Hikmah di Balik Musibah
Adanya gempa, dan
tsunami, bukanlah terjadi secara alami semata. Akan tetapi
itu semua tidak lepas dari kekuasaan Allah Swt. Jangan sampai diri kita menjadi
orang-orang sekuler, yang meniadakan peran Allah dalam setiap kejadian dimuka
bumi ini.
Allah Swt dalam surat Al Hadid ayat 22 menjelaskan “Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. “
Iman kepada taqdir merupakan bagian rukun iman. Terjadinya
gempa dan tsunami itu, ternyata sudah tertulis di kitab lauhul mahfudz. Bagi
orang yang beriman ketika beriman kepada perkara ini akan mendatangkan
ketenangan, keridhaan. Dengan begitu Allah Swt akan memberikan balasan atas
musibah yang ditimpanya dan bisa jadi Allah akan mengganti yang lebih baik dari
padanya. Tapi ada syaratnya selama mereka bersabar.
Allah Swt juga mengingatkan dalam surat At Thaghabun ayat 11
bahwa “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin
Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Ujian Keimanan
Ujian itu adalah suatu kepastian, dengannya akan diketahui
mana orang-orang yang shadiq dan yang kadzib. Allah Swt berfirman dalam surat
Al Baqarah ayat 155, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. “
Macam-macam ujian yang terdapat pada ayat di atas ternyata
menimpa kepada saudara-saudara kita di Palu dan Donggala. Mereka ditimpa rasa
takut dengan adanya gempa susulan, belum lagi adanya tsunami. Mereka kelaparan
kekurangan bahan makanan. Mereka kehilangan harta benda, rumah, dan kendaraan.
Mereka kehilangan saudara yang meninggal.
Rasulullah Saw memberikan sebuah motivasi, “Tidaklah seorang
muslim tertimpa keletihan, sakit, kebingungan, kesedihan hidup, atau bahkan
tertusuk duri, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya.” (HR. Muttafaq Alaih).
Dalam hadits yang lainnya Rasulullah Saw juga bersabda,
“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada
malaikat-Nya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?” Mereka berkata,
“Benar.” Allah berfirman, “Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka
menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku saat
itu?” Mereka berkata, “Ia memujimu dan mengucapkan istirja’ (innaa lilaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun).” Allah berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku di surga,
dan namai ia dengan nama baitul hamdi (rumah pujian).” (HR. Tirmidzi)
Bencana Sebagai Adzab
Bencana datang juga bisa karena kemurkaan Allah kepada
hamba-hambanya. Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk mengadakan
perjalanan, kemudian memikirkan akibat yang diterima bagi orang-orang yang
mendustakan Allah dan Rasul-Nya.
Allah Swt berfirman dalam surat an nahl ayat 36, “Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul). “
Kebaikan dan keburukan yang terjadi dimuka bumi ini tidak
lepas dari hukum kausalitas. Ada sebab dan akibatnya. Allah Swt berfirman dalam
surat al A’raf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.”
Dari ayat diatas syarat kalau penduduk suatu negeri itu
menjadi negeri yang berbarakah adalah iman dan taqwa. Tetapi sebaliknya Allah
akan menimpakan bencana kepada mereka disebabkan karena mereka mendustakan
Allah dan Rasul-Nya.
Bahkan datangnya musibah atau bencana itu tidak melihat
waktu, bisa malam atau siang. Maka sebagai hamba-hamba Allah sudah seharusnya
senantiasa waspada jangan sampai menantang Allah Swt.
Allah Swt memberikan peringatan dalam surat al A’raf ayat
97, “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan
Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?”
Allah Swt memberikan peringatan kembali dalam surat al A’raf
ayat 98, “Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka
sedang bermain?”
Kemudian Allah menegaskan kembali dalam surat al A’raf ayat
99, “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)?
Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”
Orang yang beriman, mereka senantiasa takut kepada Allah.
Dampak dari rasa takut ini akan senantiasa menjauhi kemaksiatan, karena akan
bisa mengundang adzab. Sebaliknya mereka akan senantiasa berbuat ketaatan
kepada Allah dan Rasulnya.
Musibah Sebagai Tadzkirah
Zaman now, teknologi luar biasa. Kejadian di Palu dan
Donggala langsung diakses ditempat yang lain. Padahal secara domisili jauh
disebrang lautan, beda kota, beda pulau. Rasa empati kita diketuk untuk peduli
kepada mereka. Apalagi sebagai seorang muslim itu ibarat seperti satu tubuh.
Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang membantu seorang
Muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia, maka Allah akan menolongnya dalam
kesusahan pada Hari Kiamat. Dan barang siapa yang meringankan (beban) seorang
Muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia
dan akhirat” (HR. Muslim)
Peristiwa yang terjadi di Palu dan Donggala ada sebuah
pelajaran yang besar bagi umat ini. Disana Allah Swt menunjukkan
kemahakuasaannya. Bagi umat ini hendaklah senantiasa melakukan intropeksi diri.
Jangan sampai bencana itu terulang kembali.
Saudara-saudara kita di Palu dan Donggala menanti uluran
tangan kita. Itu sebagai bukti keimanan kita. Ketika iman kita normal, tentu
akan menggerakkan diri ini untuk membantu mereka. Laksana tubuh kita yang
normal, ketika ada satu anggota tubuh yang sakit maka anggota yang lainnya akan
segera mengobatinya.
Batas minimal rasa empati kita adalah mendoakan mereka.
Mudah-mudahan Allah segera menghilangkan bencana ini. Doa seorang muslim untuk
saudaranya, tanpa sepengetahuannya,adalah mustajab (pasti dikabulkan).
Rasulullah Saw bersabda, “Doa seorang muslim untuk
saudaranya (muslim lainnya) yang tidak berada di hadapannya akan dikabulkan
oleh Allah. Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang
malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap kali orang muslim itu mendoakan
kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya berkata, “Amin
(semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang serupa.” (HR. Muslim)
Ditulis : Anwar Ihsanuddin S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar