MENGENAL JATI DIRI 2
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Fa aqimis sholata inna sholaata kaanat’alan mu’miniin kataaban
manguuta”
Artinya:
“Kerjakan sholat
sesungguhnya sholat itu suatu kuwajiban yang ditentukan kepada yang mengaku
agama islam”, maka karena itu sungguh wajiblah kiranya apabila kita benar
mengaku sebagai bangsa yang beragama Islam dan ingatlah oleh anda bahwa
sewaktu-waktu kita diberi peringatan atau cobaan, diri bisa menyatakan ganjaran
diri, yang ditumpahkan kepada pribadi kita tetapi pada umumnya hal ini
dinyatakan sebagai cobaan Allah.
Justru kita
sadari padahal sesungguhnya Allah menyiksa atau menghukumnya karena Allah maha Suci.
Karena itu sangatlah wajib kita saling mengintropeksi diri atau relius atau
melihat kedalam agar kita tidak sering menyalahkan Allah sakit susah tidak adil
Allah dan sebagainya apabila kita berfikir dengan hati yang bersih sesungguhnya
Allah tiada yang diharapkan dari hambanya, cobalah anda renungkan baik-baik
bahkan Allah dijadikan pelbak dipakai joget dipakai zikir dan dipakai tempat
meyalahkan dan permintaan.
Manusia yang
tidak sadar akan dirinya cobalah perhatikan pada dirinya yang pasti akan kita
temui dalam perjalanan masing-masing misalnya saja sewaktu berusaha sesuatu
lantas mengalami kegagalan kadang-kadang sampai ada mengakhiri dengan bunuh
diri bukan ataupun hal-hal lain anda dengan sendirinya timbul suatu pertanyaan
apakah dengan jalan bunuh diri persoalan selanjutnya dianggap selesai? Mungkin soal
kehadapan saya selesai itu hanyalah masalah lahiriah saya, tetapi yang sekarang
yang dihadapi oleh si Aku belum selesai mengapa demikian ! oleh karena pada
hakekatnya bunuh diri itu merupakan suatu perbuatan mengingkari kekuasaan Allah
Lillahi Rabbi dan tergolong orang yang sesat.
Oleh karena
perbuatan semacam ini sesungguhnya ialah didominir olah unsur raga atau saya
padahal unsur raga itu tetap binasa pula setelah terjadi perpisahan antara unsur
Aku dan unsur saya, tetapi harus diingat bahwa si Aku itu adalah abadi yang
harus menanggung resiko atau beban dari perbuatan kita dikala masih hidup, jadi
apabila demikian halnya yang jelas beban oleh unsur si Aku itu akan semakin
berat karena suatu pengingkaran diri dari kenyataan hidup ataupun kuasa hidup,
ataupun kekuasaan Allah. Sebenarnya adapun surga ataupun neraka itu milik Allah
semata justru terserah wewenang dan keridhoaanya.
Saudara para
jemaah Majelis Mudzakaroh Warga Kekeluargaan (MMWK) kaum muslimin dan muslimat,
para remaja penerus bangsa yang berbahagia yang selalu menjadi dambaan Negara hendaknya
berupaya untuk menjadi insane yang berfaedah bagi nusa dan bangsa kelak nanti
sesuai dengan kemampuan masing-masing dan tuntullah kesempurnaan berfikir dan
terkuatlah lahir dan bhatin dalam mengemban hidup dan kehidupan dialam semesta
ini gunakanlah pula pikiran yang baik dan saya ingin mengajak anda melalui blog
ini mari kita mengemban amanat Allah Subhanahu wata’ala dengan penuh pengertian
yang patut kita jadikan landasan dalam melaksanakan yaitu :
- 1. Iman dan taqwa kita jadikan dasarnya.
- 2. Berbuat amal dan kebijakan atau amal sholeh adalah dengan buktinya.
- 3. Tolong-menolong sesame insane sebagai siarnya.
- 4. Bersabar dan menerima atas dasar ketentuan Allah adalah sandaran
- 5. Berhubungan kepada diri sendiri bukti taqwa kepada Allah ta’ala.
Nah oleh
karena itu bagi kita yang mengaku yang beragama islam hukumnya wajib
melaksanakan agar dapat mempercayakan diri kita masing-masing dan apabila
tersebut diatas telah kita kerjakan dengan sepenuh hati dan baik Insyah Allah
akan memperolah bukti yang nyata serta pengertian yang lebih sempurna didalam
menjalankan tugas hidup, yang sehingga dapat mengalami benar sistimatik
petunjuk dari yang dikatakan Aku sebagai mana metode telah digariskan yaitu
petunjuk dari Allah diterima melalui di Aku tersebut dan oleh siAku diteruskan
kepada siSaya dan mengekspresikan petunjuk itu, menjadi satu rangsangan yang
perlu mendapat respond an alam merespon tersebut akan berbentuk suatu perbuatan
nyata.
Atau tindakan
yang mungkin saya dalam merespon petunjuk itu bisa terjadi pula tidak
dilaksanakan sebab ada kemungkinan petunjuk tersebut tidak sesuai dengan aspek saya atau lahiriah,
dan apabila factor lahiriyah yang lebih dominan akan menolaknya petunjuk
darisiAku atau yang disebut utusan tadi, jadi yang berarti ketidak sesuaian
dari si hawa nafsu.
Karena tidak
dapat dikembalikan jelasnya diumbar siSaya kemungkinan sekali ptunjuk yang dari
dalam itu dapat melangsungkan dilaksanakan karena sudah ada kesadaran dari hawa
nafsu itu sendiri yang berarti telah terkendali, nah inilah masalah yang sangat
penting bagi kita untuk diketahui agar didalam mengamalkan pelaksanaanya di
kerjakan oleh kita dapat diperhatikan terlebih dahulu demi keselamatan dunia
dan akhirat kelak.
Dan mari kita
sama-sama memperhatikan penjelasan selanjutnya hal yang berhubungan dengan
pengertian untuk dapat mengerjakan keikhlasan dalam melaksanakan kebajikan pada
sesamanya selama kita hidup di alam semesta ini sebab banyak contohnua dan
apabila mengalami suatu kegagalan bahwa itu merupakan guru yang sangat berharga
dalam upaya mencapai sukses ialah dengan kesadaran yang tinggi serta mau
menerima kenyataan hidup dengan melalui penyerahan diri nudah ke akhirat
Lillahi rabbi juga mau menoleh dan dan menerima atau memperhatikan kedalam diri,
sehingga untuk itu dapat ditekan semaksimal mungkin sudah dengan sendiri
tidaklah terlalu memberatkan siAkunya jadi adapun benar dan salahnya suatu
perbuatan itu, sebaiknya diserhakan saja kepada yang sangat berwenang yaitu
Allah subhanahu wata’ala.
Justru itu
kelak untuk melaksanakan suatu perbuatan ikhlas kita perlu mempelajari mekanis
diri kita sendiri, oleh karena itu pada sesungguhnya katifitas diri itu dalam bentuk lahiriah sebenarnya cukup
banyak hal yang mengandung pelajaran
yang sangat berguna ataupun baik bagi kehidupan kita walaupun mungkin
kelihatanya sangat sepele bahkan seolah-olah terlihat oleh kita tidak ada
manfaatnya, namun apabila secara jujur dan terbuka tidaklah akan pernah kita
membicarakan persoalan buang air besar (berak), sebab dihubungi dengan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari dan pula jika kita lihat dalam pengertian berak
itu, yang normalnya suatu ucapan yang menjijikan atau jorok kedengaranya. Tetapi
dibalik kejorokan yang menjijikan sesungguhnya terdapat mutiara ikhlas, dan
cobalah anda renungkan sejenak apa yang diuraikan diatas dan secara tegas
pernahkah anda berupaya untuk tidak buang air ataupun tidak mau berak mengingat
yang dimakan oleh anda adalah barang makanan yang kita makan itu mahal harganya
tetapi saja akan kita buang melalui buang air tersebut bahkan dengan lapang
dada malah anda mau melihat lagi dengan segala senang hati itulah yang terdapat
dalam penegrtian kata ikhlas dalam kehidupan kita, karena telah banyak contoh oaring
yang 2-3 tidak bisa buang airrasanya kebingungan maka adalah merupakan simpanan
penyakit dalam tubuh, oleh sebab itu walaupun suatu rejeki yang dapat dari
hasil kita sendiri maka perlu kita sedekahkan.
Pada yang
benar-benar menerimanya dengan sepenuh hati ke ikhlasan hati tak menharapkan
kembali, inilah contoh penegrtian tentang keikhlasan dalam berbuat kebajikan
kepada sesama
.
Dan selanjutnya
mari kita perhatikan hal-hal yang lain, yang bisa dijadikan keyakinan dari
masing-masing renungkanlah apakah yang sebenarnya akan dating nanti dari
harapan kita tersebut, adalah yang pasti ialah senang dan susah seperti sakit
dan bingung, putus asa dan gelisah atau demam hati, itulah suatu perbuatan
kebajikan yang dilandasi pamrih jadi yang jelas itu perbuatan yang mengharap
imbalan. Hendakna suatu perbuatan yang bersifat agama tentu disertai keikhlasan
karena tidak menharapkan imbalan apapun yang ia kerjakan, demi agama diserhakan
saja kepada Allah subhanahu wataala, andaikan demikian pula itikat baik kita
itu bisa rusak, oleh karena harapan akan banyak kemungkinan yang masih bisa
timbul dan jelaslah sudah barang tentu yang tadi kita anggap sepele belumlah
pasti mempunyai nilai dan arti yang sepele juga kemungkinan lain.
Saudara muslim
dan muslimat serta para generasi penerus terutama jemaah MMWK yang berbahagia
dengan sesuatu kesadaran yang tinggi dalam diri pribadi, malah kita akan lebih
menyadari bahwasanya kita ini merupakan ciptaan Allah yang segala sesuatunya
mengatur ketentuan itu, adalah Allah sendiri dan dengan demikian apa yang
dilakukan dengan pengertian yang berlandaskan dogma (bod) diadakan keberadaan
kita diatur dan ditentukan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan sebaiknya kita
berbuat jangan seenak perut sendiri ataupun sekehendak diri saja,…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar