Jaga Hatimu Dari Kemunafikan
Kata-kata
orang yang tamak tidak pernah sepi dari buar-buar dan busa-busa penuh rekayasa,
sama sekali tidak memiliki pijakan kebenaran. Kata-katanya hanya formalitas
kulit, bukan isi, hanya wacana rupa tanpa makna. Orang yang tamak itu kosong,
seperti pada kata Tho-ma-’a, (dalam huruf Arab, tha’ mim ‘ain, pent) semua
hurufnya kosong.
Wahai
hamba Allah Azza wa-Jalla, bersikap bernarlah kalian, maka kalian akan menjadi
baik. Orang yang benar hasratnya tinggi di langit, sama sekali tidak sedih dari
ucapan penentangnya. Allah Azza wa-Jalla yang mengurus semua urusannya. Bila
Allah Azza wa-Jalla menghendakimu untuk suatu urusan, maka Dia menyiapkan
urusan itu bagiNya
Suatu
ucapan yang penuh dengan su’ul adab, jika muncul, inilah jawabannya, “Lurusnya
perilakumu membuatku bicara padamu, sedangkan kedustaanmu membuatku
bungkam bicara padamu. Sebesar apa anda menjual, sebesar itu aku beli!”.
Anak-anak
sekalian… Bila anda punya buahnya ilmu pasti anda tidak akan mendatangi
pintu-pintu penguasa untuk meraih kesenangan dirimu dan nafsumu. Orang berilmu
itu tidak melangkahkan kedua kakinya ke pintu makhluk, dan orang zahid, sama
sekali tidak patuh dan tidak menginginkan harta manusia. Sedangkan pecinta
Allah Azza wa-Jalla kedua matanya tidak memandang selain Allah azza wa-Jalla.
Sang pecinta yang benar dalam mahabbahnya, bila bertemu semua makhluk sama
sekali tidak ada manis-manisnya memandang mereka, karena ia tidak ingin
memandang kecuali pada Kekasihnya. Kedua matanya tidak membesarkan dunia,
begitu pula kedua matahatinya tidak membesarkan akhirat, bahkan di kedua mata
rahasia hatinya tidak memandang kecuali kepada Sang Tuan Azza wa-Jalla.
Sedangkan
kalian, tak ada apa-apanya. Kebanyakan kalian ini malah mengikuti setiap
kecakapan bicara, sedangkan kebanyakan orang yang cakap bicaranya muncul dari
mulutnya bukan dari hatinya. Kecakapan bicara orang munafik dari mulut dan
kepalanya, sedangkan kecakapan bicara orang yang benar muncul dari hatinya dan
rahasia hatinya. Hatinya ada di pintu Tuhannya, sedangkan rahasia hatinya masuk
di dalamnya. Terus menerus mengetuk pintu hingga masuk di dalamnya.
Tapi anda
sungguh pendusta, demi Allah dalam berbagai segi dan seluruh perilaku anda,
tidak mengenal Pintu Allah azza wa-Jalla. Bagaimana anda menuju ke pintu itu
sedangkan anda buta? Bagaimana anda bisa menuntun orang lain? Hawa nafsumu
telah membutakan matamu, watak dan jejakmu hanya untuk nafsumu, cintamu untuk
duniamu dan kedudukanmu serta syahwatmu.
Kemarilah
kepadaku semampang kemaksiatan masih di wilayah lahiriyahmu, belumn merasuk ke
hatimu, yang bias menyebabkan anda terus menerus berdosa, lalu berkembang
menjadi kekufuran.
Siapa
yangkepatuhannya poada Allah Azza wa-Jalla benar-benar terwujud dan ubudiyahnya
semata untukNya, ia benar-benar akan diberi kemampuan mendengarkan KalamNya.
Mengingatkan atas penyebutan tujuh puluh kaumnya Nabi Musa as, yang dipilih
untuk mendengarkan kalamNya, ketika itu dijelaskan, “Maka Allah – Azza wa-Jalla
– berbicara kepada mereka, lalu mereka menjerit pingsan semuanya,
tinggallah Musa as, sendiri, dan ketika Allah menyadarkan mereka semua, mereka
mengatakan, “Kami tidak mampu untuk mendengarkan Kalam Allah azza wa-Jalla,
maka jadilah wahai Musa, engkau sebagai mediator antara diri kami dengan Dia.”
Lalu
Allah Azza wa-Jalla berbicara kepada Musa as, dan Nabi Musa as,
memperdengarkan kepada mereka, mengulanginya. Bahwa hanya Musa as, yang mampu
mendengarkan KalamNya, semata karena kekuatan imannya, perwujudan taatnya dan
ubudiyahnya. Sementara mereka tidak mampu mendengarkan langsung KalamNya karena
lemahnya iman mereka. Seandainya mereka menerima apa yang ada di kitab Taurat
dan mematuhiNya dalam perintah dan larangan, serta mereka beradab tidak congkak
dalam ucapan mereka, pastilah mereka mampu mendegarkan KalamNya Azza
wa-Jalla.
Aku akan
melawan setiap pendusta yang munafik Dajjal, aku akan kalahkan setiap orang
yang maksiat Azza wa-Jalla, dan pemukanya adalah Iblis, dan paling kecil
adalah si fasik. Aku akan memerangi setiap orang yang sesat yang menyesatkan
yang mengajak pada kebatilan, yang meminta pertolongan melalui kebatilan tanpa
Laa Haula wa-Laa Qiwwata illa Billahil ‘Aliyyil Adzim.
Kemunafikan
telah tertanam di hatimu, yang sangat butuh pada Islam dan taubat serta
memutuskan riya’. Bila apa yang ada di dalam ini dari Allah Azza
wa-Jalla, maka akan menjadi besar, menjadi banyak dan menjadi agung, ia
kokoh atas kedua kakinya bergerak dan dengan dua sayapnya terbang, ia
masuk dalam peran mereka, mereka melihat dengan mata dan hati mereka.
Namun
jika dari nafsu dan hawa nafsuku, watak dan syetanku serta kebatilanku, maka
akan terlempar jauh, dan dalam waktu singkat akan sirna dan kecil, berbalik dan
terbelah-belah serta terpotong-potong. Karena Allah azza wa-Jalla tidak pernah
mendukung orang yang dusta, tidak akan menolong orang munafik, tidak akan
memberi pembangkang, dan tidak menambah nikmat orang yang tidak bersyukur.
Setiap
orang yang menegaskan dirinya dengan sesuatu dari kemunafikannya, ia tidak akan
mendatangkan apa pun, malah justru kemunafikannya terus membakar agamanya.
Wahai para penempuh, kalian semua bicara, tetapi kalian semua lari, tidak
melaksanakannnya. Namaku di seluruh penjuru negeri ini membisu. Aku
menyembunyikan dan membisu, mengasingkan diri, tetapi jika ada keperluan
mendesak aku akan keluar untuk kalian. Aku di tempat-tempat kumuh, keluarkan
aku dan dudukkan aku di kursi. Jangan dusta, karena bagimu tidak boleh ada dua
hati dalam satu hati. Tergantung apa yang memenuhi hatimu. Allah Azza wa-Jalla
berfirman:
“Allah
tidak menjadikan dua hati dalam satu lubang seseorang.” (al-Ahzaab: 4)
Tidak
benar jika ada cinta kepada Sang Khaliq sekaligus cinta kepada makhluk. Tidak
benar pula hatimu cinta pada dunia dan juga cinta pada akhirat. Namun jika hati
untuk Sang Khaliq dan wajah untuk makhluk, boleh saja. Kehadiran anda untuk
makhluk sebagai pantulan rahmat bagi mereka. Bolehlah bagi orang yang tidak
mengenal (bodoh) pada Allah Azza wa-Jalla riya’ dan munafik. Tetapi bagi orang
yang mengenalNya, mengerti, tidak boleh sama sekali riya’ dan munafik. Orang
yang tolol akan bermaksiat pada Allah azza wa-Jalla, sedangkan orang yang
berakal sehat akan patuh padaNya.
Orang
yang berambisi pada dunia selalu riya’ dan munafik, sedangkan yang membatasi
imajinasinya pada dunia tidak berbuat demikian. Orang beriman itu melaksanakan
kewajiban Allah azza wa-Jalla dan membangun rasa cintanya melalui ibadah
sunnah.
Allah
memiliki hamba-hamba yang terus melakukan ibadah sunnah, bahkan menilai ibadah
sunnah itu seperti fardhu, lalu mereka katakan, “Inilah ibadah fardhu kami
karena posisi kami dan aktivitas kami dengan ibadah sepanjang masa, sebagai
kewajiban bagi kami.” Mereka tidak mengategorikan yang sunnah itu sebagai
ibadah sunnah secara total. Para wali-wali Allah Azza wa-Jalla ada yang terus
menggugah kesadaran mereka, dan ada yang mengajari mereka yang disiapkan oleh
Azza wa-Jalla bagi mereka melalui berbagai instrument pendidikan.
Nabi Saw,
bersabda:“Bila seorang mukmin berada di puncak bukit, pasti Allah menentukan
seorang berpengetahuan untuk mengajarinya.”
Janganlah
anda meminjam kata-kata orang soleh dan anda berbiacara dengan kata-kata itu
lalu anda mengklaim sebagai kata-katamu. Orang yang meminjam tidak bisa
menyembunyikan dari pemiliknya. Maka tanamlah kapas dengan tanganmu, sirami
dengan tanganmu, olah dengan ketekunanmu, lalu pintal dan jadikan kain untuk
dijahit lalu pakailah untukmu.
Janganlah
anda ini menyenangi harta dan baju orang lain, begitu juga ketika
anda mengambil kata-kata dari orang lain lalu anda klaim sebagai kata-katamu,
anda akan dimurkai orang-orang soleh. Bila anda tidak bekerja jangan bicara.
Segala perkara itu berkaitan dengan aktivitas amaliyah. Allah Azza wa-Jalla
berfirman:
“Masuklah
kalian ke syurga melalui amal-amal yang anda lakukan.” (An-Nahl 32).
Seriuslah
kamu dalam meraih ma’rifat Allah Azza wa-Jalla, karena ma’rifatNya itu
tersembunyi bersamaNya, tegak dengan KuasaNya dan TakdirNya serta IlmuNya.
Ma’rifat itu perwujudan fana’ total dalam tindakan dan ketentuanNya. Sedangkan
kalam anda, menunjukkan apa yang ada di hati anda. Ucapan itu penerjemah hati.
Jika hati bercampur aduk, kadang kalamnya benar dan kadang batil. Bila faktor-faktor
lain bersih dari hati, kalam akan benar. Bila bercampur dengan makhluk hati
berubah dan berbaur-baur lalu dusta.
Diantara
orang yang bicara ada orang yang bicara dari hatinya, ada pula yang bicara
dari rahasia hatinya, ada pula yang bicara dari nafsunya dan kesenangannya,
syetan dan kebiasaan wataknya.
Ya Allah
jadikanlah kami sebagai orang beriman dan janganlah Engkau jadikan kami sebagai
orang yang munafik. (bersambung)
Sufinews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar