Rabu, 17 Juli 2013

Jaga Hatimu Dari Kemunafikan

Kata-kata orang yang tamak tidak pernah sepi dari buar-buar dan busa-busa penuh rekayasa, sama sekali tidak memiliki pijakan kebenaran. Kata-katanya hanya formalitas kulit, bukan isi, hanya wacana rupa tanpa makna. Orang yang tamak itu kosong, seperti pada kata Tho-ma-’a, (dalam huruf Arab, tha’ mim ‘ain, pent) semua hurufnya kosong.

Wahai hamba Allah Azza wa-Jalla, bersikap bernarlah kalian, maka kalian akan menjadi baik. Orang yang benar hasratnya tinggi di langit, sama sekali tidak sedih dari ucapan penentangnya. Allah Azza wa-Jalla yang mengurus semua urusannya. Bila Allah Azza wa-Jalla menghendakimu untuk suatu urusan, maka Dia menyiapkan urusan itu bagiNya 

Suatu ucapan yang penuh dengan su’ul adab, jika muncul, inilah jawabannya, “Lurusnya perilakumu  membuatku bicara padamu, sedangkan kedustaanmu membuatku bungkam bicara padamu. Sebesar apa anda menjual, sebesar itu aku beli!”.

Anak-anak sekalian… Bila anda punya buahnya ilmu pasti anda tidak akan mendatangi pintu-pintu penguasa untuk meraih kesenangan dirimu dan nafsumu. Orang berilmu itu tidak melangkahkan kedua kakinya ke pintu makhluk, dan orang zahid, sama sekali tidak patuh dan tidak menginginkan harta manusia. Sedangkan pecinta Allah Azza wa-Jalla kedua matanya tidak memandang selain Allah azza wa-Jalla. Sang pecinta yang benar dalam mahabbahnya, bila bertemu semua makhluk sama sekali tidak ada manis-manisnya memandang mereka, karena ia tidak ingin memandang kecuali pada Kekasihnya. Kedua matanya tidak membesarkan dunia, begitu pula kedua matahatinya tidak membesarkan akhirat, bahkan di kedua mata rahasia hatinya tidak memandang kecuali kepada Sang Tuan Azza wa-Jalla.

Sedangkan kalian, tak ada apa-apanya.  Kebanyakan kalian ini malah mengikuti setiap kecakapan bicara, sedangkan kebanyakan orang yang cakap bicaranya muncul dari mulutnya bukan dari hatinya. Kecakapan bicara orang munafik dari mulut dan kepalanya, sedangkan kecakapan bicara orang yang benar muncul dari hatinya dan rahasia hatinya. Hatinya ada di pintu Tuhannya, sedangkan rahasia hatinya masuk di dalamnya. Terus menerus mengetuk pintu hingga masuk di dalamnya.

Tapi anda sungguh pendusta, demi Allah dalam berbagai segi dan seluruh perilaku anda, tidak mengenal Pintu Allah azza wa-Jalla. Bagaimana anda menuju ke pintu itu sedangkan anda buta? Bagaimana anda bisa menuntun orang lain? Hawa nafsumu telah membutakan matamu, watak dan jejakmu hanya untuk nafsumu, cintamu untuk duniamu dan kedudukanmu serta syahwatmu.

Kemarilah kepadaku semampang kemaksiatan masih di wilayah lahiriyahmu, belumn merasuk ke hatimu, yang bias menyebabkan anda terus menerus berdosa, lalu berkembang menjadi kekufuran.

Siapa yangkepatuhannya poada Allah Azza wa-Jalla benar-benar terwujud dan ubudiyahnya semata untukNya, ia benar-benar akan diberi kemampuan mendengarkan KalamNya. Mengingatkan atas penyebutan tujuh puluh kaumnya Nabi Musa as, yang dipilih untuk mendengarkan kalamNya, ketika itu dijelaskan, “Maka Allah – Azza wa-Jalla – berbicara kepada mereka, lalu mereka menjerit  pingsan semuanya, tinggallah Musa as, sendiri, dan ketika Allah menyadarkan mereka semua, mereka mengatakan, “Kami tidak mampu untuk mendengarkan Kalam Allah azza wa-Jalla, maka jadilah wahai Musa, engkau sebagai mediator antara diri kami dengan Dia.”

Lalu Allah Azza wa-Jalla berbicara kepada Musa as,  dan Nabi Musa as, memperdengarkan kepada mereka, mengulanginya. Bahwa hanya Musa as, yang mampu mendengarkan KalamNya, semata karena kekuatan imannya, perwujudan taatnya dan ubudiyahnya. Sementara mereka tidak mampu mendengarkan langsung KalamNya karena lemahnya iman mereka. Seandainya mereka menerima apa yang ada di kitab Taurat dan mematuhiNya dalam perintah dan larangan, serta mereka beradab tidak congkak dalam ucapan mereka,  pastilah mereka mampu mendegarkan KalamNya Azza wa-Jalla.

Aku akan melawan setiap pendusta yang munafik Dajjal, aku akan kalahkan setiap orang yang maksiat Azza wa-Jalla,  dan pemukanya adalah Iblis, dan paling kecil adalah si fasik. Aku akan memerangi setiap orang yang sesat yang menyesatkan yang mengajak pada kebatilan, yang meminta pertolongan melalui kebatilan tanpa Laa Haula wa-Laa Qiwwata illa Billahil ‘Aliyyil Adzim.
Kemunafikan telah tertanam di hatimu, yang sangat butuh pada Islam dan taubat serta memutuskan riya’.  Bila apa yang ada di dalam ini dari Allah Azza wa-Jalla, maka akan menjadi besar, menjadi banyak dan menjadi agung,  ia kokoh  atas kedua kakinya bergerak dan dengan dua sayapnya terbang, ia masuk  dalam peran mereka, mereka melihat dengan mata dan hati mereka.

Namun jika dari nafsu dan hawa nafsuku, watak dan syetanku serta kebatilanku, maka akan terlempar jauh, dan dalam waktu singkat akan sirna dan kecil, berbalik dan terbelah-belah serta terpotong-potong. Karena Allah azza wa-Jalla tidak pernah mendukung orang yang dusta, tidak akan menolong orang munafik, tidak akan memberi pembangkang, dan tidak menambah nikmat orang yang tidak bersyukur.

Setiap orang yang menegaskan dirinya dengan sesuatu dari kemunafikannya, ia tidak akan mendatangkan apa pun, malah justru kemunafikannya terus membakar agamanya. Wahai para penempuh, kalian semua bicara, tetapi kalian semua lari, tidak melaksanakannnya. Namaku di seluruh penjuru negeri ini membisu. Aku menyembunyikan  dan membisu, mengasingkan diri, tetapi jika ada keperluan mendesak aku akan keluar untuk kalian. Aku di tempat-tempat kumuh, keluarkan aku dan dudukkan aku di kursi. Jangan dusta, karena bagimu tidak boleh ada dua hati dalam satu hati. Tergantung apa yang memenuhi hatimu. Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Allah tidak menjadikan dua hati dalam satu lubang seseorang.” (al-Ahzaab: 4)
Tidak benar jika ada cinta kepada Sang Khaliq sekaligus cinta kepada makhluk. Tidak benar pula hatimu cinta pada dunia dan juga cinta pada akhirat. Namun jika hati untuk Sang Khaliq dan wajah untuk makhluk, boleh saja. Kehadiran anda untuk makhluk sebagai pantulan rahmat bagi mereka. Bolehlah bagi orang yang tidak mengenal (bodoh) pada Allah Azza wa-Jalla riya’ dan munafik. Tetapi bagi orang yang mengenalNya, mengerti, tidak boleh sama sekali riya’ dan munafik. Orang yang tolol akan bermaksiat pada Allah azza wa-Jalla, sedangkan orang yang berakal sehat akan patuh padaNya.

Orang yang berambisi pada dunia selalu riya’ dan munafik, sedangkan yang membatasi imajinasinya pada dunia tidak berbuat demikian. Orang beriman itu melaksanakan kewajiban Allah azza wa-Jalla dan membangun rasa cintanya melalui ibadah sunnah.

Allah memiliki hamba-hamba yang terus melakukan ibadah sunnah, bahkan menilai ibadah sunnah itu seperti fardhu, lalu mereka katakan, “Inilah ibadah fardhu kami karena posisi kami dan aktivitas kami dengan ibadah sepanjang masa, sebagai kewajiban bagi kami.” Mereka tidak mengategorikan yang sunnah itu sebagai ibadah sunnah secara total. Para wali-wali Allah Azza wa-Jalla ada yang terus menggugah kesadaran mereka, dan ada yang mengajari mereka yang disiapkan oleh Azza wa-Jalla bagi mereka melalui berbagai instrument pendidikan.

Nabi Saw, bersabda:“Bila seorang mukmin berada di puncak bukit, pasti Allah menentukan seorang berpengetahuan untuk mengajarinya.”

Janganlah anda meminjam kata-kata orang soleh dan anda berbiacara dengan kata-kata itu lalu anda mengklaim sebagai kata-katamu. Orang yang meminjam tidak bisa menyembunyikan dari pemiliknya. Maka tanamlah kapas dengan tanganmu, sirami dengan tanganmu, olah dengan ketekunanmu, lalu pintal dan jadikan kain untuk dijahit lalu pakailah untukmu.

Janganlah anda ini menyenangi  harta  dan baju orang lain, begitu juga ketika anda mengambil kata-kata dari orang lain lalu anda klaim sebagai kata-katamu, anda akan dimurkai orang-orang soleh. Bila anda tidak bekerja jangan bicara. Segala perkara itu berkaitan dengan aktivitas amaliyah. Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Masuklah kalian ke syurga melalui amal-amal yang anda lakukan.” (An-Nahl 32).

Seriuslah kamu dalam meraih ma’rifat Allah Azza wa-Jalla, karena ma’rifatNya itu tersembunyi bersamaNya, tegak dengan KuasaNya dan TakdirNya serta IlmuNya. Ma’rifat itu perwujudan fana’ total dalam tindakan dan ketentuanNya. Sedangkan kalam anda, menunjukkan apa yang ada di hati anda. Ucapan itu penerjemah hati. Jika hati bercampur aduk, kadang kalamnya benar dan kadang batil. Bila faktor-faktor lain bersih dari hati, kalam akan benar. Bila bercampur dengan makhluk hati berubah dan berbaur-baur lalu dusta.

Diantara orang yang bicara ada orang yang bicara dari hatinya, ada pula yang bicara dari rahasia hatinya, ada pula yang bicara dari nafsunya dan kesenangannya, syetan dan kebiasaan wataknya.
Ya Allah jadikanlah kami sebagai orang beriman dan janganlah Engkau jadikan kami sebagai orang yang munafik. (bersambung)

Sufinews


Tidak ada komentar:

Posting Komentar