Minggu, 09 Oktober 2011


MEMPERTEBAL IMAN ISLAM

Demi mempertebal Iman Islam kita maka hendaklah perhatikanlah benar-benar petunjuk Al Qur’an agar kita tidak tergolong orang-orang yang hanya menghafal / membacanya saja ataupun fasikh menyebutnya saja. Sebaiknya harus disertai ketaatan dan keyakinan yang membuktikannya sebagaimana yang diterangkan oleh firman Allah dibawah ini :

“Wa Athie’ Ulaha Wa Rosulullah Wala Nadzu’uu Fatasyallahuu Watadjhaba Ruhuum”

Bahasa Indonesianya :
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasullullah dan janganlah membantah karena nanti kamu menjadi penakut dan kurang keberanian atau Iman.

Demikianlah arti terkandung dari ayat suci tersebut diatas yang diterjemahkan oleh para ahli kitab, yang jelas dan telah cukup pengertiannya yang sangat mendasar tentu saja penerangan ini merupakan penekanan bagi penganut agama Islam. Apabila ayat tersebut hanya sekedar diyakinkan membacanya tetapi tidak pernah diamalkan, cobalah anda renungkan baik-baik ucapan dan perbuatan kenyataannya juga berbeda, sebab kebanyakan orang mengaku sudah beriman kepada Allah dan sudah mengaku pula sebagai kekasih / kesayangan Allah namun, masih saja mempunyai rasa takut kepada yang benar, maka sesungguhnya Manusia yang bertitik tolak dari pola berpikir diri sendiri, pertanda orang tersebut kurang atau tidak beriman kepada Allah, oleh karenanya senang dan susah itu pasti ada tidak bisa dielakan dan mengelak dan itu harus, Manusialah yang berhak menerimanya, maka diperlukan pengertian dalam Agama Islam, hal yang kedua harus diterima dengan penuh kesadaran yang sama-sama wajib kita terima, cobalah anda ingat-ingat pada para Nabi dahulu juga ada Nabi yang cukup berat penderitaannya di jaman dahulu tetapi ia tetap beriman dengan penuh kesabaran, yang berarti itulah tandanya orang yang taat dan patuh serta iman kepada Allah SWT, sesuai dengan pengakuannya sendiri sudah beriman dan bertaqwa kepada Yang Maha Kuasa. Itulah yang dapat memenuhi satu kata dengan perbuatan dan pasti lenyaplah dan hilang rasa kekuatiran, keluh kesah, kebimbangan dan keraguan anda itu.

Saudara-daudara para jama’ah majelis muzakaroh warga kekeluargaan, muslimin dan muslimat para penerus perjuangan bangsa yang budiman, agar supaya kita tidak was-was dan ragu-ragu mengikuti petunjuk-petunjuk ayat-ayat suci Al Qur’an, kembalikanlah problema anda kepada yang menjadikan asal dari anda, yaitu Allah Yang Maha Tahu. Dengan menyatakan sebulat hati bahwasanya aku Manusia tidak mempunyai daya upaya selain engkau ya … Allah, aku akan menerima semua apa-apa yang engkau bebankan kepadaku, mudah-mudahan anda akan langsung menerima hidayah dari Allah SWT. Allah telah berjanji kepada setiap hamba-hambanya yang bertawakal dan taat serta patuh kepada-Nya akan terpelihara baik di dunia maupun di akherat kelak, ingatlah oleh anda Allah tidak akan ingkar janji, perhatikanlah jangan sampai bertolak belakang dengan ayat suci tersebut diatas tanpa anda sadari.

Dalam usaha percaya kepada diri sendiri serta meningkatkan Iman Islam kita bersama, maka didalam kita mencari yang Hak (benar) yang didasarkan atas petunjuk-petunjuk ayat-ayat suci Al Qur’an dengan tujuan yang ada manfaatnya bagi diri sendiri juga bagi kepentingan Bangsa dan Negara maupun Agama dengan tekad untuk beribadah terhadap sesamanya yaitu Insan di muka bumi ini, seperti apa yang dijelaskan oleh firman Allah di bawah ini :

“Layata Maral Lamuna Illa Manadhie Lahur Rokhmani Waqola Sawaba”

Bahasa Indonesianya :
Tidaklah ada yang berani berbicara kecuali orang-orang yang telah diberi izin oleh Allah Yang Rokhman dengan mengatakan yang sebenar-benarnya. Dengan penjelasan tersebut diatas cukuplah sudah kita mengerti apa yang dimaksud oleh firman Allah itu. Jadi apabila kita ambil kesimpulan yang selama ini ataupun sejak adanya Al Qur’an ini, belum ada orang yang berani berkata/membicarakan hal-hal yang benar. Memang kita yakin kalau ada ayat-ayat tersebut diatas, apabila mereka belum pernah menerima secara langsung Hidayah dari Allah SWT, tak mungkin berani berkata yang benar, paling banter hanya berani menyorong orang terdahulu yang sesungguhnya dia tidak tahu pasti atas kebenarannya itu, justru itu cobalah anda mengerti dan memahami yang benar apa-apa yang telah ditunjuki oleh ayat suci Al Qur’an, janganlah hanya diasyik-asyikan saja bacaannya hingga dapat melupakan cara berpikir kita yang pada kahirnya setelah pandai membacanya, sudah cukup padahal itu adalah suatu bacaan saja.

Saudara-saudara para pembaca muslimin dan muslimat warga kekeluargaan yang tercinta, kalau ayat suci itu menerangkan kepada kita sekalian, bahwasanya kita mengerti sementara itu masih banyak orang-orang yang menyampaikan Agama Islam agak remang adanya, cobalah anda perhatikan baik-baik bagi orang yang mau berpikir untuk kemurnian Islam, agamanya masih sulit dipahaminya, kadang-kadang ia berkhayal dan kadang-kadang ia berakal, sehingga sukar mana yang dibenarjan Ajaran Agama Islam, mana yang dibathilkannya dan kini anda renungkan menurut keyakinan sendiri dan bagaimana caranya agar kita termasuk orang-orang yang berani berbicara dan menyatakan yang benar dan ketahuilah oleh anda bahwa Allah itu Maha Suci, Allah tidak boleh diumpamakan apapun juga, tetapi ada dan pula Allah Kuasa di dunia maupun akherat, serta Allah itu adalah Maha Pemberi Petunjuk yang dinyatakan Maha Bijaksana. Pahamilah ini yang betul, dengan keimanan yang mantap tanpa keraguan. Insya Allah anda akan berani berkata yang benar dalam urusan Agama Allah, yaitu Islam dan kerjakanlah yang baik-baik mohonlah kepadanya sesuatu melainkan petunjuk dan pimpinannya, sebab bumi dan langit beserta isinya yang ada ialah kepunyaanNya termasuk diri anda, maka janganlah merasa bingung, bimbang dan takut. Al Qur’an diturunkan untuk anda / orang yang bias berpikir dan membedakan yang baik dan yang buruk, telah dinyatakan dalam salah satu ayat : Dunia ini adalah milik Allah dan kemana saja menghadap disitu wajahKu / Wajah Allah. Cukup sudah dijadikan pegangan Iman kita dalam mengemban hidup sehari-hari. Perhatikanlah oleh anda sesungguhnya perwujudan Manusia itu baik itu bangsa Tionghoa atau bangsa Inggris,

“Laqod Kholaqnal Insana Fiiahsani Taqwiem Tsuma Rodadnahu Aspala Safilien Allaladzina Amanu Wa’amilus Sholihati Falahum Ajrun Choiru Mamnun”

Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya kami telah menciptakan Manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Begitualh arti dan makna dari ayat suci tersebut diatas yang diterangkan oleh para ahli kitab, cukup jelaslah sudah bahwasanya benar-benar Manusia yang ada di muka bumi ini tidak adan yang dibeda-bedakan bahan kejadiaanya, dari bahan yang sama, apakah mereka raja, presiden atau wali/ulama bahkan Nabi sekalipun, Allah jadikan hambanya semua dari bahan yang sama dan akan dikembalikan nanti dikemudian hari pada tempat yang sama juga.

Maka cobalah anda pengaku pengikut/pmeluk agama islam, perhatikanlah baik-baik ayat tersebut diatas, janganlah merasa diri sendiri berbeda dari lainnya dan semua yang bersifat makhluk atau alam adalah bahtu namanya,dan dihadapan Allah pun nantinya tiada ada sebutan: Wali, Ulama, Kyai ataukah Presiden. Apabila anda ingin menjadi orang.insan yang diridhoi Allah janganlah mudah meyalahkan orang lain atau mengkafirkan orang lain semua itu adalah Allah saja yang menentukan bukan anda, ingatlah bahwa Manusia kewajibannya hanya sekedar member ingat saja dan fahamilah isi Al Qur’an baik-baik, semua Manusia baik atau buruk perbuatannya itu, Allah lah yang mengetahuinya, kita semua diperintahkan oleh Allah sebanyak mungkin saling kasih mengasihi sesamanya, karena peraturan Allah yang diturunkan melalui Al Qur’an selain supaya kita memahami dan pula kita dianjurkan untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan, saling pengertian, saling membantu dan saling menasehati, tidak mengaku benar sendiri, maka dari sebab itulah perhatikanlah diri sendiri, walaupun kini perwujudan diri anda cantik, ganteng, gagah perkasa tetapi perwujudan ini nanti bias rusaj yang tadinya cantik bias jadi keriput/jelek, rambut yang tadinya hitam jadi putih, yang gagah jadi pikun, linglung dan akhirnya masuk kelobang kubur/lahat dan apakah yang akan anda bawa (?) tubuh yang cantikkah (?) yang gatengkah (?) atau kekayaan yang anda peroleh itu dengan tidak mengenal lelah, cape dan panas serta hujan, juga apakah rizki yang anda peroleh itu halal atau haram tidak anda perdulikan yang penting puas. Nah inilah kiranya yang harys anda teliti sejak sekarang bukannya nanti sesudah di lobang kubur.

Justru itu pandai-pandailah anda membawa diri dan syukurilah semua nikmat yang Allah berikan, surge dan neraka milik Allah, bukan anda yang menentukan. Mudah-mudahan setelah anda membaca penjelasan ini tergugahlah hati anda dan dapat memenuhi amanat Allah Yang Serba Kuasa.

Telah banyak kita memperhatikan ayat-ayat suci Al Qur’an yang dapat dipetik untuk dijadikan pegangan di dalam mengamalkan ajaran Islam sehari-hari dan setingkat demi setingkat akan mempertinggi keyakinan diri sendiri untuk meningkatkan Iman Islam serta taqwa kita kepada Allah SWT, yang sebagaimana telah diterangkan oleh firman Allah seperti dibawah ini :

“Qullu Syai’in Khaliq Unilla Wadzhahu”

Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia ini akan binasa kecuali Allah.

Demikianlah makna atau arti dari ayat tersebut diatas, yang oleh para ahli kitab diterangkan kepada kita sekalian yang dapat dijadikan renungan dalam mengemban bahan hidup dan bahan berpikir yang lebih sempurna untuk tidak keliru usaha kita mengetrapkan Iman Islam demi pengabdian terhadap sesame hidup di Alam semesta ini.

Dan dasar petunjuk ayat tersebut diatas hendanya kita sadari bahwa tiada ada tempat untuk bergantungan dan meminta tolong kelak dikemudian hari kecuali hanya kepada Allah semata-mata. Apabila seluruh Alam semesta ini hancur / binasa tak ada lagi tempat untuk dijadikan perlindungan, maka oleh karena itu sangat penting sekali kita pagi-pagi sudah berusaha untuk mengenal kepada yang Abadi yaitu Allah Rabbul’alamin.

Saudara-saudara warga kekeluargaan kaum muslimin dan muslimat para pembaca yang budiman, yang berarti benar-benar kita telah memahami maknanya yang dimaksud oleh ayat di atas, tidak lain agar kita kembali supaya percaya diri sendiri dan apabila demikian benar-benar Al Qur’an adalah sebagai petunjuk yang berlaku sepanjang zaman (Kekal) bukan hanya sekedar di hafal dan di baca saja, tetapi perlu dihayati sekaligus di amalkan agar kita akan lebih dapat memahami dan mengerti, sebab kita semua Manusia yang ada di muka bumi ini tidak akan lepas bersumber dariNya, justru yang sangat wajib kita Agungkan dan kita sembah karena Ia adalah tempat dan wadah dari semua permohonan makhluk-makhluk yang ada di Alam dunia ini. Oleh karena itu semua terserah pada anda sendiri juga tergantung pada cara-cara/pola berpikir anda sebab telah di hukumkan oleh ajarab Islam, percaya tanpa disertai mengerti artinya adalah percaya membuta, justru hendaklah beramal harus dengan ilmunya, barulah amalnya akan sempurna.

Bagi orang-orang yang beriman hendaknya disertai tahu, barulah Iman seseorang itu sempurna. Cukuplah kiranya penjelasan ayat tersebut yang insya Allah apabila anda / kita semua mau mengerti tentang petunjuk-petunjuk ayat itu yang tak boleh kita bantah lagi pasti akan tercapailah apa yang menjadi tujuan dan cita-cita bahagia di dunia dan di akherat. Dengan memperhatikan penjelasan-penjelasan dimuka, maka telah kini kita ketahui bahwa didalam Ala mini tiada yang Kekal kecuali hanya Allah dan untuk selanjutnya mari sama-sama kita perhatikan keterangan-keterangan yang dapat mempertebal Keimanan kita bersama-sama dengan memperhatikan ayat dibawah ini Surat Al-Baqaroh ayat 141 :

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Tilka Ummatun Qodkholat Laha Makasabat Walakum Makasabtum Wala Tus’ Aluna’ Amma Kanu Ya’ Malun”

Bahasa Indonesianya :
Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.

Nah semakin jelaslah dan gamblang penerangan-penerangan ini yang diartikan dari firman Allah tersebut diatas yang membawa kita akan lebih mengerti lagi tentang status dan fungsi Manusia yang masih hidup.

Disini kita yakin bahwa apa-apa yang diusahakan orang-orang terdahulu, amal dan ibadahnya semata-mata untuk mereka, bukan untuk kita mengapa demikian (?) karenanya setiap insane yang diutus kebumi akan di mintakan pertangung jawabannya masing-masing apa-apa yang telah mereka kerjakan selama hidupnya itu. Ayat tersebut menambah kekeuatan Iman kita bersama. Dimana kita mendapati banyak orang Indonesia yang beragama Islam pergi kesana kemari, berziarah ke makam-makam dengan di barengi niat/tujuan kita berkah selamat dan memohon leluberan dari tokoh Agama Islam yang telah tiada/terdahulu, dan cobalah anda renungkan sejenak firman Allah tersebut diatas agar kita tidak termasuk golongan orangorang syirik (musyrik) yang tiada anda / kita sadari.

Saudara-saudaraku kaum muslimin dan muslimat warga kekeluargaan dan para pembaca dimana saja anda mendapat membaca buku ini, kita telah sama-sama mempelajari ajaran Al Qur’an dan Hadist, sesuai dengan keimanan kita masing-masing yang terdapat dalam petunjuk agama ialah menyatakan kepada kita sekalian yang berbunyi “UD’UNI ASTAJIB LAKUM” yang artinya ialah kata Allah dipinjam omongannya : Mintalah kepadaKu niscaya / pasti aku berikan, cobalah anda ingat-ingat Allah telah menyatakan dalam Al Qur’an yang AKU muliakan adalah hamba-hambaKu yang masih hidup, bukan yang sudah mati. Dengan demikian berarti yang masih hidup itu ada tugas yang dibebankannya, justru masih bermanfaat dan apabila dilihat pada hakekatnya, sesungguhnya Allah telah membuka pintu lebar-lebar bagi yang beriman kepadaNya, ialah yang telah menganjurkan / menawarkan kepada kita sekalian dengan apa yang dinyatakan diatas itu ialah mintalah kepadaKu niscaya akan diperkenankan do’a (permohonan) nya, ini sudah cukup gamblang asal kita benar-benar mau mengerti apa yang kita baca. Secara sadar atau tidak telah kita ucapkan dengan menyatakan dan tahu kedudukan Manusia sesungguhnya hanya Allah sajalah Yang Maha Kuasa dan kita berada ditempat yang lemah, namun hal tersebut hanya sekedar ucapan semata-mata, karenanya masih banyak terdapat diantara kita tidak melaksanakannya, bahkan seolah-olah ia yang sangat berwenang untuk melaksanakan kehendaknya atau kehendak orang lain yang mungkin beranggapan demi Tuhan ataupun demi Ibadah, tetapi banyak yang kurang disadarinya bahwa Allah telah berfirman melalui Al Qur’an pada Surat Al Ghaasyiyah ayat 21-22 :

“Fadzakir Innama Anta Mudzakiru Lasta ‘Alaihim Bimusaythirin”

Bahasa indonesianya :
Maka berilah peringatan, karena seungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, kamu bukanlah orang berkuasa atas mereka.

Apabila demikian Allah berfirman melalui Al Qur’an yang tertuang pada ayat tersebut diatas, cukup jelas. Apa yang diterjemahkan oleh para ahli kitab dan kita meneliti benar dan tidaklah terlalu gegabah (sembrono) dalam menyampaikan amanatnya, baik memberi nasehat-nasehatnya kepada sesama Manusia.

Dan kita sadari bahwa sesungguhnya Manusia tidak diberi wewenang sampai sekian jauh, sehingga melampui batas yang Maha dari sekaliannya, tetapi banyak hal yang tak disadari oleh sebagian para pendidik agama kita yang seolah-olah ia boleh bertindak seenaknya dengan menyalahkan dan memaksakan pada orang lain (sesamanya). Apabila dilihat dari ayat tersebut diatas berarti orang tersebut telah jauh bertolak belakang dengan ajaran agama Islam atau tuntunan Allah.

Tentunya anda sebagai umat mengaku beragama Islam akan berbuat dan bertindak melalui landasan yang ada yaitu Al Qur’an dan Hadist.

Bagaimanakah kiranya perbuatan yang telah anda lakukan selama ini (?) agar sembahyang anda atau ibadah anda tidak sama dengan mereka, gunakanlah pikiran dan perbaiki tindak tanduk anda sehari-hari jangan anda merasa paling afdhol, ataupun paling benar menurut perasaan sendiri, ini semuanya dapat anda perhatikan melalui ayat-ayat tersebut diatas.

Fungsi anda selaku hamba Allah yang bertugas hanya sebagai penyampai saja dan juga bukan yang dibebani tanggung jawab, karena itu semuanya demi keakheratan hanya Allah yang mempunyai wewenang. Dan memang kita anjurkan melakukan kebaikan yang sebaik-baiknya dan tidak menyakiti / memaksakan orang lain.

Kita sama-sama mengaku sudah beriman dan bertaqwa kepada Allah tentu sudah termasuk orang yang mukmin yang sekurang-kurangnya sudah pernah menerima petunjuk dari Allah. Sebab apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu hanyalah untuk mereka, apa yang diperolehnya itu bukan untuk kita dan kini bagaimanakah kita orang yang dianggap penerus ataupun penerima warisan dari Nabi Besar Muhammad SAW, adakah yang telah dirasakan oleh anda sesuatu, sebagaimana yang dijelaskan dalam salah satu firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 38 yang berbunyi :

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Faimmaya’ Tianakum Minni Hudan Faman Tabi’ Ahudaya Fala Khawpun’ Alaiyhim Walahum Yahzanuun”

Bahasa Indonesianya :
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Rupanya arti dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut diatas, benar-benar memberikan dorongan iman dan bagi setiap penganutnya agar lebih mutlak menyerahkan dirinya kepada Allah SWT, agar didalam mengemban tugas Allah dan hidup di muka bumi ini tidak punya rasa kekuatiran serta kegelisahan, dia sadari bahwa sebenarnya Manusia itu tidak punya daya upaya selain Allah. Para pengajar agama Islam yang menterjemahkan arti dan makna ayat tersebut diatas cukup mengerti dan tidak perlu dibantah lagi, hanya tinggal kita saja sebagai orang yang mengaku beriman dan bertaqwa hendaknya janganlah cuma bisa menerangkan dan menyuruh orang lain supaya beriman dan taqwa padahal kita sendiri berlum tahu bagaimana bentuk orang-orang yang telah bertaqwa itu.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat warga kekeluargaan dan para pembaca yang dimuliakan oleh Allah, marilah kita berkata dan berbuat sama dengan yang ada di dalam hati kita masing-masing guna dapat memenuhi apa yang difirmankan oleh Allah seperti tersebut diatas. Tunjukkanlah / usahakanlah dengan banyak berbuat kebajikan kepada sesama hamba Allah, jauhkanlah hal-hal yang dapat memecah belah persatuan bangsa, lebih-lebih sesama agama Islam dengan berpegang teguh pada ayat-ayat tersebut. Mudah-mudahan Allah akan memberi petunjuk dan hidayahnya kepada kita sekalian untuk keselamatan di dunia dan di akherat kelak. Karena Allah yang memiliki ini semua, marilah kita meminta keredhoannya dan sangat berbahagialah orang-orang dapat petunjuk dan hidayah Allah SWT.

Sangat penting kiranya apabila kita mengerti status serta kedudukan keberadaan Manusia atau kita semua di Alam semesta ini, untuk itu marilah kita sama-sama memperhatikan pada kata-kata mutiara Islam yang citranya akan dapat kita jadikan pengertian tersendiri bagi diri kita masing-masing guna untuk memperkuat Iman Islam kita dapat pula membuka mata hati kita bersama, hinga benar-benar kita lebih menyadari lagi kehadiran serta status dan fungsi Manusia atau kita sebagai hamba Allah, seperti di tuliskan dibawah ini :

“Bimakanna Makanaa Bimayaakun Maya’kunaa”

Bahasa Indonesianya :
Sesuatu yang telah ada di Alam semesta ini adalah kehendak Allah.

Demikianlah artinya kata-kata mutiara ini, memang sungguh indah sekali pengertiannya, telah cukup gamblang penjelasannya bahwa benar-benar keberadaan Manusia dimuka bumi ini adalah bukan semata-mata keinginan kita sendiri dan juga bukan kehendak kedua orang tua kita atau ibu bapak kita, karena sesungguhnya ia tidak kuasa membuatnya, bisa juga diartikan karena cinta saja kehadiran kita ini mengingat kedua orang tua itu adalah merupakan penyebab belaka, justru karena karunia Allah, Manusia dilengkapi Akal dan Pikiran serta kehendak atau keinginan, sudah barang tentu dapat digunakannya kehendak dan pikiran itu sesuai dengan fungsinya agar kita memahaminya benar-benar, religius melihat kedalam dengan arti tidak sia-sia Allah karuniakan Akal dan Pikiran itu, dengan kata lain bahwa seluruh umat Manusia di Alam semesta ini keberadaanya bukan boleh memesan dan mungkin ia pun tidak pernah meminta untuk dijadikan Manusia, cobalah anda renungkan sejenak.

Saudara-saudara warga kekeluargaan, muslimin dan muslimat serta para pembaca yang budiman, sangat wajib kita sadari kalau Allah sendiri telah menyuratkan pada suatu ayat, sesungguhnya anak cucu Adam sangat dimuliakan oleh Allah, apakah kiranya anda tidak merasa bahagia (?) mbok tahu dirilah sedikit. Maka oleh karena itulah penyampaian oleh majelis muzakaroh warga kekeluargaan lebih menitik beratkan kepada pendengaran supaya berusaha mengenal dirinya sendiri, maksudnya agar kita mempunyai rasa terima kasih kepada Allah SWT. Yang telah menghidupkan kita serta nikmat-nikmatnya yang tiada ternilai itu yang sama-sama kita rasakan. Marilah kita bersama-sama menjadi orang yang pandai bersyukur dan marilah kita usahakan untuk menambah cara berpikir yang sudah berkurang sesuai dengan keadaan jaman dan ingatlah bahwa ajaran Islam sanggup mengikuti dan mengubah perkembangan jaman, walaupun kini sudah termasuk jaman serba mutakhir dengan peralatan canggih, Islam tidak sampai disitu saja, makanya kita sangat heran kalau masih ada sebahagian orang yang masih berpikir dari situ kesitu lagi.

Sebagian insan yang masih mengenal diri, sadar akan kewajiban serta mengerti apa yang wajib dikerjakan selama hidup dan dapat membuktikan keimanannya serta dapat mengerjakan perintahnya dan patuh dengan menjauhkan segala larangan Allah Yang Maha Kuasa, yang berarti ia berusaha dengan penuh kesadaran untuk memenuhi apa-apa yang telah diterangkan serta ditunjukkan oleh Al Qur’annul Karim, seperti tersurat dibawah ini :

“Waaksina Yuhibu Muhsinina”

Bahasa Indonesianya :
Berbuatlah kebajikan terhadap sesamamu, atau terhadap orang lain, karena sesungguhnya Allah sangat senang kepada orang yang suka berbuat kebaikan.

Begitulah apa yang diartikan oleh pujangga Islam terdahulu, dalam firman ataupun ayat tersebut diatas cukup jelas kiranya pengertian ini kepada kita sekalian yang sangat perlu kita ambil sebagai contoh untuk dilaksanakan oleh setiap insan yang mengaku beriman, dapat anda pelajari sejarah Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW yang berasal dari keluarga yang mampu (kaya) ternyata tidak ada peninggalannya yang ia pergunakan untuk penyebaran dan pengembangan agama Allah yaitu agama Islam.

Dan kini bagaimanakah yang anda lakukan selama ini (?) apabila benar-benar cinta dengan Nabi Besar tersebut yang katanya sebagai pewarisnya bukanlah semata-mata mencari harta dan cerita dalam membangun dan mengembangkan Agama Allah, tentunya akan mengutamakan citranya agama Islam itu.

Karena telah diutarakan oleh Rasulullah SAW bahwa Allah lebih suka dan senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan, cobalah sejenak anda renungkan, sebagian dari para penyampai amanat Allah, bahkan yang ia lakukan adalah sebaliknya sedangkan telah pula kita diperingatkan oleh salah satu firman Allah : carilah Guru yang tidak mengharapkan upah dari padamu.
Itulah sesungguhnya orang-orang yang dipimpin oleh Allah, maka oleh karena itu carilah penyampai-penyampai agama Allah yang semata-mata bertawakal kepada pemiliknya.

Apabila anda ingin mendapatkan petunjuk-petunjuk Allah langsung yang membawa anda keselamatan dunia dan akherat yang menjadi tujuan dan idaman bagi setiap insan yang beragama terutama Islam, berbaktilah yang sebenar-benarnya bukan kata-kata saja tetapi disertai dengan perbuatan yang nyata untuk memenuhi ayat Allah tersebut diatas dan Rasulnya, lakukanlah sebanyak mungkin perbuatan-perbuatan yang disukai Allah menurut kemampuan anda masing-masing. Terutama kepada kekeluargaan, ketahuilah oleh anda bahwa penyampaian majelis muzakaroh warga kekeluargaan lebih dititik beratkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang memberi manfaat dan berguna bagi setiap insan yang percaya kepada Maha Penciptanya yaitu Allah SWT.

Selanjutnya marilah kita perhatikan bersama apa-apa yang diterangkan oleh Rasulullah SAW dengan tegas yang telah disampaikan kepada kita sekalian umat yaitu beragama Islam / pengikut-pengikutnya sebagaimana ditulis dibawah ini :

“Inna Diinnie Dinuu Insyaniatin Dinnuu Adilatin Wa Hifmaulil Arodil”

Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya Agamaku adalah Agama Perikemanusiaan dan Agama Prikeadilan serta menjaga terhadap kesusilaan.

Demikianlah penerangannya dari para pujangga-pujangga Islam, mengartikannya daripada sabda Rasulullah SAW, jelas dan tegas bahwasanya Agama Islam adalah Agama Perikemanusian dan Keadilan, sudah dengan sendirinya; kata-kata Rasulullah perlu diyakinkan dan dilaksanakan sepenuhnya, bukan sekedar di hafal dan dibaca saja, karenanya hal tersebut mempunyai makna yang cukup luas dan dalam. Justru itulah pada sesungguhnya Muhammad SAW, mendapat anugrah Rasulullah dan hingga saat ini walaupun beliau telah wafat masih saja namanya disebut dengan kata lain tidak bisa dipisahkan dengan asmanya Allah, yang dalam arti beliau adalah pengemban amanat dan wibawa Allah SWT.

Saudara-saudara jama’ah majelis muzakaroh warga kekeluargaan serta kaum muslimin dan muslimat para pembaca yang dimuliakan Allah, sudahkah anda berbuat serta melakukan tugas hidup sehari-hari selama ini (?) seperti yang dimaksud oleh Rasulullah itu, inipun adalah salah satu sunahnya yang sangat wajib dikerjakan oleh setiap yang mengaku dirinya adalah Umat Nabi Muhammad SAW, bukan hanya sekedar jadi setan aku-aku saja, dan oleh karenanya anda renungkan baik-baik dan kepada saudara-saudaraku terutama warga kekeluargaan, lihatlah dimuka bagaimana keadaam dunia Islam dewasa ini, dan bagaimana pula di tanah air kita Indonesia yang tercinta ini yang sedang membangun mental dan spiritual diseluruh penjuru tanah air yang saling menonjolkan kemampuannya serta merebut kebenarannya masing-masing sehingga mengabaikan persatuan dan kesatuan bangsa, maka oleh sebab itu sejalan dengan lajunya perkembangan jaman hendaknya kekeluargaan merubah pola berpikir agar tidak berdiam diatas satu juta tahun yang lewat. Dan sesungguhnya pengakuan anda dengan apa yang tersurat diatas. Islam tidak mengajarkann saling membunuh dan saling baku hantam. Ingatlah anda diciptakan Allah bukan untuk itu, ialah semata-mata untuk berbakti kepada Allah, justru itu keberadaan kita di muka bumi ini adalah merupakan saksi utama yang harus dipertanggung jawabkan kesaksiannya itu. Janganlah anda menjadi saksi yang bohong. Cobalah perhatikan ucapan-ucapan anda dan dimana letak kebenarannya apabila anda sendiri tidak pernah tahu yang anda saksikan itu ……. Pikirkanlah.

Alangkah indahnya apabila bangsa Indonesia yang beragama Islam terutama para tokoh Islam di tanah air dapat benar-benar melaksanakan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW diatas tadi, serta menyampaikan dengan penuh keikhlasan, pasti dalam waktu relatip singkat terciptalah suasana aman dan tenang. Dengan sendirinya timbullah rasa saling pengertian antara sesama pemeluk agama, terutama agama Islam yang memang banyak terdapat perbedaan dalam cara/pola berpikirnya, lebih-lebih terhadap agama lain, maka oleh karena itu marilah kita perhatikan firman Allah pada Surat An Nisaa ayat 136 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا

“Ya Ayu Haladzina Amanuu Aminu Billahi Warosulihi Walkitabiladzi Nazala ’ala Rosulihi Walkitabiladzi Anzala Minqublu Wamayakpur Billahi Wamalaikatihi Wakutubihi Warosulihi Walyaumil Akhiri Faqod Dhola Dlolala Ba’ida”

Bahasa Indonesianya :
Hai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah dan RosulNya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. Demikianlah telah kita terima penjelasan ini baik arti dan maknanya yang dituturkan ayat suci tersebut diatas oleh para pujangga Islam pada jaman dahulu, sudah barang tentu bagi orang-orang beriman kepada Allah dan Kitab-kitabnya pasti akan terbukalah pemikirannya yang mungkin selama ini banyak salah dalam menerapkan Iman Islamnya, sebab apabila kita kurang dapat memahami apa-apa yang difirmankan oleh Allah akan tidak sempurna juga pelaksanaannya dan pasti terkena ancaman ayat tersebut, karena kita sadar bahwa yang ngomong itu adalah Allah sendiri. Justru oleh karena itu perhatikanlah baik-baik dan ingatlah oleh anda bahwa agama Islam adalah agama yang paling tinggi dan sempurna, maka hendaknya pengakuan anda wajib di realisasikan dengan perbuatan-perbuatan nyata, bukan hanya sekedar ucapan saja, kiranya perlu anda pahami bahwa Manusia diciptakan oleh Allah tidak untuk saling membenci ataupun saling salah menyalahkan terhadap sesamanya, maksudnya agar kita dapat tidak tergolong orang-orang yang disesatkan, maka dengan teguran ayat tersebut hendaklah jauhkanlah Anda dari sifat dan perbuatan-perbuatan tercela atau tidak mau mengakui kehadiran agama ataupun kitab-kitab yang lain, kecuali hanya Al Qur’an saja dan Rasulullah itu, apabila demikian halnya maka sangatlah bertentangan dengan keinginan dan cita-cita Allah SWT, sedangkan kita telah sepenuh hati menyatakan bahwa sesungguhnya Manusia itu tidak punya daya upaya selain Allah, sebaiknya hal tersebut janganlah diucapkan dibibir saja, justru karena mungkin anda memahaminya sehingga dalam pelaksanaannya sangat bertolak belakang dan cobalah usahakan supaya jangan membelenggu pikiran anda sendiri, sadarilah karunia Allah adalah Akal dan Pikiran yang wajib kita manfaatkan dan kita gunakan sesuai dengan Fungsinya, Maha Suci Allah.

Berbuat dan bekerja untuk menuju tuhannya, maka pasti anda akan menemuinya.
Saudara-saudara warga kekeluargaan kaum muslimin dan muslimat, terutama para penerus perjuangan bangsa, hendaknya dipahami baik-baik apa yang dimaksud oleh firman Allah tadi dan tertuju kepada siapa dan pula kepada yang bagaimana, hal ini saya serahkan anda untuk mengartikan sendiri, sangat wajib seandainya anda ingin untuk menemui kekasih anda, silahkan saja dan bagi orang yang ingin tetapi belum pernah merasakan nikmatnya berdialog dengan Tuhannya, sebaiknya berusahalah dan ingatlah pada pernyataan ayat suci yang sangat wajib kita kerjakan, apabila benar-benar kita mengaku berbangsa Indonesia yang beragama Islam taat dan patuh kepada yang menjadikan Alam semesta ini, termasuk anda ataupun kita Manusia didalamnya. Nah apakah kiranya anda tidak pernah merasakan rindu ataupun kangen ingin bertemu dengan kekasih yang didamba itu (?) sedangkan dialah yang menciptakan anda taupun kita, saya yakin semenjak anda dihadirkan ke muka bumi ini sampai detik inipun hanya mendengar kata-kata orang lain ataupun mendapat cerita-cerita dari para guru atau ustadz-ustadz saja, yang sesungguhnya pasti belum merasakannya. Jadi selama ini kecintaan serta kerinduan anda kepada Yang Maha Pencipta itu saya umpamakan sebagai orang bertepuk sebelah tangan, dan cobalah anda perhatikan lagi firman Allah seperti telah dituangkan pada salah satu ayat yang lain yaitu : Sesungguhnya aku tidak mengajarkan kepada Muhammad; syair atau cerita kosong dan aku ajarkan dia peringatan-peringatan dan Al Qur’an yang jelas dan terang. Masihkah anda kurang jelas (?) Al Qur’an bukanlah sekedar cerita belaka, sangatlah perlu dijajaki oleh anda bahwa setiap insane yang berkeinginan keras dan ikhlas, insyaAllah saya yakin anda akan dapat memenuhi apa yang disuratkan atau pertunjuk ayat tersebut hingga dapat membuktikan serta merasakan sendiri atas kebenaran, bukan kata orang lain. Sesuai dengan petunjuk Al Qur’anul Karim yang sama-sama kita imankan, tetapi banyak terlupakan atau sengaja dilupakan, sesuatu ayat wajib kita lakukan, yaitu yang menyangkut sodakoh demi kebersihan dan keredhoannya yang menjadi dambaan setiap umat Islam, sebab selain dari pada Sholat dan Ibadah lainnya yang diwajibkan seperti Fitrah dan Jariah, sebagaimana yan dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW, dalam salah satu usahanya untuk insan yang ingin dapat memenuhi selaku utusannya, yaitu Allah SWT, yang tertuang dalam Surat Adz Dzaariyaat ayat 19 yang berbunyi sebagai berikut :

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

“Wafhi Amwalihim Haqullysaa’ilie Walmahrum”

Bahasa Indonesianya :
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.

Didalam harta benda atau kekayaan serta rizki yang anda miliki itu ada haknya dari orang-orang yang terpaksa meminta, ialah haknya yatim piatu, pukaro walmasakin.

Demikianlah makna ataupun arti yang dimaksud ayat tersebut diatas, yang telah dijelaskan oleh para ahli kitab, memang adalah sangat besar sekali dan sungguh wajib hukumnya namun sekalipun sudah tahu, tapi cukup segan rupanya, karena hasil boleh dari cape dan memeras keringat masa harus dikeluarkan begitu saja, tetapi apabila kita mempunyai keinginan untuk kesempurnaan iman Islam serta ingin mendapatkan ketenangan hidup yang tanpa keraguan, hal mana wajib kita keluarkan mengingat itupun menjadi persyaratan mutlak bagi setiap insane yang ingin menemui tuhannya, cobalah anda perhatikan apa yang Rasulullah contohkan kepada kita sekalian, harta kekayaannya yang begitu berlimpah habis dipergunakan semata-mata untuk kesempurnaan Iman dan perjuangannya dalam menegakkan agama Allah sampai pada saat diangkatnya beliau menjadi seorang INSAN KAMIL MUKAMIL, Rasulullah juga diberi kesempatan untuk berdialog ataupun beraudensi denganNya, yaitu kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi, jadi jelaslah sudah kita ketahui, tidaklah kemulian itu datang dengan serta merta begitu saja, keredhoan serta gelar dapat dicapai … tidak, itu adalah membutuhkan kelapangan dada dan keikhlasan hati.

Nah cobalah anda perhatikan apa yang di firmankan Allah yang menyatakan kepada kita sekalian sebagai salah satu peringatan, ialah setiap insan / Manusia yang sungguh berbuat.

Bilamana kita telah mengerti dan memahami firman dan ayat-ayat suci Al Qur’an, sudah barang tentu mengerti apa yang diterangkan dari beberapa ayat yang perlu diperhatikan oleh kita sekalian, sebagaimana tersurat pada ayat 59 Surat An Nisaa :

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

“Fa’in Tanaaza’tum Fii Syai’in Parudduhuu Ilallahi Warosulli Inkuntum Tu’minuuna Billahi Wal Yaumil Akhir Dzalika Khairuun Waakhsaanu Ta’wilaa”

Bahasa Indonesianya :
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Hadist), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Demikianlah arti dan makna yang diterjemahkan oleh pujangga Islam dahulu, atas ayat-ayat tersebut kepada kita sekalian, cukup jelas sudah bahwasanya ayat tersebut merupakan peringatan bagi kita, apabila anda berselisih mengenai sesuatu, maka hendaknya kembalikanlah kepada Allah dan Al Qur’an ataupun pada petunjuk-petunjuk Rasulullah, maksudnya agar kita tidak berkepanjangan dalam perselisihan tersebut sehingga tidak membawa pengorbanan atau agar kita tidak merasa benar sendiri, orang lain salah, cobalah lihat Al Qur’an, itulah peringatan-peringatan yang dituangkan didalam Al Qur’an yang sama-sama umat Islam mengimamkannya dan bagaimanakah kenyataan atas apa-apa yang dilakukan oleh kita semua (?) terutama Islam yang ada di tanah air sendiri, perlu kita pahami benar ayat peringatan tersebut, baik yang menyangkut ajaran dan tuntunan sesama agama. Janganlah Cuma mengaku saja, setiap Islam itu adalah saudara, kalau Cuma dibibir saja pikirkanlah oleh anda sendiri, lebih-lebih lagi orang yang beragama Islam mencampuri politik, yang pasti banyak sekali terjadi perselisihan yang dilakukannya sampai-sampai membawa pengorbanan sesama Islam, jelaslah orang tersebut sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam atau sangat bertentangan kepada sifat-sifat kasih sayang Allah, justru pula perlu diingat bahwa kehadiran Manusia di muka bumi ini ditentukan tidak punya daya upaya selain Allah.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat warga kekeluargaan, para pembaca yang budiman, kini kita telah banyak memperhatikan ayat-ayat suci Al Qur’an yang menerangkan dari beberapa hal dan marilah kita syukuri yang sedalam-dalamnya bahwasanya kita sampai saat ini masih memahami petunjuk-petunjuk Al Qur’an yang membawa keberkahan dan keselamatan serta membuktikan atas kekuasaan Allah dan kebenarannya melalui apa yang ditunjuki pada ayat 2 Surat Al Anfaal, yang berbunyi :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Innamal Mu’minnuna Ladzina Idza Dzukirollahu Wajilat Qulubuhum Waidza Tuliyat ‘Alaihim Aayatuhu Zadathum Imaanan Wa’ala Robbihim Yatawakkaluun”

Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnys orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Asma Allah Gemetarlah Hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambah Iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.

Sangatlah jelas sekali terjemahan firman Allah diatas, oleh para ahli kitab menerangkan kepada kita sekalian, apa yang menjadi arti serta maknanya, yang kiranya tak perlu lagi dibantah kebenarannya, memang hal ini tergantung pada anda sendiri, dapat dibuktikan kenyataannya oleh kita atau tidak. Sesungguhnya firman Allah itu tidaklah bohong, apabila anda itu percaya benar kepada yang menjadi anda sendiri, bukan cuma percaya tanpa tahu, itu sama juga bohong namanya.

Justru karena itu hendaknya perhatikanlah isinya apa yang terkandung di dalam ayat tersebut dan ingatlah oleh anda sendiri bahwasanya Allah tidak menjadikan Manusia itu berbeda-beda bahan kejadiannya dari dulu sampai sekarang, yang beda hanya taqwanya, kecuali hanya Adam dan kini bagi anda yang belum memahami ayat tersebut serta hanya ingin dapat membuktikannya, cobalah renungkan baik-baik ayat itu dengan penuh keimanan dan serahkan kepercayaan itu semata-mata hanya kepada Allah SWT, sebab kita umat Islam yang ada di Indonesia sebahagian mengikuti jejak dan sunah Nabi. Sedangkan Nabi Besar Muhammad SAW, juga telah menyerahkan dirinya kepada Allah Yang Maha Pencipta dan pula Nabi telah mengakui bahwasanya Allah itu sebagai satu-satunya Pemimpin yang perlu ditaati dan dipatuhi dari segala perintah dan larangannya.

Dan cobalah anda lakukan penyerahan diri dengan sebenar-benarnya taqwa, barulah anda akan dapat merasakan Kebesaran dan Kenikmatannya melalui Getaran Hati yang langsung dari hasil penyerahan mutlak kepada Allah Yang Maha dari sekalian yang paling Maha, tidak hanya sekedar dibaca saja, dan capailah keredhoan dan kebesaran yang hakiki demi dunia dan akheratmu.

Dengan banyaknya bangsa Indonesia yang beragama Islam, masih saja kurang memahami ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah SAW, yang masih berpendirian dangat membeda-bedakan sesama hamba Allah, yaitu Manusia yang kadang-kadang berpikirannya serta tindakannya sangat bertentangan dengan ajaran Al Qur’an, sehingga melupakan kasih sayang terhadap sesamanya atau melupakan perikemanusiaan, sebagaimana ayat yang diterangkan oleh surat :

“Laiysa Minna Ma’laam Yu Ro’ii Hiffatan Banie Adam”

Bahasa Indonesianya :
Tidaklah termasuk umatku / pengikutku siapa saja yang tidak mempunyai belas kasih (kasih sayang) serta perikemanusiaan terhadap sesama anak cucu Adam.  



Bagaimana penjelasanya dari penyebar-penyebar islam zaman dahulu, memberikan pengertian ayat tersebut diatas, kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan Al-Qur’an. Penerangan ini sungguh gambling sekali bagi umat islam yang mata hatinya telah terbuka dan juga pola berpikirnya tidak dari situ kesitu lagi, karena telah cukup dipahami olehnya. Bahwasanya hanya Allah sajalah yang akan dan dapat menentukan segala sesuatunya baik di dunia maupun diakherat kelak. Bukanlah manusia yang memberikan ketentuanya, maka maksud Allah itu hamba-hambanya hanya ditugaskan untuk banyak berbuat saja amal atau kebaikan kepada sesamanya, yaitu manusia dimuka bumi ini, dan di muka bumi hanya berasal mula dari Adam dan Hawa yang berbeda hanyalah tempat lahirnya rasa dan keinginan adalah sama.
Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat para pembaca warga kekeluargaan yang dimuliakan Allah, perhatikan baik-baik ayat-ayat tersebut diatas, sebab apabila kita lengah dan lupa sehingga tidak bias memenuhi sebagaimana yang tersurat diatas tadi, sudah barang tentu anda terkena ancaman-ancaman firman Allah, yang artinya anda tidak diakui keluar dari umatnya, dan janganlah anda termakan oleh pancing-pancing pengadu domba sesame umat ilam, sebab hal ini yang jelas akan merugikan anda sendiri.
Mudah-mudahan dengan memahami staus dan fungsi anda di muka bumi ini Allah pelihara kehidupan yang hakiki yang insya-Allah membawa kita berhasil pada tujuan hidup ini kearah kemenangan lahir, bhatin, dunia maupun akherat yang diawali dari kebahagiaan kesehatan tabiat anda, sehingga dapat berpikir sehat dan sempurna sesuai dengan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan Hadistnya. Pola dan cara-cara berpikir seseorang memang berbeda-beda juga tingkat pengertianya tidak sama, yang sehingga tidak jarang terjadi kesimpang siuran dan tanggapan-tanggapan yang menimbulkan perpecahan-perpecahan sesame kepercayaan, baik dari golongan-golongan apapun yang kadang-kadang membawa pengorbanan.
Nah ini firman Allah menyuratkan pada suatu ayat :

Faman Kanaa Yarjulika Robbihie Falya’malamalan Sholihaan Wa Yusrikbiibadatie Robbihie Ahadaa”

Artinya :
Barang siapa yang ingin berjumpa / bertemu dengan Tuhannya (allah) hendaklah mengerjakan atau melakukan sesuatu yang baik dan janganlah menyekutukan Allah dalam sembahyang atau dalam ibadah.
Demikian arti dan maknanya dari ayat tersebut diatas yang diterjemahkan oleh pujangga-pujangga islam, pengertianya sudah jelas bukan? Jadi hal ini memerlukan pemahaman apa yang dimaksuda Allah itu, justru orang-orang yang bias memahaminya adalah orang yang telah mengenal Allah dan mengenal apa dan siapa yang sebenarnya diri sendiri, pada sesungguhnya sangat bahagia sekali bagi insane yang delah dapat berdialog dan berorientasi dengan penciptanya sendiri. Karenanya telah dijelaskan oleh salah satu ayat bahwa hamba-hambanya yang sholeh itu, selalu pula berkomunikasi dengan tidak menganal waktukepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, justru orang-orang yang selalu berhubungan dengan Tuhanya yaitu Allah mengerti dan tahu. Bukan dapat mengambil pendapat ataupun kepandaian dari orang lain, dan benar-benar ia menerima petunjuk dari yang mpunyai agama itu sendiri, yaitu Allah Rabbul’alamin. Itulah sebabnya Isalam adalah agama yang paling dan sempurna dari agama-agama yang lain.
Dengan ucapan Alhamdulillah kita menyatakan syukur kehadapanya, kita telah diberi kelonggaran dan kesempatan oleh firman Allah dapat berhubungan atau berjumpa. Dan cobalah kita perhatikan bagaimana Allah menjelaskan suatu ayat Al-Qur’an, marilah kita sama-sama menerima dan memahaminya dengan benar, supaya kita bias mengambil kepastian Iman islam kita dalam mengemban hidup semesta ini, bagaimana tertuang dalam firman Allah surat ayat yang berbunyi:

“Inna Tawakaltu’Alallahi Robbihi Warobbikum’mindabbatin Illarobbihi’alaa Sirothim Mustaqim”

Artinya:
Saya bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu dan semua binatang melata dimuka bumi ini, adalah yang menguasainya. Sesungguhnya Allah Maha Suci dan Benar serta Adli.
Denikian pengertiannya cobalah anda pikirkan baik-baik arti dan makna dari ayat tersebut di atas yang menerangkan kepada kita selaku hamba-hambanya yang beriman, sesudah barang tentu maksudnya agar kita manusia / hamba-hambanya mengerti. Baik tentang keadilan Allah maupun agar kita jauh-jauh meninggalkan sifat tercelah seperti : ingin hidup sendiri, ingin benar sendiri orang lain tidak, syirik pidik kepada kemampuan orang lain. Dan ketahuilah oleh anda sendiri bahwasanya yang hidup dimuka bumi ini bukanlah manusia saja atau bangsa Indonesia saja atau orang yang beragana islam saja, juga makhluk-makhluk lain dan dimuka bumi, keran dengan keadilan Allah. Cobalah anda mabil inti sarinya dari ayat suci tersebut di atas itu, adlah firman Allah.
Saudar-saudara warga kekeluargaan para pembaca muslimin dan muslimat yang sangat dicintai Allah, untuk dapat kita mengerti dan tujuan Allah dalam Al-Qur’an, maka pahamilah baik-baik apa yang sudah disuratkan oleh ayat tersebut agar kita tidak saling berebut kebenaran yang mengakibatkan pertengkarana antara sesamanya, lebih-lebih antara sesame agama Islam, apabila anda benar-benar mengakui telah menyerah diri terhadap Allah SWT, tak mingkin lagi anda keliru, karena pasti Allah akan menuntun di jalan yang benar dan baik dan tidak mungkin lagi iman islam anda akan semrawut dan simpang siur yang tentunya akan menjauhkan sejauh-jauhnya hal-hal yang membawa kesesatan hidup kelak. Oleh karena itu marilah kita sama-sama mengartikan firman atau ayat-ayat yang telah sama-sama kita imankan agar supaya tidaklah sia-sia akibat dari ketidak tahuan dan kepahaman kita itu dan kini jadikanlah untuk lebih dapat meningkatkan pengabdian diri kepada sesam insane, bertaq’walah (menyerahlah) kepada Allah yang sebenar-benarnya menyerah demi keselamatan baik sekarang maupun nanti kelak.
Mudah-mudahan Allah akan menerima semua amal bhakti kita sekalian terutama warga kekeluargaan oleh Allah SWT, Yang Maha Adil dan Kuasa.
Kemungkinan apabila ditinjau dari sudut hakiki agama Isalam melalui Nabi Besar Muhammad SAW, menghimbau kepada pengikut-pengikut Islam pada sa’at itu yang mana diketahuinya banyak yang mengucapkan terima kasih kepada Allah hanya dibibir saja sehingga tercetuslah firman Allah ini seperti tersurat pada ayat 13 Surat “ SABA” yang berbunyi sebagai berikut :

“Waqoliyluu Min Ibaadi Yasyakuur”

Artinya :
Hanya sedikit sekali hamba-hambaku yang pandai berterima kasih dan besyukur.
Nah demikianlah yang diartikan dari ayat tersebut diats, oleh para penterjemah Firman allah yaitu ahli-ahli kitab, rupanya tidak bias disangkal lagi kebenaranya, karenanya banyak bukti ingat kepa da Allah hanya pada keadaan / waktu susah atau menderita saja, tetapi tidak jangan terjadi ia lupa bila dalam keadaan bahagia, mengingat pada umumnya kepercayaan / keimanan sesorang itu cukup hanya dengar dari bapak-bapak guru / ustadz-ustadz saja, tidak mau mencari yang selain dari kata-kata gurunya, harus kita mengetahuinya sendiri, itulah baru namanya iman disertau tahu, sehingga tidak akan terjadilalah peringatan ini oleh Allah sesuai dengan ayat tersebut di atas dan kita boleh saja mengatakan iman atau bersyukur kepada Allah tetapi kenyataan untuk anda/ kita yang beragama islam masiditegur, sedikit sekali yang tahu diri.
Saudar-saudara para jema’h majelis warga kekeluargaan mislimin dan muslimat yang dimuliakan Allah, renungkanlah oleh anda baik-baik sebab sangat buruk sekali apabila kita ataupun anda termasuk / tergolong orang-orang yang beragama islam tetpi tidak tahu berterima kasih kepada Allah SWT. Cobalah periksa oleh anda dimana letaknya yang kita tidak mengenal dan tahu dari itu dan ingatlah baik-baik oleh anda dan sesungguhnya Allah melengkapi perwujudan manusia dengan sempurna serta karunianya akal dan pikiran yang tidak terpisahkan oleh diri sendiri, tentunya anugerah itu hendaknya dipergunakan sesuai dengan funsinya masing-masing.
Dan mudah-mudahan saja apabila anda telah memahaminya nantinya tidak lagi tergolong orang-orang yang banyak tetapi tidak berterima kasih dan tahu diri.     

Oleh:
ME HASAN ROHILI

 BACK                               NEXT

1 komentar: