islam terutama para tokoh Islam
di tanah air dapat benar-benar melaksanakan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah
SAW diatas tadi, serta menyampaikan dengan penuh keikhlasan, pasti dalam waktu
relatip singkat terciptalah suasana aman dan tenang. Dengan sendirinya
timbullah rasa saling pengertian antara sesama pemeluk agama, terutama agama
Islam yang memang banyak terdapat perbedaan dalam cara/pola berpikirnya,
lebih-lebih terhadap agama lain, maka oleh karena itu marilah kita perhatikan
firman Allah pada Surat An Nisaa ayat 136 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
“Ya Ayu
Haladzina Amanuu Aminu Billahi Warosulihi Walkitabiladzi Nazala ’ala Rosulihi
Walkitabiladzi Anzala Minqublu Wamayakpur Billahi Wamalaikatihi Wakutubihi
Warosulihi Walyaumil Akhiri Faqod Dhola Dlolala Ba’ida”
Bahasa
Indonesianya :
Hai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah dan RosulNya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. Demikianlah telah kita terima penjelasan ini baik arti dan maknanya yang dituturkan ayat suci tersebut diatas oleh para pujangga Islam pada jaman dahulu, sudah barang tentu bagi orang-orang beriman kepada Allah dan Kitab-kitabnya pasti akan terbukalah pemikirannya yang mungkin selama ini banyak salah dalam menerapkan Iman Islamnya, sebab apabila kita kurang dapat memahami apa-apa yang difirmankan oleh Allah akan tidak sempurna juga pelaksanaannya dan pasti terkena ancaman ayat tersebut, karena kita sadar bahwa yang ngomong itu adalah Allah sendiri. Justru oleh karena itu perhatikanlah baik-baik dan ingatlah oleh anda bahwa agama Islam adalah agama yang paling tinggi dan sempurna, maka hendaknya pengakuan anda wajib di realisasikan dengan perbuatan-perbuatan nyata, bukan hanya sekedar ucapan saja, kiranya perlu anda pahami bahwa Manusia diciptakan oleh Allah tidak untuk saling membenci ataupun saling salah menyalahkan terhadap sesamanya, maksudnya agar kita dapat tidak tergolong orang-orang yang disesatkan, maka dengan teguran ayat tersebut hendaklah jauhkanlah Anda dari sifat dan perbuatan-perbuatan tercela atau tidak mau mengakui kehadiran agama ataupun kitab-kitab yang lain, kecuali hanya Al Qur’an saja dan Rasulullah itu, apabila demikian halnya maka sangatlah bertentangan dengan keinginan dan cita-cita Allah SWT, sedangkan kita telah sepenuh hati menyatakan bahwa sesungguhnya Manusia itu tidak punya daya upaya selain Allah, sebaiknya hal tersebut janganlah diucapkan dibibir saja, justru karena mungkin anda memahaminya sehingga dalam pelaksanaannya sangat bertolak belakang dan cobalah usahakan supaya jangan membelenggu pikiran anda sendiri, sadarilah karunia Allah adalah Akal dan Pikiran yang wajib kita manfaatkan dan kita gunakan sesuai dengan Fungsinya, Maha Suci Allah.
Hai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah dan RosulNya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. Demikianlah telah kita terima penjelasan ini baik arti dan maknanya yang dituturkan ayat suci tersebut diatas oleh para pujangga Islam pada jaman dahulu, sudah barang tentu bagi orang-orang beriman kepada Allah dan Kitab-kitabnya pasti akan terbukalah pemikirannya yang mungkin selama ini banyak salah dalam menerapkan Iman Islamnya, sebab apabila kita kurang dapat memahami apa-apa yang difirmankan oleh Allah akan tidak sempurna juga pelaksanaannya dan pasti terkena ancaman ayat tersebut, karena kita sadar bahwa yang ngomong itu adalah Allah sendiri. Justru oleh karena itu perhatikanlah baik-baik dan ingatlah oleh anda bahwa agama Islam adalah agama yang paling tinggi dan sempurna, maka hendaknya pengakuan anda wajib di realisasikan dengan perbuatan-perbuatan nyata, bukan hanya sekedar ucapan saja, kiranya perlu anda pahami bahwa Manusia diciptakan oleh Allah tidak untuk saling membenci ataupun saling salah menyalahkan terhadap sesamanya, maksudnya agar kita dapat tidak tergolong orang-orang yang disesatkan, maka dengan teguran ayat tersebut hendaklah jauhkanlah Anda dari sifat dan perbuatan-perbuatan tercela atau tidak mau mengakui kehadiran agama ataupun kitab-kitab yang lain, kecuali hanya Al Qur’an saja dan Rasulullah itu, apabila demikian halnya maka sangatlah bertentangan dengan keinginan dan cita-cita Allah SWT, sedangkan kita telah sepenuh hati menyatakan bahwa sesungguhnya Manusia itu tidak punya daya upaya selain Allah, sebaiknya hal tersebut janganlah diucapkan dibibir saja, justru karena mungkin anda memahaminya sehingga dalam pelaksanaannya sangat bertolak belakang dan cobalah usahakan supaya jangan membelenggu pikiran anda sendiri, sadarilah karunia Allah adalah Akal dan Pikiran yang wajib kita manfaatkan dan kita gunakan sesuai dengan Fungsinya, Maha Suci Allah.
Berbuat dan
bekerja untuk menuju tuhannya, maka pasti anda akan menemuinya.
Saudara-saudara
warga kekeluargaan kaum muslimin dan muslimat, terutama para penerus perjuangan
bangsa, hendaknya dipahami baik-baik apa yang dimaksud oleh firman Allah tadi
dan tertuju kepada siapa dan pula kepada yang bagaimana, hal ini saya serahkan
anda untuk mengartikan sendiri, sangat wajib seandainya anda ingin untuk
menemui kekasih anda, silahkan saja dan bagi orang yang ingin tetapi belum
pernah merasakan nikmatnya berdialog dengan Tuhannya, sebaiknya berusahalah dan
ingatlah pada pernyataan ayat suci yang sangat wajib kita kerjakan, apabila
benar-benar kita mengaku berbangsa Indonesia yang beragama Islam taat dan patuh
kepada yang menjadikan Alam semesta ini, termasuk anda ataupun kita Manusia
didalamnya. Nah apakah kiranya anda tidak pernah merasakan rindu ataupun kangen
ingin bertemu dengan kekasih yang didamba itu (?) sedangkan dialah yang
menciptakan anda taupun kita, saya yakin semenjak anda dihadirkan ke muka bumi
ini sampai detik inipun hanya mendengar kata-kata orang lain ataupun mendapat
cerita-cerita dari para guru atau ustadz-ustadz saja, yang sesungguhnya pasti
belum merasakannya. Jadi selama ini kecintaan serta kerinduan anda kepada Yang Maha
Pencipta itu saya umpamakan sebagai orang bertepuk sebelah tangan, dan cobalah
anda perhatikan lagi firman Allah seperti telah dituangkan pada salah satu ayat
yang lain yaitu : Sesungguhnya aku tidak mengajarkan kepada Muhammad;
syair atau cerita kosong dan aku ajarkan dia peringatan-peringatan dan Al
Qur’an yang jelas dan terang. Masihkah anda kurang jelas (?) Al Qur’an
bukanlah sekedar cerita belaka, sangatlah perlu dijajaki oleh anda bahwa setiap
insane yang berkeinginan keras dan ikhlas, insyaAllah saya yakin anda akan
dapat memenuhi apa yang disuratkan atau pertunjuk ayat tersebut hingga dapat
membuktikan serta merasakan sendiri atas kebenaran, bukan kata orang lain.
Sesuai dengan petunjuk Al Qur’anul Karim yang sama-sama kita imankan, tetapi
banyak terlupakan atau sengaja dilupakan, sesuatu ayat wajib kita lakukan,
yaitu yang menyangkut sodakoh demi kebersihan dan keredhoannya yang menjadi
dambaan setiap umat Islam, sebab selain dari pada Sholat dan Ibadah lainnya
yang diwajibkan seperti Fitrah dan Jariah, sebagaimana yan dicontohkan oleh
Nabi Besar Muhammad SAW, dalam salah satu usahanya untuk insan yang ingin dapat
memenuhi selaku utusannya, yaitu Allah SWT, yang tertuang dalam Surat Adz
Dzaariyaat ayat 19 yang berbunyi sebagai berikut :
وَفِي أَمْوَالِهِمْ
حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Wafhi
Amwalihim Haqullysaa’ilie Walmahrum”
Bahasa
Indonesianya :
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.
Didalam harta
benda atau kekayaan serta rizki yang anda miliki itu ada haknya dari
orang-orang yang terpaksa meminta, ialah haknya yatim piatu, pukaro walmasakin.
Demikianlah
makna ataupun arti yang dimaksud ayat tersebut diatas, yang telah dijelaskan
oleh para ahli kitab, memang adalah sangat besar sekali dan sungguh wajib
hukumnya namun sekalipun sudah tahu, tapi cukup segan rupanya, karena hasil
boleh dari cape dan memeras keringat masa harus dikeluarkan begitu saja, tetapi
apabila kita mempunyai keinginan untuk kesempurnaan iman Islam serta ingin
mendapatkan ketenangan hidup yang tanpa keraguan, hal mana wajib kita keluarkan
mengingat itupun menjadi persyaratan mutlak bagi setiap insane yang ingin
menemui tuhannya, cobalah anda perhatikan apa yang Rasulullah contohkan kepada kita
sekalian, harta kekayaannya yang begitu berlimpah habis dipergunakan
semata-mata untuk kesempurnaan Iman dan perjuangannya dalam menegakkan agama
Allah sampai pada saat diangkatnya beliau menjadi seorang INSAN KAMIL MUKAMIL,
Rasulullah juga diberi kesempatan untuk berdialog ataupun beraudensi denganNya,
yaitu kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi, jadi jelaslah sudah kita
ketahui, tidaklah kemulian itu datang dengan serta merta begitu saja, keredhoan
serta gelar dapat dicapai … tidak, itu adalah membutuhkan kelapangan dada dan
keikhlasan hati.
Nah cobalah
anda perhatikan apa yang di firmankan Allah yang menyatakan kepada kita
sekalian sebagai salah satu peringatan, ialah setiap insan / Manusia yang
sungguh berbuat.
Bilamana kita
telah mengerti dan memahami firman dan ayat-ayat suci Al Qur’an, sudah barang
tentu mengerti apa yang diterangkan dari beberapa ayat yang perlu diperhatikan
oleh kita sekalian, sebagaimana tersurat pada ayat 59 Surat An Nisaa :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Fa’in
Tanaaza’tum Fii Syai’in Parudduhuu Ilallahi Warosulli Inkuntum Tu’minuuna
Billahi Wal Yaumil Akhir Dzalika Khairuun Waakhsaanu Ta’wilaa”
Bahasa
Indonesianya :
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Hadist), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Hadist), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Demikianlah
arti dan makna yang diterjemahkan oleh pujangga Islam dahulu, atas ayat-ayat
tersebut kepada kita sekalian, cukup jelas sudah bahwasanya ayat tersebut
merupakan peringatan bagi kita, apabila anda berselisih mengenai sesuatu, maka
hendaknya kembalikanlah kepada Allah dan Al Qur’an ataupun pada
petunjuk-petunjuk Rasulullah, maksudnya agar kita tidak berkepanjangan dalam
perselisihan tersebut sehingga tidak membawa pengorbanan atau agar kita tidak
merasa benar sendiri, orang lain salah, cobalah lihat Al Qur’an, itulah
peringatan-peringatan yang dituangkan didalam Al Qur’an yang sama-sama umat
Islam mengimamkannya dan bagaimanakah kenyataan atas apa-apa yang dilakukan
oleh kita semua (?) terutama Islam yang ada di tanah air sendiri, perlu kita
pahami benar ayat peringatan tersebut, baik yang menyangkut ajaran dan tuntunan
sesama agama. Janganlah Cuma mengaku saja, setiap Islam itu adalah saudara,
kalau Cuma dibibir saja pikirkanlah oleh anda sendiri, lebih-lebih lagi orang
yang beragama Islam mencampuri politik, yang pasti banyak sekali terjadi
perselisihan yang dilakukannya sampai-sampai membawa pengorbanan sesama Islam,
jelaslah orang tersebut sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam atau
sangat bertentangan kepada sifat-sifat kasih sayang Allah, justru pula perlu
diingat bahwa kehadiran Manusia di muka bumi ini ditentukan tidak punya daya
upaya selain Allah.
Saudara-saudara
kaum muslimin dan muslimat warga kekeluargaan, para pembaca yang budiman, kini
kita telah banyak memperhatikan ayat-ayat suci Al Qur’an yang menerangkan dari
beberapa hal dan marilah kita syukuri yang sedalam-dalamnya bahwasanya kita
sampai saat ini masih memahami petunjuk-petunjuk Al Qur’an yang membawa
keberkahan dan keselamatan serta membuktikan atas kekuasaan Allah dan
kebenarannya melalui apa yang ditunjuki pada ayat 2 Surat Al Anfaal, yang
berbunyi :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Innamal
Mu’minnuna Ladzina Idza Dzukirollahu Wajilat Qulubuhum Waidza Tuliyat ‘Alaihim
Aayatuhu Zadathum Imaanan Wa’ala Robbihim Yatawakkaluun”
Bahasa
Indonesianya :
Sesungguhnys orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Asma Allah Gemetarlah Hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambah Iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
Sesungguhnys orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Asma Allah Gemetarlah Hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambah Iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.
Sangatlah
jelas sekali terjemahan firman Allah diatas, oleh para ahli kitab menerangkan
kepada kita sekalian, apa yang menjadi arti serta maknanya, yang kiranya tak
perlu lagi dibantah kebenarannya, memang hal ini tergantung pada anda sendiri,
dapat dibuktikan kenyataannya oleh kita atau tidak. Sesungguhnya firman Allah
itu tidaklah bohong, apabila anda itu percaya benar kepada yang menjadi anda
sendiri, bukan cuma percaya tanpa tahu, itu sama juga bohong namanya.
Justru karena
itu hendaknya perhatikanlah isinya apa yang terkandung di dalam ayat tersebut
dan ingatlah oleh anda sendiri bahwasanya Allah tidak menjadikan Manusia itu
berbeda-beda bahan kejadiannya dari dulu sampai sekarang, yang beda hanya
taqwanya, kecuali hanya Adam dan kini bagi anda yang belum memahami ayat
tersebut serta hanya ingin dapat membuktikannya, cobalah renungkan baik-baik ayat
itu dengan penuh keimanan dan serahkan kepercayaan itu semata-mata hanya kepada
Allah SWT, sebab kita umat Islam yang ada di Indonesia sebahagian mengikuti
jejak dan sunah Nabi. Sedangkan Nabi Besar Muhammad SAW, juga telah menyerahkan
dirinya kepada Allah Yang Maha Pencipta dan pula Nabi telah mengakui bahwasanya
Allah itu sebagai satu-satunya Pemimpin yang perlu ditaati dan dipatuhi dari
segala perintah dan larangannya.
Dan cobalah
anda lakukan penyerahan diri dengan sebenar-benarnya taqwa, barulah anda akan
dapat merasakan Kebesaran dan Kenikmatannya melalui Getaran Hati yang langsung
dari hasil penyerahan mutlak kepada Allah Yang Maha dari sekalian yang paling
Maha, tidak hanya sekedar dibaca saja, dan capailah keredhoan dan kebesaran
yang hakiki demi dunia dan akheratmu.
Dengan
banyaknya bangsa Indonesia yang beragama Islam, masih saja kurang memahami
ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah SAW, yang masih berpendirian dangat
membeda-bedakan sesama hamba Allah, yaitu Manusia yang kadang-kadang berpikirannya
serta tindakannya sangat bertentangan dengan ajaran Al Qur’an, sehingga
melupakan kasih sayang terhadap sesamanya atau melupakan perikemanusiaan,
sebagaimana ayat yang diterangkan oleh surat :
“Laiysa Minna
Ma’laam Yu Ro’ii Hiffatan Banie Adam”
Bahasa
Indonesianya :
Tidaklah termasuk umatku / pengikutku siapa saja yang tidak mempunyai belas kasih (kasih sayang) serta perikemanusiaan terhadap sesama anak cucu Adam.
Tidaklah termasuk umatku / pengikutku siapa saja yang tidak mempunyai belas kasih (kasih sayang) serta perikemanusiaan terhadap sesama anak cucu Adam.
Bagaimana penjelasanya dari penyebar-penyebar islam zaman dahulu,
memberikan pengertian ayat tersebut diatas, kepada orang-orang yang percaya
kepada Allah dan Al-Qur’an. Penerangan ini sungguh gambling sekali bagi umat
islam yang mata hatinya telah terbuka dan juga pola berpikirnya tidak dari situ
kesitu lagi, karena telah cukup dipahami olehnya. Bahwasanya hanya Allah
sajalah yang akan dan dapat menentukan segala sesuatunya baik di dunia maupun
diakherat kelak. Bukanlah manusia yang memberikan ketentuanya, maka maksud
Allah itu hamba-hambanya hanya ditugaskan untuk banyak berbuat saja amal atau
kebaikan kepada sesamanya, yaitu manusia dimuka bumi ini, dan di muka bumi
hanya berasal mula dari Adam dan Hawa yang berbeda hanyalah tempat lahirnya
rasa dan keinginan adalah sama.
Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat para pembaca warga
kekeluargaan yang dimuliakan Allah, perhatikan baik-baik ayat-ayat tersebut
diatas, sebab apabila kita lengah dan lupa sehingga tidak bias memenuhi
sebagaimana yang tersurat diatas tadi, sudah barang tentu anda terkena
ancaman-ancaman firman Allah, yang artinya anda tidak diakui keluar dari
umatnya, dan janganlah anda termakan oleh pancing-pancing pengadu domba sesame umat
ilam, sebab hal ini yang jelas akan merugikan anda sendiri.
Mudah-mudahan dengan memahami staus dan fungsi anda di muka bumi ini
Allah pelihara kehidupan yang hakiki yang insya-Allah membawa kita berhasil
pada tujuan hidup ini kearah kemenangan lahir, bhatin, dunia maupun akherat
yang diawali dari kebahagiaan kesehatan tabiat anda, sehingga dapat berpikir
sehat dan sempurna sesuai dengan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan Hadistnya.
Pola dan cara-cara berpikir seseorang memang berbeda-beda juga tingkat
pengertianya tidak sama, yang sehingga tidak jarang terjadi kesimpang siuran
dan tanggapan-tanggapan yang menimbulkan perpecahan-perpecahan sesame kepercayaan,
baik dari golongan-golongan apapun yang kadang-kadang membawa pengorbanan.
Nah ini firman Allah menyuratkan pada suatu ayat :
“Faman Kanaa Yarjulika Robbihie Falya’malamalan Sholihaan Wa
Yusrikbiibadatie Robbihie Ahadaa”
Artinya :
Barang siapa yang ingin berjumpa / bertemu dengan Tuhannya (allah)
hendaklah mengerjakan atau melakukan sesuatu yang baik dan janganlah
menyekutukan Allah dalam sembahyang atau dalam ibadah.
Demikian arti dan maknanya dari ayat tersebut diatas yang diterjemahkan
oleh pujangga-pujangga islam, pengertianya sudah jelas bukan? Jadi hal ini
memerlukan pemahaman apa yang dimaksuda Allah itu, justru orang-orang yang bias
memahaminya adalah orang yang telah mengenal Allah dan mengenal apa dan siapa
yang sebenarnya diri sendiri, pada sesungguhnya sangat bahagia sekali bagi insane
yang delah dapat berdialog dan berorientasi dengan penciptanya sendiri.
Karenanya telah dijelaskan oleh salah satu ayat bahwa hamba-hambanya yang sholeh
itu, selalu pula berkomunikasi dengan tidak menganal waktukepada Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, justru orang-orang yang selalu berhubungan
dengan Tuhanya yaitu Allah mengerti dan tahu. Bukan dapat mengambil pendapat
ataupun kepandaian dari orang lain, dan benar-benar ia menerima petunjuk dari
yang mpunyai agama itu sendiri, yaitu Allah Rabbul’alamin. Itulah sebabnya Isalam
adalah agama yang paling dan sempurna dari agama-agama yang lain.
Dengan ucapan Alhamdulillah kita menyatakan syukur kehadapanya, kita
telah diberi kelonggaran dan kesempatan oleh firman Allah dapat berhubungan
atau berjumpa. Dan cobalah kita perhatikan bagaimana Allah menjelaskan suatu
ayat Al-Qur’an, marilah kita sama-sama menerima dan memahaminya dengan benar, supaya
kita bias mengambil kepastian Iman islam kita dalam mengemban hidup semesta
ini, bagaimana tertuang dalam firman Allah surat ayat yang berbunyi:
“Inna Tawakaltu’Alallahi Robbihi Warobbikum’mindabbatin Illarobbihi’alaa
Sirothim Mustaqim”
Artinya:
Saya bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu dan semua binatang
melata dimuka bumi ini, adalah yang menguasainya. Sesungguhnya Allah Maha Suci
dan Benar serta Adli.
Denikian pengertiannya cobalah anda pikirkan baik-baik arti dan makna
dari ayat tersebut di atas yang menerangkan kepada kita selaku hamba-hambanya
yang beriman, sesudah barang tentu maksudnya agar kita manusia / hamba-hambanya
mengerti. Baik tentang keadilan Allah maupun agar kita jauh-jauh meninggalkan
sifat tercelah seperti : ingin hidup sendiri, ingin benar sendiri orang lain
tidak, syirik pidik kepada kemampuan orang lain. Dan ketahuilah oleh anda
sendiri bahwasanya yang hidup dimuka bumi ini bukanlah manusia saja atau bangsa
Indonesia saja atau orang yang beragana islam saja, juga makhluk-makhluk lain
dan dimuka bumi, keran dengan keadilan Allah. Cobalah anda mabil inti sarinya
dari ayat suci tersebut di atas itu, adlah firman Allah.
Saudar-saudara warga kekeluargaan para pembaca muslimin dan muslimat
yang sangat dicintai Allah, untuk dapat kita mengerti dan tujuan Allah dalam
Al-Qur’an, maka pahamilah baik-baik apa yang sudah disuratkan oleh ayat
tersebut agar kita tidak saling berebut kebenaran yang mengakibatkan
pertengkarana antara sesamanya, lebih-lebih antara sesame agama Islam, apabila
anda benar-benar mengakui telah menyerah diri terhadap Allah SWT, tak mingkin
lagi anda keliru, karena pasti Allah akan menuntun di jalan yang benar dan baik
dan tidak mungkin lagi iman islam anda akan semrawut dan simpang siur yang
tentunya akan menjauhkan sejauh-jauhnya hal-hal yang membawa kesesatan hidup
kelak. Oleh karena itu marilah kita sama-sama mengartikan firman atau ayat-ayat
yang telah sama-sama kita imankan agar supaya tidaklah sia-sia akibat dari
ketidak tahuan dan kepahaman kita itu dan kini jadikanlah untuk lebih dapat
meningkatkan pengabdian diri kepada sesam insane, bertaq’walah (menyerahlah)
kepada Allah yang sebenar-benarnya menyerah demi keselamatan baik sekarang
maupun nanti kelak.
Mudah-mudahan Allah akan menerima semua amal bhakti kita sekalian
terutama warga kekeluargaan oleh Allah SWT, Yang Maha Adil dan Kuasa.
Kemungkinan apabila ditinjau dari sudut hakiki agama Isalam melalui Nabi
Besar Muhammad SAW, menghimbau kepada pengikut-pengikut Islam pada sa’at itu
yang mana diketahuinya banyak yang mengucapkan terima kasih kepada Allah hanya
dibibir saja sehingga tercetuslah firman Allah ini seperti tersurat pada ayat
13 Surat “ SABA” yang berbunyi sebagai berikut :
“Waqoliyluu Min Ibaadi Yasyakuur”
Artinya :
Hanya sedikit sekali hamba-hambaku yang pandai berterima kasih dan
besyukur.
Nah demikianlah yang diartikan dari ayat tersebut diats, oleh para
penterjemah Firman allah yaitu ahli-ahli kitab, rupanya tidak bias disangkal
lagi kebenaranya, karenanya banyak bukti ingat kepa da Allah hanya pada keadaan
/ waktu susah atau menderita saja, tetapi tidak jangan terjadi ia lupa bila
dalam keadaan bahagia, mengingat pada umumnya kepercayaan / keimanan sesorang
itu cukup hanya dengar dari bapak-bapak guru / ustadz-ustadz saja, tidak mau
mencari yang selain dari kata-kata gurunya, harus kita mengetahuinya sendiri,
itulah baru namanya iman disertau tahu, sehingga tidak akan terjadilalah
peringatan ini oleh Allah sesuai dengan ayat tersebut di atas dan kita boleh
saja mengatakan iman atau bersyukur kepada Allah tetapi kenyataan untuk anda/
kita yang beragama islam masiditegur, sedikit sekali yang tahu diri.
Saudar-saudara para jema’h majelis warga kekeluargaan mislimin dan
muslimat yang dimuliakan Allah, renungkanlah oleh anda baik-baik sebab sangat
buruk sekali apabila kita ataupun anda termasuk / tergolong orang-orang yang
beragama islam tetpi tidak tahu berterima kasih kepada Allah SWT. Cobalah
periksa oleh anda dimana letaknya yang kita tidak mengenal dan tahu dari itu
dan ingatlah baik-baik oleh anda dan sesungguhnya Allah melengkapi perwujudan
manusia dengan sempurna serta karunianya akal dan pikiran yang tidak
terpisahkan oleh diri sendiri, tentunya anugerah itu hendaknya dipergunakan
sesuai dengan funsinya masing-masing.
Dan mudah-mudahan saja apabila anda telah memahaminya nantinya tidak
lagi tergolong orang-orang yang banyak tetapi tidak berterima kasih dan tahu
diri.
Oleh:
ME HASAN ROHILI
BACK NEXT
AMIN...!!!!
BalasHapus