MENJAGA DIRI DARI KEKASARAN KALBU
Karena Dia telah memberitahukan bahwa Dia akan
menghukum orang yang dikeluarkan dari perlindungan (wilayah)-Nya dengan cara
menutup kalbu orang tersebut dari Diri-Nya di dunia, dan akan menutup penglihatan
orang itu untuk dapat melihat Keagungan-Nya di akhirat. Maka, Dia Yang Maha
Suci lagi Maha Tinggi berfirman:
“Sekali-kali tidak (demikian), sesungguhnya apa
yang selalu mereka lakukan telah membuat hati mereka kelam (tertutupi dari nur
Allah). Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari ini benar-benar
terhalang dari (melihat) Tuhan,” (Q.s. al-Muthaffifin: 14-15); yang satu
mengikuti lainnya, hijab yang bermakna ganda disebut bersamaan dalam ayat hijab
(tertutupnya) kalbu di dunia, dan tertutupnya penglihatannya dari memandang
Allah di akhirat.
Dan ketika suatu bisikan dari setan terbersit
dalam dirinya untuk membuatnya berhenti dari rasa takut (khauf) kepada Allah
Yang Maha Agung, hendaklah dia mewaspadai kedua sanksi di atas yang akan
menimpanya.
Dan jika setan terus berbisik dengan
mengatakan, “Sesungguhnya ayat di atas berkaitan dengan orang-orang kafir.”
Hendaklah dia menampiknya dengan mengatakan,
“Sekalipun Dia telah menurunkannya berkaitan dengan orang-orang kafir, maka
sesungguhnya Allah tidak memberi jaminan kepada sebagian besar kaum Mukminin
bahwa mereka terlepas dari kedua hal tersebut,” dan telah melihat bahwa salah
satunya telah menimpa sebagian besar kaum muslimin.
Allah Swt. telah memperingatkan kaum Mukminin,
kalau mereka berbuat maksiat, Dia akan menyiksa mereka sebagaimana Dia menyiksa
orang-orang kafir. Oleh karena itulah, Dia Swt. berfirman:
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang
dijanjikan kepada orang-orang kafir.” (Q.s. Ali Imran: 131), artinya: Aku akan
menyiksa kalian bersama mereka yang kafir.
Dan Allah sungguh menyebutkan tentang
orang-orang kafir pada ayat itu dengan kepastian (mereka berada dalam neraka),
kemudian Dia memberitahukan bahwa Dia bermaksud —dengan ayat tersebut— sebagai
ancaman (takhwif) bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia berfirman:
“Katakanlah, ‘Hanya Allah saja yang aku sembah,
dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) agamaku.’ Maka
sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia.
Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang
merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.’ Ingatlah, yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api
di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah,
Allah memberi ancaman kepada hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka, bertakwalah
kepada-Ku, wahai hamba-hamba-Ku,” (Q.s. az-Zumar: 14-16), maka Dia
memperingatkan mereka akan azab neraka, sebagaimana yang telah menjadi azab
bagi orang-orang kafir.
‘Aisyah (semoga Allah meridhainya) berkata:
Adalah Rasulullah Saw. ketika melihat al-muhkhilah (mendung menggumpal) tampak di langit, beliau gelisah dan keluar masuk rumah. Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tampak gelisah dan keluar-masuk rumah?” Beliau berkata, “Tidak ada yang bisa menjamin bahwa aku akan selamat dari azab sebagaimana yang Allah ‘azza wa-Jalla firmankan. ‘Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, kata mereka, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.’ Bukan, bahkan itulah azab yang engkau minta supaya datang dengan segera!” — yaitu angin yang mengandung azab yang pedih. (Q.s. al-Ahqaf: 24).’
Adalah Rasulullah Saw. ketika melihat al-muhkhilah (mendung menggumpal) tampak di langit, beliau gelisah dan keluar masuk rumah. Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tampak gelisah dan keluar-masuk rumah?” Beliau berkata, “Tidak ada yang bisa menjamin bahwa aku akan selamat dari azab sebagaimana yang Allah ‘azza wa-Jalla firmankan. ‘Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, kata mereka, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.’ Bukan, bahkan itulah azab yang engkau minta supaya datang dengan segera!” — yaitu angin yang mengandung azab yang pedih. (Q.s. al-Ahqaf: 24).’
Sayyidina Umar (semoga Allah meridhainya)
berkata, “Tidakkah kalian melihat bahwa aku berhenti menjalani hidup dalam
kemewahan?” Dan beliau juga pernah berkata kepada pelayannya, “Tuangkan bubur
tepung dan minyak sapi itu dengan air, karena sesungguhnya ia dapat
menetralisir panasnya minyak. Sesungguhnya aku telah mendengar Allah azza
wa-Jalla merubah suatu kaum, maka Dia berfirman, ‘Engkau telah menghabiskan
rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu saja’. (Q.s. al-Ahqaf: 20).”
Dengan alasan tersebut, beliau memperingatkan
orang yang terjerumus dalam syahwat akan mengalami azab yang menimpa
orang-orang kafir, dan orang-orang Mukmin belum tentu terjamin aman dari
ancaman itu.
Karenanya, suatu kewajiban bagi orang-orang
beriman agar takut bila (kelak) mereka akan disatukan dalam kehinaan dan azab
bersama orang-orang kafir.
Sufinews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar