Minggu, 28 Agustus 2011


APA ITU MALAM LAILATUL QADAR
Mengikut pengertian bahasa, perkataan "laila" adalah berarti "malam" dan perkataan "qadar" adalah memberkati (keberkatan) atau saat-saat yang diperingati. Jika kedua dua perkataan itu digabungkan, maka membawa maksud "lailatul qadar" yaitu artinya malam keberkatan atau malam yang diperingati.
Mengikut tafsiran ilmu makrifat, perkataan laila merujuk kepada jahil dan arti perkataan qadar pula merujuk kepada berilmu (alim). Jika kedua dua perkataan tersebut digabungkan, yang mempunyai maksud yaitu dari seorang yang yang bersifat jahil kembali kepada seorang yang bersifat alim serta berilmu. Laitu berarti terbuka hijab pintu hatinya dari seorang yang tidak mengenal Allah,  berubah menjadi seorang yang mengenal Allah SWT. Saat mengenal Allah itulah yang dikatakan keberkatan dan yang tidak akan di lupakan selama lamanya.
Yang artinya dalam suasana gelap zulmat, hitam kotor dan jahil fasiq hatinya dari ilmu makrifat (mengenal Allah), menjadi kepada suasana yang gemilang penuh cahaya keberkatan yang amat terang benderang, setelah mendapat ilmu mengenal Allah. Dari sifat jahil kembali kepada sifat mengenal dirinya  dan menjadi kepada mengenal Allah. Dari asalnya bersifat fasik (tidak mengenal Allah), kini berubah menjadi seorang yang bersifat alim (mengenal Allah). Inilah pengertian malam lailalatul qadar yang sebenar.
Kebanyakkan dari kita bila sebut saja malam lailatul qadar, yang mereka ingat hanya keajaiban pada bulan Ramadan. Semisal air perigi kering akan menjadi penuh (melimpah). Pohon kayu yang kookoh akan tunduk (rebah) menyembah bumi dan lain sebagainya. Sedangkan intisari daripada maksud lailatul qadar itu, sebenarnya adalah : dari sifat seorang yang buta matahatinya kembali kepada cerah mata hatinya kerana memandang dan mengenal Allah swt.” Menurut Imam Asy Syarani, menterjemahkan arti dan makna lailatul qadar itu sebagai “suasana hati”. Berkata beliau lagi:

“Apabila engkau ingin hati mu hidup, yaitu hidup yang tidak ada matinya, maka keluarlah kamu dari bersandar harapan sesama makhluk. Maka kalahkan hawamu dan iradatmu. Di waktu itulah engkau mulai akan diberi Allah hidup yang sejati, hidup yang tak ada mati. Kaya yang tak ada miskin sesudahnya lagi. Pemberian yang tak ada henti-hentinya lagi. Lalu diangkat derajadmu dalam hati hamba-hambaNya. Sehingga engkau tidak akan sesat untuk selama lamanya”

Apakah arti hidup yang tiada mati sesudahnya? Artinya adalah merujuk kepada ilmu mengenal Allah. Sesudah kita jaya sampai kepada tahap ilmu mengenal Allah, ilmu itu akan hidup di dalam hati kita selama lamanya, yang tidak akan ada kesudahannya dan tidak akan pernah padam dan terhapus selama lamanya. Wajah Allah inilah yang akan kita bawah, sampai hari kiamat dan hari menghadap Allah SWT. Apabila kita telah berjumpa dengan ilmu mengenal Allah, ingatan hati kita kepada Allah tidak akan pernah terpupus walaupun sesaat, walaupun ketika jasad sedang tidur. Setelah kita mengenal Allah (mendapat lailatul qadar) sebagai pegangan hati kita, maka akan berubahlah sepenuhnya, dari sifat gelap kepada terang, daripada bersifat mati berubah kepada hati yang senantiasa hidup. Yang tetap hidup dan tiada mati itu, adalah ingatan kita kepada Allah, DiaNya akan tetap hidup dihati kita, yang tidak akan ada matinya, bukan berati mati jasad, tetapi tidak mati ingatan kita kepada Allah. Bagi yang mendapat lailatul qadar, ia juga tidak akan sesat selamanya.
Apabila ingatan kita kepada Allah tidak pernah mati dan tidak pernah padam, disitulah segala  kebesaran Allah akan dapat kita miliki dan menjiwainya dengan penuh pengertian. Pengertian itu nantinya akan dinyatakan sehingga melimpah ruah. Rasanya seumpama kita ini kaya, yang kekayaan itu tidak akan menemui jalan kemiskinan. Kelazatan zhauq yang tidak pernah menemui jalan luntur, yaitu kaya dengan sifat sabar, taat, patuh, tawakkal, taqwa dan sebagainya. Pemberian kekayaan semisal akan berkelanjutan dalam hati kita, selagi akal bersifat baik (waras)terhadap Allah.
Inilah intisari maksud lailatul qadar yang sebenarnya. Perjalanan dari bersifat gelap menuju kepada yang bersifat terang. Dari bersifat mati ingatan bertukar kepada bersifat mengingat kepada Allah yang senantiasa hidup. Ingatan kepada makhluk dengan sendirinya akan mati dan terpadam. Mati hawa nafsu. Mati kehendak dan mati keinginan selain Allah. Mati harapan kepada makhluk, bertukar harapan kepada Allah. Dari bersifat menyayangi makhluk, menuju bersifat menyayangi Allah. Menurut Ar Rumi pula, menterjemahkan lailatul qadar itu sebagai; “Diri yang telah terjual” Berkata lagi beliau; “Allah telah membeli jiwa kita,untuk Dia. Bayarannya adalah  syurga. Sebab itu tidak seorang pun yang dapat membelinya dan menawarnya sampai akhir zaman. Suatu barang yang tidak boleh di jual dua kali”
Bagi yang mendapat lailatul qadar, seumpama dirinya telah terjual dan telah tergadai kepada Allah. Setelah kita serahkan dan mengembalikan diri kita kepada Allah, mereka tidak boleh diambil lagi. Setelah pertama kali dijual, ia tidak boleh dijual buat kedua kali. Sekali kita berserah diri kepada Allah, jangan hendaknya berputar balik. Pupuklah hati supaya buah tawakkal dan buah berserah akan bertambah subur.
Bagi yang mengenal Allah (yang mendapat anugerah lailatul qadar) mereka tidak akan berpaling lagi dari Allah. Walaupun terkena musibah, penyakit, kemiskinan, dan kesusahan hidup, mereka tidak akan berpaling dari berserah diri dan bertawakkal kepada Allah. Tidak ada lagi arti kecewa dan arti penyesalan dihati mereka yang mengenal Allah. Hatinya kepada Allah tetap utuh dan tidak mudah terpesona dengan kekayaan dan kemewahan. Mereka sadar yang diri mereka telah dibeli oleh Allah dan kita telah menjualkannya kepada Allah. Akad jual beli, antara kita dengan Allah telah dianggap selesai. Segala sifat, kelakuan, asma dan zat yang mendatang di atas diri kita ini, dianggap telah terjual dan bukan lagi menjadi milik kita. Semua sifat yang mendatang, telah dianggap seumpama anugerah dari Allah kepada kita, kita ini tidak ubah seperti pelaksana yang cuma sekadar melakukan saja dari apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita.
Oleh itu terimalah segalanya dengan ucapan terima kasih atau syukur. Inilah pengertian lailatul qadar menurut kacamata ilmu makrifat. Kita sebenarnya telah mati dan telah menjual sifat perangai, sifat jasad, sifat nama dan sifat zat kita kepada Allah. Jual sifat ego, sifat marah, tinggi diri, dengki, tamak harta dunia, putus asa dan sebagainya. Kita serahkan segala galanya ke atas kebijaksanaan Allah, Allahlah yang menentu dan mengatur kehidupan kita.
Firman Allah;
“Turun malaikat dan roh padanya, dengan izin Tuhan mereka membawa dari tiap-tiap perintah.(Al qadar :4)
Malam lailatul qadar juga, lebih dikenali sebagai malam seribu bulan(1000 bulan). Seribu bulan itu dirmaksud terang benderang, diumpamakan malam yang gelap gelita telah diterangi, diterangi dan telah ditemani oleh seribu biji bulan, coba bayangkan betapa terangnya bumi ini, apabila ianya diterangi dan disuluh oleh seribu biji bulan. Begitulah terangnya hati mereka yang mendapat cahaya lailatul qadar Allah dengan hanya membaca sepotong ayat dari ayat-ayat Allah, barokahnya seumpama hati kita telah diterangi  dan diterangi oleh seribu bulan. Coba bayangkan nilaian kematangan akal semasa berumur satu tahun, dibandingkan akal mereka yang berumur seribu tahun. Inilah kelebihan dan kematangan akal bagi yang mendapat malam lailatul qadar (malam seribu bulan). Secara tiba-tiba boleh mengubah akal yang jahil dalam sekejab mata kepada akal yang berilmu, Mengenal Allah.
Begitulah nilai terangnya hati mereka yang mendapat anugerah lailatul qadar. Dari bersifat lalai bertukar kepada yang bersifat ingat kepada Allah. Dari berilmu syariat ,akan bertukar kepada hati yang berilmu makrifat. Bagi mereka yang buta mata hatinya, walaupun dengan kehadiran seribu bulan dan sejuta bintang sekalipun, akal dan hati mereka akan tetap berada dalam kegelapan. Manakala bagi mereka yang mengenal Allah (mendapat anugerah lailatul qadar), walau alam tidak diterangi bulan dan tidak diterangi sekalipun, hati mereka sudah cukup terang oleh cahaya Allah (cahaya makrifat kepada Allah). Inilah pengertian lailatul qadar menurut makrifat.


Pak De
Kekeluargaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar