KANG SOLEH NAIK BECAK MENUJU SORGA
Pada hari penghisaban
(penghitunngan atas amal perbuatan manusia) sedang mengantre empat orang
manusia dengan berlainan profesi sewaktu masih hidup di dunia.
Ketika itu yang mengantri paling depan adalah Kyai Alim.
Ketika itu yang mengantri paling depan adalah Kyai Alim.
Maka berkatalah Malaikat penghitung
kepadanya:
“ He fulan, melihat kitab catatan
amalmu kamu harus masuk neraka !” demikian Malaikat berkata sambil membentak.
“ Perkenalkan, nama saya Alim, selama
hidup saya adalah seorang kyai yang wara’, zuhud dan ‘alim serta selalu
mengamalkan dan mengajarkan ilmu saya kepada banyak sekali murid di pesantren
saya, seumur hidup saya selalu membaktikan diri saya untuk agama dan umat,
kenapa saya mesti masuk neraka ?“ Kyai Alim berupaya memprotes.
“ Iya betul, tetapi dalam setiap
amaliyahmu selalu terselip perasaan ujub, kau selalu merasa paling alim, paling
wara’, paling zuhud, paling khusyuk, maka kau tak pantas masuk syurga, karena
sifat ujub adalah bagian dari kesombongan, tempatmu adalah neraka, maka
pergilah kau kesana!”, Malaikat membentak, lalu melemparkannya ke neraka.
Pengantri yang kedua adalah Lurah
Somad, yang kemudian dipanggil pula untuk menghadap.
“ He fulan, melihat kitab catatan amalmu kamu harus masuk neraka !” Malaikat berkata kepada Lurah Somad.
“ He fulan, melihat kitab catatan amalmu kamu harus masuk neraka !” Malaikat berkata kepada Lurah Somad.
“Lho kok bisa begitu Malaikat ? “
protes Lurah Somad.
“Padahal selama hidup saya tidak
pernah maksiyat kepada Allah, saya selalu menjalankan perintah agama dengan
sungguh-sungguh, dan juga sewaktu menjadi Kepala Desa saya selalu bersikap
adil, jujur, amanah, mengayomi seluruh rakyat saya, mensejahterakan kehidupan
mereka serta menjadikan desa saya adil, makmur dan sejahtera”, jelas Lurah
Somad membela diri.
“Benar Lurah Somad, tetapi perlu kau
ketahui bahwa dibalik sikap adilmu dan pengayomanmu kepada rakyatmu karena
engkau kepingin terkenal, kepingin masyhur, dan kepingin dipuja-puja oleh
rakyatmu, agar melanggengkan kekuasaanmu, sifat seperti ini adalah bagian dari
kesombongan, dan kau harus masuk neraka !”, dengan bengis Malaikat berkata,
kemudian menyeretnya menuju neraka.
Berikutnya yang datang menghadap adalah Haji Badri.
“He fulan, melihat kitab catatan
amalmu kamu harus masuk neraka !” bentak Malaikat kepada Haji Badri.
“Mohon maaf Malaikat yang terhormat,
mengapa saya harus masuk neraka, dahulu sewaktu masih hidup didunia, saya
seorang yang dermawan, hampir seluruh harta saya belanjakan di jalan Allah,
untuk berzakat, infaq dan sedekah, pendeknya setiap orang yang membutuhkan
uluran tangan saya selalu saya bantu, hutang piutang mereka saya lunaskan,
kesulitan mereka saya mudahkan”, Haji Badri mencoba menerangkan.
“ Ketahuilah wahai Haji Badri, semua kedermawananmu itu sia-sia belaka, karena kau menyembunyikan perasaan riya’, pamer dan mengharapkan pujian dari manusia lain, dengan demikian kau telah berbuat kesombongan, maka dari itu tempatmu adalah neraka !”, sambil berkata demikian Malaikat membuang Haji Badri kedalam neraka.
Kemudian datanglah kang Soleh dengan
mengendarai becaknya mengantri dihadapan Malaikat.
“ He fulan, melihat kitab catatan
amalmu kamu pantas masuk syurga !” Malaikat berkata dengan lembut kepada kang
Soleh.
“ Karena dibalik kemiskinannmu kamu
tidak berputus asa dari rahmat Allah, kamu selalu bersyukur dan tidak pernah
mengeluh, serta semua ibadah yang kamu lakukan dilandasi rasa ikhlas
semata-mata kepada Allah, maka dari itu Allah mengganjarmu dengan syurga-Nya “,
Malaikat melanjutkan penjelasannya.
“ Terima kasih wahai Malaikat, tetapi saya tidak mau masuk syurga kalau Kyai Alim juga tidak masuk syurga !”, kata kang Sholeh.
“ Terima kasih wahai Malaikat, tetapi saya tidak mau masuk syurga kalau Kyai Alim juga tidak masuk syurga !”, kata kang Sholeh.
“ Lho kenapa ?”, tanya Malaikat.
“ Sebab, saya bisa tahu cara
beribadah, saya belajar teori keikhlasan adalah karena saya berguru dan mengaji
kepada Kyai Alim, maka saya tidak mau masuk syurga jika guru saya Kyai Alim
tidak dimasukkkan ke syurga !”, harap kang Sholeh.
“ Baik, baik, atas kemurahanmu, Kyai
Alim boleh masuk syurga bersamamu “, kata Malaikat.
“ Iya tetapi saya tetap tidak mau masuk syurga, jika Lurah Somad tidak masuk syurga “, kang Sholeh menyanggah lagi.
“ Iya tetapi saya tetap tidak mau masuk syurga, jika Lurah Somad tidak masuk syurga “, kang Sholeh menyanggah lagi.
“ Lho ada apa ini ?”, heran Malaikat.
“ Karena berkat keadilan Lurah Somad
serta perlindungannya kepada kaum miskin seperti saya, maka saya merasa hidup
tentram dan nyaman di desa itu, maka saya mohon agar Lurah Somad bisa masuk
syurga bersama saya “, kang Soleh memohon.
“ Boleh, boleh, berkat kemurahanmu
pula, Lurah Somad bisa masuk syurga bersamamu “, kata Malaikat.
“ Malaikat boleh tidak aku minta satu
permintaan lagi ?”, tanya kang Soleh.
“ Apa permintaanmu selanjutnya ?”,
balik tanya Malaikat.
“ Aku minta Haji Badri, dimasukkan
syurga pula bersamaku ,” jawab kang Soleh.
“ Apa alasan yang kamu ajukan, mengajak
Haji Badri ke syurga bersamamu ?”, kembali Malaikat bertanya.
“ Karena Haji Badri sering kali
membantuku jika aku kesulitan, dan harap diketahui wahai Malaikat, bahwa becak
yang merupakan saranaku mencari rejeki dengan halal di jalan Allah ini merupakan
pemberian dari Haji Badri, demikian harap kiranya Haji Badri dimasukkan syurga
bersama saya ,” harap kang Soleh.
“ Baik, baik, sebab kemurahanmu
kalian berempat boleh masuk syurga bersama-sama “, demikian Malaikat menutup
persidangan empat orang tersebut.
Lalu mereka berempatpun bersama-sama
naik syurga dengan membonceng becak kang Soleh, yang kecepatannya melebihi
kecepatan cahaya.
Wallaahu A’lam Bishowab.
karya Rudi Setiawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar